Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang
ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspekaspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan
inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk
sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada
masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks.
Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal
(organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi,
ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya,
dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai
jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi. Manusia yang berpikir
filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur
pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam
memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk
pemanfaatannya bagi masyarakat.
B.Rumusan Masalah

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan !


Jelaskan apa yang dimaksud dengan Agama !
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Moral !
Jelaskan kaitan antara Agama dan Ilmu Pengetahuan !
Jelaskan kaitan antara Ilmu dan Moral !
Jelaskan apa yang dimaksud dengan sekularisme !

C.Tujuan Penulisan

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan


Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Agama
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Moral
Menjelaskan kaitan antara Agama dan Ilmu Pengetahuan
Menjelaskan kaitan antara Ilmu dan Moral
Menjelaskan definisi sekularisasi

D.Sistematika Pembahasan

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 1

Rancangan sistematika makalah ini terdiri atas beberapa bab yang akan
dirinci sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika pembahasan.
BABII : Pembahasan
Berisi keterangan lebih detail tentang hubungan antara agama , moral dan
Ilmu pengetahuan
BAB III : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran dari penulis

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Ilmu Pengetahuan
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya adalah :

Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang


disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang
dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera
manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis
yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk : jika . maka .

Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik


mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme
tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Objek material adalah
sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang
diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit
misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide,
nilai-nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau
yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu
ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain.
Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga
menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun
dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang
diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya
pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji
secara empiris, riset dan eksperimental.

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 3

B.Pengertian Agama
Agama pada umumnya dipahami sebagai :
1. Satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya
sesuatu yang mutlak di luar manusia.
2. Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya
mutlak itu.
3. Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.).
Menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang
mengandung faktor-faktor antara lain :
Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai
hidup.
Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
C.Pengertian Moral
Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu pada
akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau
adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara,
kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya.
Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu yang
berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar
salah dan baik buruknya tingkah laku.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak
bisa melakukan proses sosialisasi. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolahsekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh.

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 4

D.Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama


`
Hubungan Agama dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai
sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat
bermanfaat. Dahulu Ratu Isabella (Italia) di abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan
sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar penemuan benua Amerika
oleh Columbus. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah
menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit
mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya.
Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi
internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan
untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian(Ahmed,1999)
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh
dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya
semiminal mungkin (Ahmed, 1999).
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

Berseberangan atau bertentangan


Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
Tidak bertentangan satu sama lain
Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari
pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak.
Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan
seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan
akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei.
Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja
berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo
dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan
masyarakat
(Furchan,
2009).
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 5

kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama
dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek
tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena
keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang
lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah
terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat
(Furchan, 2009).
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini,
kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan
tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan
dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam
masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak
mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah
terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama
bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak
karena tampak terasa aneh apabila dikaitkan (Furchan, 2009).
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara
teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak
mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan
iptek
dan
demikian
pula
sebaliknya
(Furchan,
2009).
GBHN 1993-1998 menyatakan tentang kaitan pengembangan iptek dan agama,
bahwa pola hubungan yang diharapkan adalah pola hubungan ke tiga, pola
hubungan netral. Ajaran agama dan iptek tidak bertentangan satu sama lain tetapi
tidak saling mempengaruhi. Pada Bab II, G. 3. GBHN 1993-1998, yang telah
dikutip di muka, dinyatakan bahwa pengembangan iptek hendaknya
mengindahkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Artinya, pengembangan
iptek tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Tidak
boleh bertentangan tidak berarti harus mendukung. Kesan hubungan netral antara
agama dan iptek ini juga muncul apabila kita membaca GBHN dalam bidang
Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 6

pembangunan Agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tak ada
satu kalimat pun dalam pernyataan itu yang secara eksplisit menjelaskan
bagaimana kaitan agama dengan iptek. Pengembangan agama tidak ada
hubungannya dengan pengembangan iptek (Furchan, 2009).
Akan tetapi, kalau kita baca GBHN itu secara implisit dalam kaitan antara
pembangunan bidang agama dan bidang iptek, maka kita akan memperoleh kesan
yang berbeda. Salah satu asas pembangunan nasional adalah Asas Keimanan dan
Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berarti bahwa segala usaha
dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang
menjadi landasan spiritual, moral,dan etik dalam rangka pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila (Bab II, C. 1.) (Furchan, 2009).
Di bagian lain dinyatakan bahwa pembangunan bidang agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan, antara lain, untuk
memperkuat landasan spiritual, moral, dan etik bagi pembangunan nasional. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa, secara implisit, bangsa Indonesia menghendaki
agar agama dapat berperan sebagai jiwa, penggerak, dan pengendali ataupun
sebagai landasan spiritual, moral, dan etik bagi pembangunan nasional, termasuk
pembangunan bidang iptek tentunya. Dalam kaitannya dengan pengembangan
iptek nasional, agama diharapkan dapat menjiwai, menggerakkan, dan
mengendalikan pengembangan iptek nasional tersebut (Furchan,2009). Hubungan
Agama dan Pengembangan Iptek Dewasa Ini Pola hubungan antara agama dan
iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf tidak saling mengganggu.
Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek sedang
pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan kehidupan
beragama. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan dengan
kebijaksanaan (Furchan,2009).
Dewasa ini iptek menempati posisi yang amat penting dalam
pembangunan nasional jangka panjang ke dua di Indonesia ini. Penguasaan iptek
bahkan dikaitkan dengan keberhasilan pembangunan nasional. Namun, bangsa
Indonesia juga menyadari bahwa pengembangan iptek, di samping membawa
dampak positif, juga dapat membawa dampak negatif bagi nilai agama dan
budaya yang sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang telah
memilih untuk tidak menganut faham sekuler, agama mempunyai kedudukan
yang penting juga dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itulah diharapkan
agar pengembangan iptek di Indonesia tidak akan bertabrakan dengan nilai-nilai
agama dan budaya luhur bangsa (Furchan,2009).
Kendati pola hubungan yang diharapkan terjadi antara agama dan iptek
secara eksplisit adalah pola hubungan netral yang saling tidak mengganggu,

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 7

secara implisit diharapkan bahwa pengembangan iptek itu dijiwai, digerakkan,


dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Ini merupakan tugas yang tidak mudah
karena, untuk itu, kita harus menguasai prinsip dan pola pikir keduanya (iptek dan
agama) (Furchan, 2009).
Dapatkah Ilmu Pengetahuan dan Agama Saling Menggantikan Tempat
Masing-masing?
Telah kita ketahui bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan tak ada
pertentangan. Yang terjadi justru keduanya saling mengisi. Sekarang timbul satu
pertanyaan lagi: Mungkinkah keduanya mengisi tempat masing-masing?
Pertanyaan ini tidak perlu dijawab secara terperinci, karena kita sudah tahu
peran masing-masing (agama dan ilmu pengetahuan). Jelaslah bahwa ilmu
pengetahuan tak dapat menggantikan peran agama, karena agama memberikan
kasih sayang, harapan, cahaya dan kekuatan. Agama meninggikan nilai keinginan
kita, di samping membantu kita mewujudkan tujuan kita, menyingkirkan unsur
egoisme dan individualisme jauhjauh dari keinginan dan ideal kita, dan
meletakkan keinginan dan ideal kita itu di atas fondasi cinta dan hubungan moral
serta spiritual. Selain menjadi alat bagi kita, pada dasarnya agama mengubah
hakikat kita. Begitu pula, agama juga tak dapat menggantikan peran ilmu
pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan kita dapat mengenal alam, kita dapat
mengetahui hukum alam, dan kita pun dapat mengenal siapa diri kita sendiri.
Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan antara ilmu
pengetahuan dan agama, telah terjadi kerugian yang tak dapat ditutup. Agama
haras dipahami dengan memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi
pembauran agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan
kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada
ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafik.
Kasus kaum Khawarij pada zamah awal Islam dapat kita lihat sebagai satu contoh
kemungkinan ini. Contoh lainnya yang beragam bentuknya telah kita lihat, yaitu
pada periode-periode selanjutnya, dan masih kita saksikan.
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan
pemabuk yang kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk
membantu si pencuri mencuri barang yang berharga di tengah malam. Itulah
sebabnya sama sekali tak ada bedanya antara watak dan perilaku orang tak
beriman dewasa ini yang berilmu pengetahuan dan orang tak beriman pada masa
dahulu yang tidak berilmu pengetahuan. Lantas, apa bedanya antara Churchill,
Johnson, Nixon dan Stalin dewasa ini dengan Fir'aun, Jenghis Khan dan Attila
pada zaman dahulu?
Dapatlah dikatakan bahwa karena ilmu pengetahuan adalah cahaya dan juga
kekuatan, maka penerapannya pada dunia material ini tidaklah khusus. Ilmu
pengetahuan mencerahkan dunia spiritual kita juga, dan konsekuensinya
memberikan kekuatan bagi kita untuk mengubah dunia spiritual kita. Karena itu,

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 8

ilmu pengetahuan dapat membentuk dunia dan manusia juga. Ilmu pengetahuan
dapat menunaikan tugasnya sendiri, yaitu membentuk dunia dan juga tugas
agama, yaitu membentuk manusia. Jawabannya adalah bahwa semua ini memang
benar, namun masalah pokoknya adalah bahwa ilmu pengetahuan adalah alat yang
penggunaannya tergantung kepada kehendak manusia. Apa saja yang dilakukan
oleh manusia, dengan bantuan ilmu pengetahuan dia dapat melakukannya dengan
lebih baik. Itulah sebabnya kami katakan bahwa ilmu pengetahuan membantu kita
mencapai tujuan dan melintasi jalan yang kita pilih.
Jadi, alat digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Sekarang pertanyaannya adalah, dengan dasar apa tujuan itu
ditetapkan? Seperti kita ketahui, pada dasarnya manusia adalah binatang. Sisi
manusiawinya merupakan kualitas (kemampuan) yang diupayakannya. Dengan
kata lain, kemampuan-kemampuan manusiawi yang dimiliki oleh manusia perlu
ditumbuh-kembangkan secara bertahap dengan agama. Pada dasarnya manusia
berjalan menuju tujuan egoistis dan hewaninya. Tujuan ini material dan
individualistis sifatnya. Untuk mencapai tujuan ini, manusia memanfaatkan alat
yang ada pada dirinya. Karena itu, dia membutuhkan kekuatan pendorong.
Kekuatan pendorong ini bukan tujuannya dan juga bukan alatnya. Dia
membutuhkan kekuatan yang dapat meledakkannya dari dalam, dan mengubah
kemampuan terpendamnya menjadi tindakan nyata. Dia membutuhkan kekuatan
yang dapat mewujudkan revolusi dalam hati nuraninya dan memberinya orientasi
baru. Tugas ini tidak dapat dilaksanakan dengan pengetahuan tentang hukum yang
mengatur manusia dan alam beserta isinya. Namun tugas ini baru dapat
dilaksanakan jika dalam jiwa manusia tertanam kesucian dan arti penting nilainilai tertentu. Untuk tujuan ini manusia harus memiliki beberapa kecenderungan
yang mulia. Kecenderungan seperti ini ada karena cara pikir dan konsepsi tertentu
tentang alam semesta dan manusia. Cara pikir dan konsepsi ini, serta muatan
dimensi dan bukti cara pikir dan konsepsi tersebut, tidak dapat diperoleh di
laboratorium dan, seperti akan kami jelaskan, berada di luar jangkauan ilniu pengetahuan.
Sejarah masa lalu dan sekarang telah memperlihatkan betapa buruk akibat
yang ditimbulkan oleh pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama. Kalau ada
agama namun tak ada ilmu pengetahuan, maka arah upaya kaum humanitarian
adalah sesuatu yang tidak banyak membawa hasil atau tidak membawa hasil yang
baik. Upaya ini sering menjadi sumber prasangka dan obskurantisme (sikap yang
menentang ilmu pengetahuan dan pencerahanpen.), dan terkadang hasilnya
adalah konflik yang membahayakan.
Kalau ilmu pengetahuan ada namun agama tidak ada, seperti yang terjadi
pada sebagian masyarakat modern, maka segenap kekuatan ilmu pengetahuan
digunakan untuk tujuan menumpuk harta sendiri, memperbesar kekuasaan sendiri,
dan untuk memuaskan nafsu berkuasa dan nafsu mengeksploitasi.
E.Ilmu dan Moral

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 9

Perkembangan ilmu tidak pernah terlepas dari ketersinggungannya dengan


berbagai masalah moral. Baik atau buruknya ilmu, sangat dipengaruhi oleh
kebaikan atau keburukan moral para penggunanya. Peledakan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat, merupakan sebuah contoh
penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah maju pada
zamannya. Pada dasarnya masalah moral, tidak bisa dilepaskan dari tekad
manusia untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran. Moral sangat
berkaitan dengan nilai-nilai, serta cara terhadap suatu hal.
Pada awal masa perkembangannya, ilmu seringkali berbenturan dengan
nilai moral yang diyakini oleh masyarakat. Oleh karena itu, sangat banyak
ilmuwan atau ahli filsafat yang dianggap gila atau bahkan dihukum mati oleh
penguasa pada saat itu. Nicholas Copernicus, Socrates, John Huss, dan
Gallileo Gallilei adalah beberapa contohnya. Selain itu ada pula beberapa
kejadian dimana ilmu harus didasarkan pada nilai moral yang berlaku pada
saat itu, walaupun hal tersebut bersumber dari pernyataan-pernyataan di luar
bidang keilmuan (misalnya agama).
Karena berbagai sebab diatas, maka para ilmuwan berusaha untuk
mendapatkan otonomi dalam mengembangkan ilmu yang sesuai dengan
kenyataan. Setelah pertarungan i-deologis selama kurun waktu 250 tahun,
akhirnya para ilmuwan mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan ilmu
tanpa dipengaruhi berbagai hal yang bersifat dogmatik.
Kebebasan tadi menyebabkan para ilmuwan mulai berani mengembangkan
ilmu secara luas. Pada akhirnya muncullah berbagai konsep ilmiah yang dikongkretkan dalam ben-tuk teknik. Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan
ilmu dalam berbagai peme-cahan masalah. Yang menjadi tujuan ialah bukan saja
untuk mempelajari dan mema-hami berbagai faktor yang berkaitan dengan
masalah-masalah manusia, tetapi juga untuk mengontrol dan mengarahkannya.
Hal ini menandai berakhirnya babak awal ketersinggungan ilmu dengan moral.
Pada masa selanjutnya, ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral
yang berbeda. Yaitu berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah.
Maksudnya terdapat beberapa peng- gunaan teknologi yang justru merusak
kehidupan manusia itu sendiri. Dalam menghadapi masalah ini, para ilmuwan
terbagi menjadi dua pandangan.
Kelompok pertama memandang bahwa ilmu harus bersifat netral dan
terbebas dari ber- bagai masalah yang dihadapi pengguna. Dalam hal ini tugas
ilmuwan adalah meneliti dan menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang
lain akan menggunakan pengetahuan tersebut atau tidak, atau digunakan untuk
tujuan yang baik atau tidak.
Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 10

Kelompok lainnya memandang bahwa netralitas ilmu hanya pada proses


penemuan ilmu saja, dan tidak pada hal penggunaannya. Bahkan pada pemilihan
bahan penelitian, seorang ilmuwan harus berlandaskan pada nilai-nilai moral.
Kelompok ini mendasarkan pemandangannya pada beberapa hal, yakni:
Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu dapat digunakan sebagai alat
penghancur peradaban, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perang
yang menggunakan teknologi-teknologi keilmuan.
Ilmu telah berkembang dengan pesat dan para ilmuwan lebih
mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi serta pemecahanpemecahannya, bila terjadi penyalahgunaan.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah sangat tidak asing lagi,
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi malapetaka
kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya tidak bermoral atau paling
tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan
menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat,
tentunya tetap mengindahkan aspek moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini
mengharuskan seseorang ilmuan yang memiliki landasan moral yang kuat, ia
harus tetap memegang idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan
keilmuannya. Tanpa landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka
seorang ilmuwan bisa menjadi monster yang setiap saat bisa menerkam
manusia, artinya bencana kemanusiaan bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang
dilakukan oleh orang yang berilmu itu jauh lebih jahat dan membahayakan
dibandingkan kejahatan orang yang tidak berilmu (bodoh). Kita berharap semoga
hal ini bisa disadari oleh para ilmuwan, pihak pemerintah, dan pendidik agar
dalam proses transformasi ilmu pengetahuan tetap mengindahkan aspek moral.
Karena ketangguhan suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh ketangguhkan
ilmu pengetahuan tapi juga oleh ketangguhan moral warga.
F.Sekularisasi, Agama dan IPTEK
Sekularisasi adalah perubahan masyarakat dari identifikasi dekat dengan
nilai-nilai dan institusi agama menjadi nilai-nilai dan institusi non-agama dan
sekuler. Tesis sekularisasi mengarah pada keyakinan bahwa ketika masyarakat
"berkembang", terutama melalui modernisasi dan rasionalisasi, agama kehilangan
kekuasaannya di semua aspek kehidupan sosial dan pemerintahan. Sebutan
sekularisasi juga digunakan dalam konteks mengangkat batasan keagamaan dari
seorang rohaniwan.
Sekularisasi memiliki banyak tingkatan arti, yaitu sebagai teori atau proses
sejarah. Teoris sosial seperti Karl Marx, Sigmund Freud, Max Weber, dan mile
Durkheim, menyatakan bahwa modernisasi masyarakat akan mendorong
penurunan tingkat religiusitas. Penelitian dalam proses ini bertujuan untuk
menentukan kelakuan yang menyebabkan kepercayaan, praktik dan institusi
keagamaan kehilangan pengaruh publik. Sejumlah teoris membantah bahwa
sekularisasi peradaban modern disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 11

mengadopsi kebutuhan etis dan spiritual manusia agar sejalan dengan


perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat.
Sebutan ini juga memiliki arti tambahan yang historis. Sekularisasi pernah
diberlakukan pada properti gereja yang melibatkan pengabaian barang oleh gereja
dan dijual setelahpemerintah menyita properti tersebut. Ini sering terjadi setelah
negosiasi
dan persetujuan
yang masuk akal
berhasil
tercapat.
Dalam teologi katolik, sebutan ini juga dapat menandakan izin atau kekuasaan
yang diberikan kepada seseorang (biasanya rohaniwan, yang menjadi rohaniwan
sekuler) untunk tinggal di luar koloni religiusnya (biara) dengan waktu yang
ditentukan atau permanen.

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 12

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Agama adalah satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas
adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia Agama mengandung ajaran moral
dan dipelajari secara kritis , sistematis, dengan tetap tinggal dalam konteks agama
itu.Hubungan
Agama
dengan
Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai
sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat
bermanfaat.Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Perkembangan
ilmu tidak pernah terlepas dari ketersinggungannya dengan berbagai masalah
moral. Baik atau buruknya ilmu, sangat dipengaruhi oleh kebaikan atau keburukan
moral para penggunanya.
B.Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan penjelasanpenjelasan di atas dapat memperluas wawasan pembaca , serta dapatmenjadi
pengajaran yang baik, untuk dapat melakukan perbuatan yang baik, perbuatan
yang sesuai dengan moral dan agama , dan tidak mengikuti dampak negatif dari
IPTEK sebaliknya mengambil sisi positifnya.

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 13

DAFTAR PUSTAKA
http://www.al-shia.org/html/id/books/ensan-jahan/02.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisasi
http://filsafat.kompasiana.com/2011/06/08/hubungan-ilmu-pengetahuandengan-moral-agama-371242.html
http://id.wikipedia.com

Makalah agama hubungan antara Agama IPTEK dan Moral

Page 14

Anda mungkin juga menyukai