E DENGAN
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN
LENI ANGGRAENI
220112130576
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI
elemen
jaringan
penyambung
(Manuaba, 2007).
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau
fibroid. (Ilmu Kandungan, 2009). Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrosus, sehingga dapat berkonsisten padat
jika jaringan ikatnya dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim yang
dominan. Mioma terdiri atas serabut- serabut otot polos yang diselingi dengan
jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap
bagian duktus muller, tetapi paling sering terjadi pada miomatreium yang dapat
timbul secara serentak. Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong
sampai sebasar bola kaki. Degenarasi ganas mioma uteri, ditandai dengan
terjadinya perlunakan serta warna yang keabu- abuan, terutama jika mioma
tumbuh dengan cepat. Adanya bagian nekrotik, lunak dan perdarahan pada
potongan mioma perlu diwaspadai adanya proses ganas. Bila berasal dari
miometrium, maka dinding uterus menebal, sehingga terjadi pembesaran uterus.
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Lokasi
Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica
(7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal
(91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
1.2.2 Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga
jenis yaitu :
a. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial biasanya multipel apabila masih kecil
tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya
massa tumor di daerah perut sebelah bawah, kadang kala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa, di dalam otot
rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim
dominan).
c. Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium, dapat bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah
terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim. Dari
sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun
intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan
keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya
kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Atropi : setelah menopause dan rangsangan estrogen menghilang.
a. Degenerasi hialin (merupakan perubahan degeneratif yang paling umum
ditemukan)jaringan ikat bertambah, berwarna putih dan keras
b. Degenerasi kistikbagian tengah dengan degenerasi hialin mencair, menjadi
poket kistik
c. Degenerasi membatu (calcareous degeneration)terdapat timbunan kalsium
pada mioma uteri, padat dan keras serta berwarna putih
d. Red degeneration (carneous degeneration) terjadi paling sering pada masa
kehamilan, estrogen merangsang tumbuh kembang mioma, aliran darah tidak
seimbang (edema sekitar tungkai dan tekanan hamil), terjadi kekurangan darah
menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus, bendungan darah dalam
mioma, warna merah (hemosiderosis/hemofusin), biasanya disertai nyeri,
tetapi dapat hilang sendiri. Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi:
kelahiran preterm, ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, shock dan
bahkan mencetuskan DIC.
e. Degenerasi Mukoid daerah hyaline digantikan oleh bahan gelatinosa yang
lembut. Biasanya terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang
terganggu.
f. Degenerasi Lemak lemak ditemukan di dalam serat otot polos.
g. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)terjadi pada kurang dari 1%
mioma. Kontroversi yang ada saat ini adalah apakah hal ini mewakili sebuah
perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan. Leiomyosarkoma
merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai diferensiasi otot polos.
Teori Stimulasi
a. Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi.
b. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche.
menopause,
dalam
mempengaruhi
kehamilan
dan
mioma
uteri
bertambahnya
karena tingginya
kadar
vaskularisasi
uterus
ke
Estrogen.
Progesteron
Progesteron
merupakan
antagonis
natural
dari
estrogen.
Progesteron
Hormon pertumbuhan
benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bukan dalam hitungan
bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati
dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah
jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika
tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen
tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka mioma cenderung
mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjol di atas miometrium
sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun
atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks
jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik dan
serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara
tumor dan miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya
pembuluh darah ke dalam mioma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk
kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-berkas oleh jaringan
ikat. Karena seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah
yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu
melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian
tengah mioma. Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi
kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai batu rahim.
Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti
ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging
sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika mioma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan menorhagia.
Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus
berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat
menyebabkan persisten dari uterus.Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma
besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing
dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rectum.
Pathways:
Cemas
Tumor fibromatosa
Mioma intramural
Mioma subserosum
- terdapat di dinding uterus - tumbuh diantara kedua lapisan
diantara miometriuum
ligamentum luteum menjadi
mioma intra ligamenter.
Mioma submukosum
- tumbuh bertangkai menjadi polip
- dilahirkan melalui serviks
(myomgeburt)
Resiko tinggi
kekurangan cairan
- Nyeri
- Infertilitas
- Perdarahan abnormal
(menometroragia)
- Abortus spontan, gejala dan tanda
penekanan seperti retensio urine,
hidronefrosis.
Resiko tinggi infeksi
5. Pemeriksaan Penunjang
1. USG abdominal dan transvaginal
2. Laparaskopi.
3. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun /
meningkat, Eritrosit : turun
4. Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
5. Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
6. Rontgen: untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
7. ECG: endeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
6. Penatalaksanaan
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang
mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan
pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara
penanganan pada myoma uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan
operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan
histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan
nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy
(TAH-BSO). TAHBSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada
dinding, perut pada malignan neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic
endrometriosis
6.1 Penanganan konservatif
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala, menekan sekresi gonadotropin
dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan
sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi
hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan
transfusi darah, dan dapat menimbulkan kahilangan masa tulang meningkat
dan osteoporosis pada wanita tersebut.
Catatan : Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek
terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian
progestin dan levonorgestrol intrauterin
6.2 Penanganan operatif
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
c)
Miomektomi
1.
2.
Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan
mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan
dan nekrosis, terutama ditengah-tengah tumor. Tumor tampak merah
(degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasio karnosa).
Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala
rangsangan peritonium dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal
ini peradangan bersifat suci hama (sterile). Lebih sering lagi komplikasi ini
terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat
perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
3.
7.2 Radiotherapi
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
f. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
8. Pengkajian :
1. Ketidak teraturan menstruasi (perdarahan abnormal)
2. Infertilitas, anovulasi
3. Nulipara
4. Keterlambatan menopause
5. Penggunaan jangka panjang obat estrogen setelah menopause.
6. Riwayat : Obesitas, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperplasi adenomatosa.
: Klien menyatakan ada benjolan di perut bagian bawah rasa berat dan
terasa sakit, perut terasa mules.
Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C, N: 80-100 x/m, RR:
16-24x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
-
Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (kala
0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80100x/m, R: 16-24 x/m TD.: Sistole: 100-130 mmHg, Diastole : 70-80
mmHg
Intervensi :
-
Ciptakan lingkungan tenang dan terbuka dimana pasien meraa aman unuk
mendiskusikan perasaannya.
Minta pasien untuk umpan balik tentang apa yang telah dijelaskan.
DS
:-
Tujuan
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
-
Observasi pendarahan
4. Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan
haemoglobin (anemia).
DO
DS
:-
Tujuan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
-
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Doengoes Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Editor : Monica Ester, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Ilmu Kandungan, 2009, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Editor : Monica Ester, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Parker, W. H., 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine
Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA
School of Medicine. California : American Society for Reproductive
Medicine.
Pierce, S. A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Thomas EJ. 2007. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW.
eds. Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids.England
New JerseyBMJ.
Wiknjosastro, hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiryoharj.