Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KLIMATOLOGI DASAR

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI PANGAN


NASIONAL

DISUSUN OLEH

NAMA

: Latief Setiawan

NIM

: 12648

FAKULTAS

: Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI PANGAN


NASIONAL
A. Pendahuluan
Iklim merupakan salah satu penggerak ekonomi yang penting dalam menentukan
efektifitas dan efisiensi dari berbagai kegiatan pembangunan.Selain itu, perubahan iklim
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial dan budaya. Pola sosial dan budaya dipengaruhi
secara langsung oleh kondisi iklim setempat termasuk kemampuan masyarakat dalam upaya
peenuhan kebutuhan pangan. Kerentanan sektor pertanian terhadap perubahan iklim merupakan
tingkat kekurang berdayaan suatu sistem usahatani dalam mempertahankan dan menyelamatkan
tingkat produktivitasnya secara optimal dalam menghadapi cekaman perubahan iklim. Ada tiga
faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim yang berdampak pada sektor pertanian yaitu:
(1) perubahan pola hujan dan iklim ekstrim (banjir dan kekeringan); (2) peningkatan suhu udara;
dan (3) peningkatan permukaan air laut.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan suatu bangsa,
dimana ketahanan pangan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa. Di Indonesia
sendiri sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat.
Banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya di bidang pertanian, baik sebagai pemilik
tanah, pekrja, petani dll.Sedangkan Pangan sendiri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling utama dan merupakan hak asasi bagi setiap rakyat. Pemenuhan kebutuhan pangan sangat
penting sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas
dalam mendukung pembangunan nasional. Oleh karena itu, upaya untuk memenuhi kecukupan
pangan merupakan kerangka dasar dalam pembangunann nasional dan diharapkan mampu
mendorong upaya pembangunan sektor lainnya.

B. Pembahasan
Iklim adalah keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu.
Sedangkan Perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka panjang (50-100
tahun) yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Kejadian tersebut tidak dipengaruhi oleh pemanasan global yang disebabkan meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Perubahan iklim juga dapat disebabkan adanya gas CO2
yang berasal dari asap kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik. Gas CO2 memberikan
sumbangan terhadap efek rumah kaca yaitu menyebabkan terjadinya peningkatan suhu atmosfer
global. Hal ini dapat menyebabkan suhu bumi menjadi panas sehingga tumbul gejala pemekaran
air laut serta mencairnya bongkahan es di kutub, dan mengeringkan air permukaan sehingga air
menjadi langka (Murdiyarso, 2003).
Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga
menyebabkan musim kemarau lebih panjang yang akan menganggu sektor pertanian.Perubahan
iklim akan mempengaruhi hasil panen yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh
semakin keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem,
berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi
pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang sama terjadi kekurangan air bersih
karena mencairnya es di kutub yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal
ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan
pangan menjadi sangat tidak pasti.

Sektor pertanian perlu beradaptasi terhadap perubahan iklim karena seiring dengan
semakin tingginya suhu bumi dan berubahnya pola presipitasi terjadi juga: perubahan zona iklim
dan pertanian, perubahan pola produksi pertanian, makin meningkatnya produktivitas karena
pertambahan CO2 di atmosfer dan bertambahnya kerentanan orang-orang yang tidak memiliki
tanah dan miskin. Dampak perubahan iklim terhadap Indonesia dapat positif maupun negatif. Di
beberapa daerah, konsentrasi CO2 di atmosfer dan radiasi matahari dapat berakibat positif untuk
proses fotosintesis. Namun demikian, penelitian pemodelan yang dilakukan Amin (2004, dalam
PEACE, 2007) menyimpulkan bahwa pemanasan global menyebabkan penurunan hasil panen di

Jawa Barat dan Jawa Timur. Sementara konsentrasi CO2 yang dilipatgandakan akan
mempengaruhi hasil panen di benua Asia antara -22% hingga +28% pada tahun 2100 (Reilley,
1996 dalam PEACE, 2007). Dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian.
perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim
hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami
pergeseran. Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang
tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin.
Pada sektor pertanian fenomena alam juga memperlihatkan peran yang semakin penting
akhir-akhir ini melalui munculnya anomali El Nino dan La Nina. Di daerah tropis, anomali iklim
tersebut biasanya menimbulkan pergeseran pola curah hujan, perubahan besaran curah hujan dan
perubahan temperatur udara. Sehingga dapat mengakibatkan terjadinya musim kemarau yang
semakin panjang, kekeringan merangsang terjadinya kebakaran hutan di daerah yang sensitif,
banjir, dan meningkatnya gangguan hama dan penyakit tanaman. Kejadian El Nino diikuti
dengan penurunan curah hujan dan peningkatan suhu udara, sedangkan La Nina merangsang
kenaikan curah hujan di atas curah hujan normal. El Nino dapat menimbulkan kegagalan panen
akibat kekeringan karena ketersediaan air irigasi yang turun secara drastis sehingga musim
kemarau semakin panjang akibat turunnya curah hujan dibawah normal dan peningkatan suhu
udara akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang (4 bulan atau lebih), sedangkan
kenaikan curah hujan akibat La Nina dapat menimbulkan banjir di daerah-daerah yang sensitif
dan merangsang peningkatan gangguan organisme pengganggu tanaman. Kedua anomali iklim
tersebut menimbulkan dampak lebih besar terhadap produk tanaman tahunan daripada tanaman
perkebunan. kerusakan atau kelebihan air terhadap kerusakan tanaman berdampak lebih besar
pada tanaman muda daripada tanaman dewasa karena resistensi tanaman muda terhadap
perubahan ketersediaan air dan cuaca umumnya lebih rendah (Irawan, 2006).
Untuk mendukung ketahanan pangan, minimalisasi dampak negatif iklim ekstrim
terhadap luas tanam, produktivitas, dan produksi komoditas tanaman pangan sangat dirasakan
urgensinya. Untuk itu implementasi kebijakan dan program adaptasi terhadap perubahan iklim
yang telah dicanangkan perlu diefektifkan. Hasil penelitian memberikan rekomendasi yang layak
dan mendesak sebagai berikut.

1. Peningkatan ketersediaan informasi mengenai prediksi ilkim dan implikasinya terhadap


kalender tanam (KATAM).
2. Peningkatan akses penyuluh dan petani terhadap informasi tersebut.
3. Peningkatan kemampuan petani secara kelompok dalam merancang jadwal dan pola tanam
yang sesuai kalender tanam tersebut.
4. Perbaikan tngkat ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang dapat meminialkan potensi
dampak iklim ekstrim, terutama perbaikan irigasi. Dalam hal ini, jika di lokasi yang
bersangkutan tidak tersedia infrastruktur irigasi permukaan yang secara teknis-ekonomi layak
maka peningkatan ketersediaan irigasi pompa dapat dilakukan.
5. Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan
memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air (kekeringan).
6. Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir. Embung ini dapat dimanfaatkan untuk:
1. mengurangi dan atau meniadakan aliran permukaan (run off)
2. meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga meningkatkan cadangan air tanah,
kandungan air tanah disekitar embung tetap tinggi dan untuk daerah dekat pantai dapat
digunakan untuk menekan intrusi air laut.
3. mencegah erosi
4. menampung sedimen dan sedimen tersebut mudah diangkut karena ukuran embung yang
relatif kecil.
5. sebagian air embung dapat digunakan sebagai cadangan pada musim kemarau.
7. Memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan
rekomendasi pada masyarakat.
8. Mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan pola tanam agar
terhindar dari puso.
9. Meningkatkan sistem pengamatan cuaca sehingga antisipasi penyimpangan iklim dapat
diketahui lebih awal.
10. Memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk penyusunan pola tanam
dan memilih jenis tanaman yang sesuai.
11. Memilih tanaman yang sesuai dengan pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau varietas
yang tahan genangan, tahan kering, umur pendek dan persemaian kering; kombinasi tanaman,

sehingga kalau sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya tetap bertahan dan
memberikan hasil.
12. Melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah,
melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah Aliran Sungai).
13 Pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan atau checkdam,
dan air daur ulang dari saluran pembuangan.
14. Efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air.
1. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan di tingkat usaha tani.
2. Memberi bantuan penanggulangan seperti : benih, pompa air, arakton.
3. Upaya-upaya khusus lain seperti gerakan percepatan tanam dan pengolahan tanah.
(Anonym,2013)
Melihat berbagai uraian mengenai dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya
perubahan iklim, pastinya kita sebagai masyarakat akan lebih waspada untuk menjaga
lingkungan sekitar agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Terlebih lagi bagi para
subjek yang terjun langsung di bidang pertanian harus mempersiapkan lebih dini dalam rangka
melakukan kegiatan pertanian agar didapat hasil seperti yang diinginkan. Jika kita tak dapat
memperbaiki bahkan meminimalisir berbagai dampak tersebut, sudah pasti akan mempengaruhi
produksi pangan nasional. Dimana pengaruh yang ditimbulkan dari perubahan iklim sangat
berhubungan dengan proses produksi pertanian, seperti terganggunya jadwal tanam, adanya
banjir dan kekeringan yang dapat merusak kualitas lahan, suhu dan kelembaban yang fluktuatif
sehingga berpotensi meningkatkan laju pertumbuhan OPT yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman dll. Dampak yang lebih lanjut karena adanya perubahan iklim yakni ketahanan pangan
nasional akan terganggu dimana produksi kita mengalami penurunan dan laju pertumbuhan dan
permintaan akan kebutuhan pangan terus meningkat. Ketidakseimbangan antara supply dan
demand inilah yang berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional jika kita tidak dapat
beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi. Semoga kita semua dapat bersama-sama
mencegah atau meminimalisir dampak dari perubahan iklim tersebut mulai dari diri sendiri.
Sedangkan fungsi mahasiswa mempelajari klimatologi adalah supaya mengetahui tentang ilmu
iklim serta dengan mempelajari klimatologi mahasiswa dapat menambah wawasan dan dapat
memberikan solusi apa bila terjadi keanehan iklim.

C. Kesimpulan

1. Pengaruh terhadap curah hujan akan mempengaruhi pula ketersediaan air irigasi yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.
2. Peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan
produktivitas pangan, meningkatkan konsumsi air, mendorong berkembangnya hama penyakit
tanaman.
3. Terjadinya pergeseran musim berpengaruh pada perencanaan aktivitas kegiatan pertanian.

Daftar Pustaka
Anonim,2013. Dampak Perubahan Iklim.<http://ketahananpangannasional.blogspot.com
/2013/04/dampak-perubahan-iklim-terhadap.html>.Diakses pada 1 Okober 2013.
Irawan, B. 2006. Fenomena anomali iklim El Nino dan La Nina: kecenderungan jangka panjang
dan
pengaruhnya terhadap produksi pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 24 (1): 28-45.
Matthews, R.B., M.J. Kropff, T. Horie, and D. Bachelet. 1997. Simulating the impact of climate
change on rice production in Asia and evaluating options for adoption. Agriculture
System
54: 399425.
Meiviana, A., D.R. Sulistiowati, dan M.H. Soejachmoen. 2004. Bumi makin panas, ancaman
perubahan iklim di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Yayasan Pelangi
Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai