PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia adalah subjek yang konseptual. Banyak dari konsep-konsep tersebut
bersifat abstrak. Beberapa istilah dalam kimia hanya dapat dipahami ketika siswa
dapat melihat materi itu dan memanipulasi atau paling tidak prosesnya dapat
diamati secara langsung (Taber, 2009). Kimia memiliki konsep-konsep yang
saling berkaitan dan berjenjang dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih
tinggi tingkatannya dan lebih kompleks. Kompleksitas dalam kimia menyebabkan
kimia menjadi sukar, bahkan siswa dapat mengalami miskonsepsi
(Sastrawijaya,1988) sehingga untuk memahami konsep yang lebih tinggi
tingkatannya perlu pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang
membangun konsep tersebut (Effendi,2002).
Konsep-konsep abstrak dalam kimia dapat dipelajari jika seorang individu
memiliki kemampuan berpikir formal tinggi yang telah mencapai tingkat operasi
formal berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget (Beistel,1975). Lebih
lanjut, Fast et al. (1979:600) menyatakan bahwa kombinasi antara fakta-fakta,
perhitungan matematis dan teori menjadikan ilmu kimia sebagai salah satu mata
pelajaran yang menuntut kemampuan intelektual yang tinggi pada siswa yang
mempelajarinya. Santrock (2003) menyatakan bahwa banyak siswa yang belum
sepenuhnya mencapai cara berpikir formal, dalam arti mampu berpikir hipotesisdeduktif. Hal inilah yang menyebabkan seseorang dapat menginterpretasikan
konsep-konsep kimia secara berbeda bahkan tidak sesuai dengan konsep yang
siswa dapat diatasi dengan merekonstruksi konsep awal siswa yang salah menjadi
konsep baru yang benar.
Strike and Posner (1992) menjelaskan ruang lingkup teori perubahan
konseptual secara rinci dan menekankan tujuan untuk membuat situasi yang
diperlukan untuk merestrukturisasi konsep yang ada. Posner (1982)
mengidentifikasi beberapa variasi pemikiran kritis dalam perubahan konsep yaitu
ketidakpuasan pada konsep sebelumnya atau menerima konsep baru yang lebih
bisa dimengerti, masuk akal dan dapat diterima. Apabila konsep yang baru
disajikan lebih mudah dimengerti, masuk akal dan dapat diterima maka hal ini
dapat memicu terjadinya perubahan konsep.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendukung terjadinya
perubahan konsep dan memperbaiki miskonsepsi siswa adalah DSLM (Dual
Situated Learning Model) (She,2002,2003,2004,2010). Istilah " Situated
learning" berarti bahwa desain perubahan konsep dalam learning event perlu
didasarkan pada sifat konsep sains dan keyakinan siswa terhadap konsep sains,
dalam rangka menentukan mentala set apa saja yang penting dan dibutuhkan
untuk membangun pandangan yang lebih ilmiah dari konsep sains. Setiap kali
siswa menghadapi fenomena baru, mereka perlu untuk merujuk konsep-konsep
yang telah ada untuk memahami makna fenomena yang terjadi. Tanpa konsep
yang ada, tidak mungkin siswa bertanya dan menjawab pertanyaan tentang
fenomena baru serta menghubungkan makna fenomena baru dengan konsep yang
telah dimiliki (Aydin,2012).
Tahap selanjutnya, dual situated learning event harus diadakan dalam
rangka membantu siswa menghubungkan mental set yang lama dengan mental set
baru. Istilah "Dual" berarti bahwa learning events memiliki tiga fungsi yaitu : (1)
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja miskonsepsi yang dimiliki siswa pada materi termokimia?
2. Bagaimana proses perubahan konsep yang terjadi pada siswa dalam
pelaksanaan DSLM berbantuan Mind-Map?
C. Landasan Teori
1. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Kimia
Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, teori, pada dasarnya
merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Gabel
(1999) mengelompokkan konsep kimia dalam dua wilayah yaitu mikroskopis dan
makroskopis. Representasi mikroskopis yaitu representasi kimia yang
menjelaskan mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekular)
5
d. vernacular misconceptions arise from the use of words that mean one
thing in everyday life and another in a scientific context.
e. factual misconceptions are falsities often learned at an early age and
retained unchallenged into adulthood
Miskonsepsi dapat merusak struktur pengetahuan yang telah diperoleh
siswa. Untuk mengatasi miskonsepsi dan membuat pembelajaran lebih bermakna,
guru harus mengganti pemahaman yang salah dengan pemahaman yang benar
(Smith, Blakeslee and Anderson, 1993). Miskonsepsi pada siswa dikatakan telah
sukses diatasi apabila telah terjadi perubahan konseptual. Perubahan konseptual
adalah strategi mengajar yang menuntut siswa untuk memperbaiki kerangka
konseptual ketika belajar sesuatu. Manusia membangun makna dari pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari mereka dan sering kali konsep-konsep yang ada tidak
selaras dengan fenomena ilmiah (Arias,2007). Perubahan konsep mendeskripsikan
tentang belajar dimana merupakan interaksi antara konsep baru dengan konsep
yang telah ada dengan 4 kondisi yaitu ketidakpuasan, kejelasan, logika, dan
keberhasilan (Novak,2002).
She and Liao (2009) menyatakan bahwa perubahan konseptual tidak akan
terjadi secara mudah hanya dengan menciptakan konflik kognitif, tetapi
perubahan konsep harus menunjukkan mental set yang baru kepada siswa dalam
menciptakan disonansi. Penciptaan disonanasi dengan pre-existing knowledge
siswa dapat memunculkan rasa penasaran dan ketertarikan, seiring dengan
memberikan tantangan terhadap keyakinan epistimologi dan ontologi tentang
konsep sains. Posner et al. (1982) mengatakan bahwa konsep sains harus mudah
dimengerti, masuk akal dan bermanfaat agar perubahan konsep dapat sukses
terjadi. Mudah dimengerti artinya konsep baru yang didapatkan harus jelas dan
8
cukup masuk akal bagi siswa. Masuk akal berarti konsep baru harus benar-benar
logis dan dapat diterima. Bermanfaat artinya konsep baru harus menunjukkan
potensi produktif kepada siswa untuk memecahkan masalah sebelumnya
2.
memperbaiki konsep siswa adalah DSLM (Dual Situated Learning Model) (She,
2002, 2003,2004, 2010). DSLM dipilih menjadi teknik untuk memperbaiki
miskonsepsi siswa karena DSLM menggunakan 3 aspek dalam mewujudkan
terjadinya perubahan konsep yaitu epistimologi,ontologi dan motivasi. DSLM
dapat memberikan solusi efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa dalam topiktopik kimia karena DSLM telah terbukti memberikan hasil positif dalam
mengatasi miskonsepsi dalam beberapa materi sains. DSLM menunjukkan
kesuksesan dalam merubah konsep siswa pada topik atom (She,2010). Bukti lain
tentang keefektifan dari perubahan konsep terhadap siswa Sekolah Menengah
Pertama untuk materi tekanan dan daya apung, perubahan suhu,transfer panas,
kelarutan dan difusi, serta meosis dan mitosis (She, 2002, 2003,2004a,b; Tang,
She, & Lee, 2005). Penulis percaya bahwa ada potensi besar untuk mengubah
konsep siswa sebaik pengalaman sains seorang saintis melalui DSLM.
DSLM tersusun dalam enam tahap (SHE, 2010) : (i) memeriksa atribut
konsep sains siswa. Tahap awal yang digunakan untuk mendapatkan informasi
mental set esensial yang dibutuhkan untuk merekonstruksi konsep sains siswa
sebelumnya. (ii) menelaah miskonsepsi pada siswa. Tahap ini bertujuan menelaah
pandangan ontologi siswa yang diukur melalui keyakinan siswa terhadap konsep
sains. (iii) menganalisis atribut konsep siswa yang lemah. Pada tahap pertama dan
kedua mengindikasikan mental set mana saja yang mengalami kelemahan secara
spesifik, kemudian guru akan mendesain langkah-langkah perbaikan konsep
melalui Dual Situated Learning Events. (iv) mendesain Dual Situated Learning
Events. Pada tahap keempat, guru merancang tahapan Dual Situated Learning
Events disesuaikan dengan mental set yang dibutuhkan untuk membantu siswa
mengkonstruksi kembali pemahaman yang benar. (v) mengajar dengan Dual
Situated Learning Events. Tahap ini memberi kesempatan siswa untuk membuat
prediksi dan memberikan penjelasan mengenai prediksi yang telah siswa utarakan.
(vi) mengajar dengan Challenging Situated Learning Events. Tahap terakhir
adalah mempresentasikan Challenging Situated Learning Events untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengaplikasikan mental set baru yang
telah mereka peroleh pada situasi baru untuk memastikan perubahan konsep telah
sukses terjadi. Tahap-tahap DSLM lebih lanjut akan dijelaskan dalam tabel berikut
:
Tabel 2.1 : 6 Tahap DSLM
Dual Situated Learning
Deskripsi
Model
Stage 1: memeriksa
DSLM
Konsep-konsep sains
dibutuhkan untuk
mengkonstruk
konseptual
konsep tersebut
Misalnya : beberapa
konsep diklasifikasikan
10
Menelaah keyakinan
learning events
Siswa meyakini bahwa
siswa
Stage 3: Menganalisis
Menentukan seberapa
miliki
Konsep sains ilmiah dan
kekurangan berdasarkan
perubahan konsep
Desain masing-masing
disonansi terhadap
kurang, sehingga
Selebihnya, desain
mempertimbangkan
peningkatan motivasi
siswa dan menantang
keyakinan mereka tentang
Stage 5: Mengajar
Masing-masing even
konsep itu
Selama pengajaran
memberikan kesempatan
learning
mengkonfrontasi
events
kepercayaan mereka
memberikan penjelasan
menstimulasi rasa
memberikan alas an
mengapa terjadi
memberikan tantangan
mempertahankan konsep
awal
Stage 6: Mengajar
Desain challenging
dengan challenging
memberikan kesempatan
situated
dibutuhkan untuk
learning event
mengaplikasikan mental
mengkombinasikan semua
yang sebelumnya
meyakinkan bahwa
mengalami kekurangan
sukses terjadi
direkonstruksi melalui
tahap-tahap DSLM
3.
asosiatif dimana terhubung dengan titik pusat dan terjadi secara alami dari pikiran
manusia. Hal ini dapat diungkapkan dalam sebuah teknik grafik yang dapat
membantu meningkatkan proses belajar dan menjernihkan pikiran (Buzan &
Buzan, 1993). Mind map dapat digunakan sebagai metode belajar mandiri sebagai
fasilitas untuk memahami konsep-konsep sulit atau bahkan mengidentifikasi pada
bagian mana dari materi yang mengalami miskonsepsi.
Menurut Eric Jensen (2002: 95), Mind map (peta pikiran) sangat bermanfaat
untuk memahami materi, terutama materi yang telah diterima oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Lebih lanjut, beberapa manfaat penyusunan mind map
menurut Canas et al, (2003) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai kerangka pemahaman siswa
2. untuk konsolidasi pengalaman belajar siswa,
3. untuk memperbaiki kondisi afektif untuk belajar,
4. sebagai bantuan atau alternatif untuk menulis tradisional,
5. untuk mengajarkan berpikir kritis, dan
6. sebagai representasi mediasi.
13
Mind map (peta pikiran) bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara
visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Ketika siswa mengalami
miskonsepsi maka melaui pembuatan mind map, guru akan dapat mengidentifikasi
dimana letak miskonsepsinya. Novak & Gowin (1984) memaparkan langkahlangkah penerapan mind map dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Siswa mendefinisikan topik atau fokus pertanyaan. Peta konsep harus
mencakup lebih dari satu pertanyaan yang mungkin sulit untuk dikelola
dan dibaca.
2. Pertama kunci topik harus didifinisikan terlebih dahulu, selanjutnya adalah
untuk mendefinisi dan mendaftar konsep terpenting dan konsep umum
terkait dengan topik
3. Konsep diurutkan dari atas ke bawah pada mapping field, dari topik yang
atau morfologi.
4. Apabila kunci topik telah diidentifikasi dan diurutkan, kata penghubung
ditambahkan untuk membentuk peta konsep awal.
5. Frase penghubung ditambahkan untuk mendeskripsikan hubungan antara
konsep
6. Jika peta konsep awal telah tersusun, langkah selanjutnya adalah mencari
cross links, yang mana penghubung dengan konsep terdapat pada area
berbeda atau sub-domains pada peta konsep. Cross links membantu
mengelaborasi bagaimana konsep-konsep itu saling terhubung.
7. Langkah akhir adalah mereview mind map dan bila dibutuhkan akan ada
perubahan struktur dan konten dari mind map.
4.
14
terhadap materi termokimia terkait dengan materi lain yaitu kesetimbangan kimia,
ikatan kimia dan larutan asam basa. Konsep-konsep termokimia disusun pada peta
konsep berikut :
Gambar 2.1 peta konsep termokimia
16
16. Ketika energi panas diberikan kepada sistem dengan volume konstan
maka entalpi akan meningkat
17. Pemutusan ikatan adalah reaksi eksoterm, pembentukan ikatan selalu
endoterm
18. Energi dari ikatan rangkap tiga adalah tiga kali lebih besar dari energi
ikatan tunggal
19. Ketika suatu atom kehilangan electron maka juga akan melepaskan
energi, jika atom menangkap electron maka akan memerlukan energi
20. Entropi didefinisikan sebagai ketidakteraturan
21. Entropi terkait dengan banyaknya tumbukan dan interaksi intermolekuler
22. Reaksi spontan terjadi ketika panas meningkat dari sistem ke lingkungan
23. Semua reaksi di alam adalah eksoterm, reaksi endoterm tidak dapat terjadi
secara spontan
24. Perubahan endoterm selalu tidak spontan
25. Entropi dari keseluruhan sistem berkurang atau tidak berubah ketika
perubahan spontan terjadi dalam sistem terisolasi
5. DSLM berbantuan Mind map untuk Memperbaiki Miskonsepsi pada
Pokok Bahasan Termokimia
Langkah-langkah hasil modifikasi upaya perbaikan dengan DSLM (Dual Situated
Learning Model)-Mind map adalah:
1. Tahap 1: memeriksa atribut dari konsep sains
Pengajar mengidentifikasi atribut apa saja yang terdapat dalam materi
termokimia. Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang mental set
mana saja yang dibutuhkan untuk mengkonstruk pandangan sains dari konsep
termokimia. Beberapa mental set spesifik yang dibutuhkan antara lain :
materi termokimia terkait dengan azas kekekalan energi yaitu energi
tidak dapat diciptakan atau dimusnakan, energi hanya dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk lain.
Sistem merupakan segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam
mempelajari perubahan energi. Sistem juga bisa diartikan sebagai suatu
zat yang sedang dipelajari dan zat tersebut mengalami perubahan (bisa
17
3. Tahap 3 :Menganalisis mental set siswa mana saja yang masih kurang
19
Guru menganalisis mental set siswa yang lemah pada topik termokimia
melalui wawancara. Wawancara tersebut berisi pertanyaan tentang alasan
pemilihan jawaban pada tes objektif
4. Tahap 4 : Mendisain dual situated learning events
Guru menampilkan virtual lab tentang termokimia kemudian siswa diminta
untuk memprediksikan fenomena apa yang terjadi selama demonstrasi
berlangsung
5.
21