Anda di halaman 1dari 17

PROBLEMATIKA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN DI INDONESIA
Rangga Romana Putra
120721435498
ranggarputra@ymail.com

ABSTRAK : Pengembangan kurikulum di Indonesia sering kali mengalami


problematika. Hal itu dikarenakan belum dipahaminya secara penuh hakikat
dari kurikulum itu sendiri. Apabila hakikat dari kurikulum sudah
dimantapkan maka diperlukan suatu landasan untuk mengembangkan
kurikulum tersebut. Menentukan landasan dimaksudkan bahwa satu
bangunan yang kuat bermula dari fondasi yang kuat juga. Penentuan model
dari kurikulum merupakan hal yang begitu penting, fatal akibatnya apabila
penentuan dari kurikulum yang salah. Pada akhirnya akan terjadi
problematika yang menerpa pendidikan itu sendiri. Inilah tantangan dari
dinamika kurikulum Indonesia.
KATA KUNCI : Problematika, Kurikulum, Esensi, Landasan, Model

Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas


lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun
waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Kementrian Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap
peraturan yang berkait dengan kurikulum. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin
maju pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Begitu pun
pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada
tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua itu ikut
memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan
proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.
ESENSI KURIKULUM
Kurikulum adalah rencana pendidikan (di sekolah maupun di kelas).
Kurikulum adalah media bagaimana tujuan pendidikan dicapai. Kalau membaca
penjabaran Pendidikan Nasional, seperti yang bisa kita lihat di situs Depdiknas

atau buku-buku pegangan lain, ada sedikitnya tiga poin yang menjadi sasaran
kegiatan Pendidikan Nasional melalui kurikulum itu, yaitu:
1. Memunculkan sikap tanggap terhadap perubahan
2. Memunculkan nurani yang peduli terhadap kekayaan nusantara agar
terbentuk jati diri bangsa
3. Memunculkan perilaku kesalehan yang didasarkan pada nilai-nilai
universal agama di Indonesia
Landasan Pengembangan Kurikulum
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosialbudaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah
ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya
seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran
Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masingmasing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi
anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran

lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga


untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan
tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti
memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya
hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d.) Progresivisme menekankan

pada

pentingnya

melayani

perbedaan

individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan


proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
e.) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.
Pada

rekonstruktivisme,

peradaban

manusia

masa

depan

sangat

ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti


pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar
dari pada proses.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat
dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1)
psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugastugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan


kurikulum.
.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai
suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita
maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan
semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai
untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama
dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir
dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model
pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan
sepenuhnya, diantaranya adalah:
1. Model Administratif
Model administratife atau garis-komando (line-Staff) merupakan pola
pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling
dikenal. Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja
atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan
perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis komando memiliki langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Administrator Pedidikan/ Top Administrative Officers (pemimpin)


membentuk komisi pengarah.
2. Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana
umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan
menyaipkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh
wilayah sekolah.
3. Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang bertugas
mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruh
komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
4. Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan
menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu.
Karena pengembangan kurikulum model administratif ini berdasarkan
konsep, inisiatif, dan arahan dari atas kebawah, maka akan
membutuhkan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik.
Hal inidisebabkan adanya tunututan untuk mempersiapkan para
pelaksana kurikulum tersebut.
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administratifm kita
dapat menandai adanya dua kegiatan didalamnya:
a.

Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan

b.

Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.

Dengan kata lain, midel administratif/ garis-komando membutuhkan


kegiatan pemyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk
pelatihan agar dapat melaksanakan kurkulum dengan baik.
2. Model Grass-Roots
Model pengembangan kurikulum ini merupakan lawan/kebalikan
dari model pertama inisiatif dan pengembangan kurikulum bukan datang
dari atas tetapi dari bawah. Bisa dikatakan model administratif bersifat
top-down (atasan-bawahan), sedangkan model grass roots adalah bottom
up (dari bawah keatas). Lebih lanjut juga bisa diketahui bahwa model

pengembangan kurikulum yang pertama digunakan dalam sistem


pengelolaan pendidikan / kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan
model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang
bersipat desentralisasi.
Dalam model pengembangan yang bersifat grass-roots seorang
(guru) dapat mengupayakan pengembangan komponen- komponen
kurikulum dapat keseluruhan, dapat pula sebagian dari keseluruhan
komponen kurikulum atau keseluruhan dari seluruh komponen kurikulum.
Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah
yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling
kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
3. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp
memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap
tersebut adalah:
1. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang
menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat
dalam pengembangan kurikulum.
3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini
berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan
tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan
keseluruhandesain kurikulum.
4. Implementasi kurikulu, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum
seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum.
5. Evaluasi kurikulum.
4. Model arah terbalik Taba

Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari


yang lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif
menjadi induktif, dengan urutan:
1. mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru
2. menguji unit eksperimen
3. mengadakan refisi dan konsolidasi
4. pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
5. implementasi dan diseminasi
5. Model Rogers
Cari Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan
bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi
untuk berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka
rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut
dengan modelRelasi Interpersonal Rogers
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya
adalah:
1. pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
2. pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
3. pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu
kelas atau unit pelajaran.
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
5. Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum
daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui
aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang
terpilih.
6. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-rotss, datang dari
bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok
guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan

kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau
beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan
komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:
1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk
untuk

melaksanakan

suatu

percobaan

tentang

pengembangan

kurikulum.
2. Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan
penelitian

dan

mengembangkan

sendiri.

Mereka

mencoba

menggunakan hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku.


7. The Systematic Action-Research Model
Model

kurikulum

ini

didasarkan

pada

asumsi

bahwa

perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup


suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru, struktur
sistem sekolah, pols hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan
masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada
tiga hal: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta
wibawa dari pengetahuan propesional.
Penyusunan kurikulum ini harus memasuka pandangan dan
harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu
adalah dengan prosedur action research:
1. Mengadakan

kajian

secara

seksama

tentang

masalah-masalh

kurikulum, berupa pengumpulan data bersifat menyeluruh, dan


mengidentifikasi

faktor-faktor,

kekuatan

dan

kondisi

yang

mempengruhi masalah tersebut.


2. Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.
Tindakan ini segera diikutioleh kegiatan pengumpulan data dan faktafakta

8. Emerging Technical Models


Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai
efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi perkembanagan
model-model kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang
didasarkan atas hal itu diantaranya:
1. Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
2. Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.
Dinamika Kurikulum Indonesia
Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,1984,
1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan
dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya
pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
1. Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana
Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan diIndonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonialBelanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran
1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial
Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam
semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter

manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa
lain di muka bumi ini.
2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran 1947)
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum diIndonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum inisudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan
isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Usai

tahun

1952,

menjelang

tahun

1964,

pemerintah

kembali

menyempurnakan sistem kurikulum diIndonesia. Kali ini diberi nama


Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
4. Kurikulum 1968 (Rencana Pendidikan 1968)
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya

perubahan

struktur

kurikulum

pendidikan

dari

Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,


dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Darisegi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
pendekatan- pendekatan di antaranya sebagai berikut.
1. Berorientasi pada tujuan.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuantujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional(PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
6. Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang
produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik
yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
1. Berorientasi pada tujuan instruksional
2. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
3. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)

4. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi


tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada
peserta didik.
5. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
6. Konsep-konsep yang dipelajarisiswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang. pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk
membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
7. Kurikulum 1994
Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:
1. Pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan sistem catur wulan.
2. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum
ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat
mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
4.

Dalam

pelaksanaan

kegiatan,

guru

hendaknya

memilih

dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik


secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat
memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen,
divergen (terbuka, dimungkinkan lebih darisatu jawaban) dan
penyelidikan.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan

pada

pemahaman

konsep

dan

pengajaran

yang

menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman.
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansisetiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena
kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
3. Bersifa populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam

pelaksanaan

kegiatan,

guru

hendaknya

memilih

dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik


secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat
memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen,
divergen (terbuka, dimungkinkan lebih darisatu jawaban), dan
penyelidikan. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul
beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan
kepada pendekatan penguasaan materi(content oriented), di antaranya
sebagai berikut:
8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK))
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-cirisebagai berikut:
1. Menekankan pd ketercapaian kompetensisiswa baik secara individual
maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan


metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
9. Kurikulum 2006 (KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi
yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah
pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paketpaket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject
matter), yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensisiswa baik secara
individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
6. Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum
berbasis kompetensisebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah
diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan
mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan,
visi misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender
pendidikan,

hingga

pengembangan

silabusnya

Pergantian

penyempurnaan kurikulum adalah suatu keniscayaan yang harus


diberlakukan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
perilaku dan metode pngajaran yang setiap saat terus berkembang. Untuk
menyikapi pergantian kurikulum maka yang harus disiapkan adalah:
Kesiapan dari guru itu sendiri(apapun kurikulumya apabila guru
memahami akan esensi dari kurikulum maka tidak akan terjadi
permasalahan), kesiapan sekolah, kesiapan pemerintah dan kesiapan
stake holder pendidikan. Semoga tulisan ini dapat sedikit memberikan
pencerahan tentang kurikulum diIndonesia, sehingga dapat lebih
menimbulkan kearifan dalam proses belajar-mengajar. Jika diamati
perubahan kurikulum dari tahun 1947 hingga 2006 yang menjadifaktor
atas perubahan itu diantaranya:(1) menyesuaikan dengan perkembangan
jaman, hal ini dapat kita lihat awal perubahan kurikulum darirentJana
pelajaran 1947 menjadirenjtana pelajaran terurai 1952. Awalya hanya
mengikuti

atau

meneruskan

kurikulum

yang

ada

kemudian

dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan


kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan politis semata, hal inisangat jelas
terekam dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum 2006
(KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum diubah
menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak
sesuai dengan perkembangan sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu
yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik tidaknya sebuah
kerikulum. Hal

senada juga diungkapkan

oleh Bagus

(2008),

menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja,


yaitu menggantiRencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003:
19) menyebutkan bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya:
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan
sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada
gilirannya menjadilandasan merumuskan tujuan kurikulum suatu
satuan pendidikan.

2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat


3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan
perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang
digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan
otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang
puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata
pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut Okvina
(2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang
menuntuk

kereatifitasan

seorang

guru.

Kurikulum

yang

kita

pakaisekarang ini masih banyak kekurangan disamping kelebihan yang


ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia
yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lin masih
rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru
dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2)
kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.
Kesimpulan
Wajar apabila satu kurikulum selalu mengalami problematika. Hal ini
dikarenakan perkembangan zaman dari segala aspek pun begitu pesat. Hal ini
tidak bisa dipungkiri. Maka dari itu diperlukan perhatian yang lebih sebelum
menentukan kurikulum yang baru.
Penulis memberi kesimpulan bahwa Kurikulum dalam pendidikan sangat
penting karena dengan adanya kurikulum dalam pendidikan tujuan yang akan
dicapai dalam pendidikan akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang akan dicapai,
karena peranan kurikulum itu mencangkup seluruh kegiatan dalam pendidikan
baik dalam proses pembelajaran maupun seluruh program pendidikan. Kurikulum
membantu untuk dapat mengetahui persoalan yang ada dalam pendidikan.

Dengan adanya tujuan pendidikan dapat dijabarkan dari tujuan tertinggi


yaitu tujuan yang akan dicapai yang disebut tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis
mengemban perananyang sangat penting bagi pendidikan para siswa. Fungsifungsi itu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan para
siswa.Dalam rangka menunjang implementasikan kurikulum berbasis kompetensi,
maka diharapkan sekolah (kepala sekolah dan guru) dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif dalam proses belajar mengajar di kelas.
Daftar Rujukan
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/

(Online)

Diakses pada 24 Pebruari 2013.


http://amanahtp.wordpress.com/2012/12/04/model-model-pengembangankurikulum/ (Online) Diakses pada 24 Pebruari 2013.
http://blog.tp.ac.id/pelaksanaan-kurikulum-pendidikan-di-indonesia.
Diakses pada 24 Pebruari 2013

(Online)

Anda mungkin juga menyukai