PENDIDIKAN DI INDONESIA
Rangga Romana Putra
120721435498
ranggarputra@ymail.com
atau buku-buku pegangan lain, ada sedikitnya tiga poin yang menjadi sasaran
kegiatan Pendidikan Nasional melalui kurikulum itu, yaitu:
1. Memunculkan sikap tanggap terhadap perubahan
2. Memunculkan nurani yang peduli terhadap kekayaan nusantara agar
terbentuk jati diri bangsa
3. Memunculkan perilaku kesalehan yang didasarkan pada nilai-nilai
universal agama di Indonesia
Landasan Pengembangan Kurikulum
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosialbudaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah
ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya
seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran
Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masingmasing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi
anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
pada
pentingnya
melayani
perbedaan
rekonstruktivisme,
peradaban
manusia
masa
depan
sangat
b.
kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau
beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan
komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:
1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk
untuk
melaksanakan
suatu
percobaan
tentang
pengembangan
kurikulum.
2. Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan
penelitian
dan
mengembangkan
sendiri.
Mereka
mencoba
kurikulum
ini
didasarkan
pada
asumsi
bahwa
kajian
secara
seksama
tentang
masalah-masalh
faktor-faktor,
kekuatan
dan
kondisi
yang
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa
lain di muka bumi ini.
2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran 1947)
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum diIndonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum inisudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan
isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Usai
tahun
1952,
menjelang
tahun
1964,
pemerintah
kembali
perubahan
struktur
kurikulum
pendidikan
dari
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
pendekatan- pendekatan di antaranya sebagai berikut.
1. Berorientasi pada tujuan.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuantujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional(PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
6. Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang
produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik
yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
1. Berorientasi pada tujuan instruksional
2. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
3. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
Dalam
pelaksanaan
kegiatan,
guru
hendaknya
memilih
dan
pada
pemahaman
konsep
dan
pengajaran
yang
6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman.
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansisetiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena
kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
3. Bersifa populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam
pelaksanaan
kegiatan,
guru
hendaknya
memilih
dan
hingga
pengembangan
silabusnya
Pergantian
atau
meneruskan
kurikulum
yang
ada
kemudian
oleh Bagus
(2008),
kereatifitasan
seorang
guru.
Kurikulum
yang
kita
(Online)
(Online)