Anda di halaman 1dari 4

Jawaban :

1. Diagnosis banding pada pasien ini adalah :


a. Anemia normositik normokromik
DD etiologi : - Penyakit kronik
-

Keganasan hematologi

b. Lekositosis :
DD etiologi : - Keganasan hematologi
-

Reaksi lekemoid

c. Hiperglikemia
DD etiologi : diabetes melitus
2. Pemeriksaan yang diusulkan pada untuk pasien ini adalah :
a. Hitung jenis lekosit, gambaran darah tepi, retikulosit
b. Gula darah puasa, gula darah 2 jam post prandial, HbA1c dan reduksi urin
3. Diagnosis untuk pasien ini adalah :
a. Anemia normositik normokromik dan splenomegali ec. keganasan hematologi
kronik
b. Hiperglikemia ec. diabetes melitus
4. Dasar diagnosis untuk pasien ini :
Berdasarkan anamnesis : adanya keluhan badan terasa lemah, cepat lelah,
penurunan

BB

merupakan

gejala

klinis

yang

berhubungan

dengan

hipermetabolisme.
Pemeriksaan fisik : ada anemis akibat penurunan hemoglobin, splenomegali
Hasil pemeriksaan laboratorium
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi :
- Adanya penurunan kadar hemoglobin (kurang dari 10 g%), berdasarkan
indeks eritrosit yaitu MCV dan MCH menunjukkan suatu anemia normositik
normokromik, merupakan anemia yang sering terjadi pada keganasan
hematologi.
- Adanya lekositosis yang mencapai 100.000 atau lebih

- Hitung jenis : ditemukan sedikit peningkatan eosinofil, adanya sel-sel seri


mielositik semua stadium
- GDT : memberi kesan adanya suatu keganasan hematologi kronik
(ditemukan semua seri mielositik dengan blas < 10 %)
- GDS : menunjukkan peningkatan curiga DM dan untuk mendiagnosis
suatu DM perlu dilakukan pemeriksaan GDP dan GD 2 jam PP. Pada pasien
ini terjadi peningkatan kadar gula darah puasa maupun 2 jam PP. Hasil
reduksi menunjukkan hasil positif (+)
5. Pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mendukung diagnosis :
a. BMP dengan pengecatan sitokimia
b. Pemeriksaan sitogenetik : adanya kromosom Philadelphia
c. Neutrophil alkaline phosphatase (NAP)pada CML rendah (normal 10-100)
Positif akan terlihat presipitasi granula berwarna biru cerah dengan inti warna
merah :
0 negatif
1 (+)
2 (++)
3 (+++)
4 (++++)

: Tidak ada granula


: dengan sedikit sekali granula
: ada sedikit lebih bayak dari (+)1
: Kuat dengan granulasi banyak
: Sangat kuat dengan sitoplasma berisi granula
padat

Skor dinilai dari 100 netrofil


Skor sangat tinggi pada infeksi, lekemoid reaksi, sirosis hepatis
Skor sangat rendah pada CML, AML, PNH.
6. Diagnosis : CML fase kronis
7. Dasar diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan BMP, Sitogenetika danNAP:
Dari hasil BMP ditemukan adanya sumsum tulang yang hiperseluler,
peningkatan granulopoiesis, penurunan eritropoiesis, peningkatan eosinofil dan
basofil, peningkatan M:E ratio, mieloblas < 10%.
Hasil sitogenetika : kromosom Philadelphia (+)
NAP : skor < 10
8. Membedakan fase-fase CML :

a. Fase kronis
Jumlah sel blas kurang dari 10% di darah tepi dan sumsum tulang.
b. Fase akselerasi atau transformasi akut
Jumlah blas lebih dari 10% tetapi kurang dari 20% di darah tepi dan
sumsum tulang
c. Fase blastik atau krisis blastik
Jumlah blas lebih dari 20% pada darah tepi serta sumsum tulangnya.
9. Diagnosis yang dipikirkan :
Infeksi saluran kemih (ISK) dan nefropati diabetikum
Pemeriksaan yang diusulkan adalah pemeriksaan ureum, kreatinin, elektrolit,
urin rutin, proteinuria dan kultur urin. Hasil yang diharapkan untuk menyokong
diagnosis :
Infeksi saluran kemih :
- Peningkatan jumlah lekosit urin. Peningkatan jumlah leukosit dalam urin
berkaitan dengan proses inflamasi/infeksi pada saluran kemih, dehidrasi
dan demam. Hal ini karena meningkatnya kecepatan ekskresi leukosit
karena perubahan permeabilitas glomerulus atau perubahan motilitas
leukosit. Dengan kemampuan gerakan ameboidnya, leukosit dapat menuju
-

daerah inflamasi dan melakukan penetrasi ke daerah yang berdekatan.


Nitrit (+).Ditemukan nitrit positif berarti terdapat bakteri pemecah nitrat

menjadi nitrit dalam saluran kemih penderita.


Bakteri positif. Bakteri urin positif dapat disebabkan karena infeksi

saluran kemih
- Kultur urin : positif/ ditemukan kuman penyebab ISK
Nefropati diabetikum :
-

Proteinuria yang menetap. Dikatakan proteinuria menetap bila dalam 3x


pemeriksaan dengan jarak 1 bulan menunjukkan hasil positif, dapat
disebabkan juga karena kerusakan glomerolus ginjal sebagai akibat dari
DM.

Peningkatan ureum dan kreatinin serum. Uremia dan peningkatan kadar


kreatinin serum pada penderita menunjukkan bahwa penyakit sudah masuk
ke dalam stadium IV nefropati diabetik. Pada stadium IV sudah terjadi
kerusakan glomerulus yang telah lanjut, penurunan filtrasi ginjal dan ada
tanda - tanda gagal ginjal kronik.

10. Tes pengendalian DM :


a. HbA1c (Hemoglobin adult 1 c)
HbA1c adalah HbA1 yang terikat secara spesifik dengan glukosa Nterminal valin dari rantai membentuk pre- HbA1c yang tidak stabil yang
selanjutnya melalui penyusunan kembali membentuk HbA1c yang stabil.
Tes HbA1c memberi informasi rata-rata kadar glukosa darah selama 40-60
hari terakhir, sesuai waktu paruh eritrosit dan untuk mengetahui kualitas
pengendalian glukosa pasien DM. Nilai rujukan : 4,8-6,0 %
b. Fraksi lipid
Salah satu komplikasi kronik DM adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Dislipidemia merupakan faktor predisposisi PJK. Pasien DM dapat
mengalami dislipidemia oleh karena itu DM dengan dislipidemia
meningkatkan komplikasi PJK. Pemeriksaan fraksi lipid dilakukan setahun
1 kali.
c. Mikroalbuminuria
Tes ini dilakukan untuk deteksi dini terhadap komplikasi nefropati
diabetikum. Pada pasien DM tipe 2 tes mikroalbuminuria dilakukan 1 tahun
setelah didiagnosis DM, frekuensi tes sekali setahun. Nilai rujukan : 20
-200 mg/24 jam (pria) dan 30-300 mg/24 jam (wanita).
11. Pengendalian DM pada pasien ini buruk karena nilai HbA1c lebih dari 8%

Anda mungkin juga menyukai