Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Seorang pria 50 tahun, dengan keluhan perut membesar, kaki bengkak,


berak warna hitam dan kencing seperti teh, mual (+). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva palpebra pucat, sklera ikterik. Pada pemeriksaan paru :
pada palpasi : stem fremitus kiri melemah dibandingkan kanan mulai SIC IV ke
bawah, perkusi : paru kiri pekak mulai SIC IV ke bawah, auskultasi : pada paru
kiri suara dasar bronchial, ronchi basah halus di SIC II IV, mulai SIC IV ke
bawah suara nafas tidak terdengar. Pada pemeriksaan abdomen tampak cembung,
venektasi (+), perkusi redup, pekak sisi (+), pekak alih (+), liver span 9 cm. Pada
palpasi : hepar teraba 2 jari bawah arcus costa, kenyal, tepi tajam, permukaan rata;
lien teraba di Schuffner 2, kenyal, tepi tumpul, permukaan rata.
Pemeriksaan laboratorium pada saat masuk rumah sakit didapatkan
trombositopenia, hipoalbumin, hiperbilirubinemia dan HBsAg (+). Penderita
didiagnosis sementara dengan asites, penyakit hepar kronis yang didiagnosis
banding hepatitis kronis, sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler; serta effusi
pleura sinistra.
Selama perawatan di RS, didapatkan hasil laboratorium sebagai berikut :
Trombositopenia,

disebabkan

karena

kerusakan

sel-sel

hepar

yang

menyebabkan terganggunya trombopoitin yang merupakan enzim yang


berfungsi untuk merangsang trombopoisis. Hal ini akan menyebabkan
menurunnya jumlah trombosit
Peningkatan kadar bilirubin total dan direk; Kenaikan bilirubin total
disebabkan oleh karena adanya bendungan saluran empedu ekstrahepatik
akibat adanya penyakit hepar kronis dan keganasan, sedangkan peningkatan
kadar bilirubin direk dapat disebabkan karena nekrosis hepatoseluler.
Peningkatan kadar SGOT sedangkan kadar SGPT masih dalam batas normal.
Keadaan ini disebabkan karena proses yang kronis pada hepar dan adanya
nekrosis sel hati akibat anoksia jaringan hati yang masih dimungkinkan karena
adanya penekanan sel-sel tumor.

Peningkatan kadar GGT; disebabkan karena kolestasis. Dapat karena proses


kronis pada hepar dan penekanan jaringan tumor. Kadar GGT perlu diperiksa
ulang untuk pemantauan terapi.
Peningkatan kadar ALP; Kenaikan kadar ALP dapat ditemukan pada keganasan
hati (3-5x nilai rujukan) disebabkan oleh karena kenaikan produksi enzim oleh
sel hati.
Peningkatan kadar LDH; LDH bukanlah enzim spesifik untuk kelainan di
hepar, namun peningkatan kadar 2x nilai rujukan dapat terjadi pada keganasan
hati primer. Pada pasien ini kadar LDH mengalami peningkatan namun belum
sampai 2 x nilai rujukan dan perlu diperiksa ulang.
Hipoalbuminemia; Salah satu fungsi hati adalah sintesis albumin sehingga
apabila terjadi kerusakan sel hati karena penyakit hepar kronis ataupun
keganasan menyebabkan sintesis albumin menurun.
Pemanjangan studi koagulasi (PPT dan aPTT memanjang). Hati membentuk
sebagian besar protein pembekuan dalam plasma. Hati normal membentuk
protein koagulasi (yang disebut faktor hati atau faktor-faktor tergantung
vitamin K, yaitu faktor II, VII, IX dan X). Pada penyakit heparkronik dan
keganasan, keempat protein koagulasi akan menurun karena kerusakan sel hati
akan mempengaruhi pembentukan faktor pembekuan.
Peningkatan kadar AFP; AFP meningkat kadarnya dalam darah pasien yang
mengalami karsinoma hepatoseluler primer dan sekarang digunakan secara
ekstensif untuk diagnosis kanker hati. AFP juga dapat meningkat pada peyakit
sirosis hati, hepatitis, nekrosis, dan bila ada metastasis ke hati dari keganasan
lain. Pemeriksaan ulang AFP perlu dilakukan untuk pemantauan terapi.
Analisis cairan pleura; pada analisis cairan pleura pasien ini didapatkan tes
Rivalta (+), namun untuk menentukan apakah cairan pleura tersebut eksudat,
harus memenuhi 1 dari 3 kriteria, yaitu protein cairan pleura > 2,9 g/dL (29
g/L), kolesterol cairan pleura >45 mg/dL (1,16 mmol/L), atau LDH cairan
pleura >60% batas atas untuk serum.

Analisis cairan ascites; pada analisis cairan ascites pasien ini ditemukan
peningkatan jumlah PMN, MN, eritrosit serta gradien albumin serum ascites
> 1,1 g/dL yang menandakan cairan berasal dari proses transudasi.
Hasil kultur mikrobiologi; ditemukan kuman diplococcus (+) menandakan
adanya infeksi bakteri. Setelah dilakukan uji sensitivitas, didapatkan bahwa
kuman tersebut sensitif terhadap Cefotaxime, Ciprofloxacin, dan Gentamicin.
HBs Ag (+) menandakan adanya infeksi hepatitis B. Perlu diobservasi agar
tidak menjadi gagal hati fulminan. Perlu dilakukan pemeriksaan serologi ulang
3 bulan setelah infeksi. Bila HBsAg tetap (+) dalam 6 bulan menandakan
bahwa penyakit menjadi kronis.

Anda mungkin juga menyukai