PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saliva merupakan sekresi eksokrin mukoserous berwarna bening dengan
sifat sedikit asam yang dihasilkan dan disekresikan oleh tiga pasang kelenjar
saliva yaitu kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Semua kelenjar
ludah atau saliva mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut salivia (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 - 12 minggu)
sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan
jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi
seluruh jaringan rongga mulut.
Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit
sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit.
Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang
kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan
meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.
Aliran dari saliva dipengaruhi oleh aksi dari pengunyahan. Seseorang yang lemah
dalam pengecapan bisa menghasilkan saliva yang tidak mencukupi guna proses
pengunyahan yang memadai. Bau,rasa, penglihatan atau bahkan memikirkan
makanan bisa merangsang pengeluaran saliva.
Saliva diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada
umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi
biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak
1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan
0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur
organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino,
amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva
antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan
Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi
dalam saliva adalah kalsium dan Natrium. Saliva ( air liur ) mengandung
komponen yang secara langsung menyerang bakteri penyebab kerusakan pada
gigi, juga saliva ini kaya dengan kalsium dan pospat yang membatu proses
remineralisasi dari enamel ( struktur terluar dari mahkota gigi.
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu : Melicinkan dan membasahi
rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan,
membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair
sehingga mudah ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa
makanan dan kuman, mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer,
membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase
ludah) dan lipase ludah, berpartisipasi dalam proses pembekuan dan
penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal
growth factor pada saliva, jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran
tentang keseimbangan air dalam tubuh, serta membantu dalam berbicara
(pelumasan pada pipi dan lidah).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mekanisme dari sekresi saliva?
1.2.2 Bagaimana histologi, anatomi dan fisiologi dari sekresi saliva?
1.2.3 Apa saja komposisi dan faktor - faktor yang mempengaruhi sekresi
saliva?
1.2.4 Apa saja kelainan dari sekresi saliva?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Memahami dan mengetahui mekanisme dari sekresi saliva
1.3.2 Memahami dan mengetahui histologi, anatomi dan fisiologi dari sekresi
saliva
1.3.3 Memahami dan mengetahui komposisi dan faktor - faktor yang
mempengaruhi sekresi saliva
1.3.4 Memahami dan mengetahui kelainan dari sekresi saliva
1.4 Maping
Kelenjar Saliva
Mekanisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Sekresi Saliva
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung
pada tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4
ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh
kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya
akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjarkelenjar di lapisan mukosa mulut (Despopoulos dan Silbernagl, 2000).
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya
rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah
ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi
basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah
setiap waktu (Sherwood, 2001). Selain sekresi yang bersifat konstan dan
sedikit tersebut, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks
saliva yang berbeda: (1) refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan
(2) refleks saliva didapat, atau terkondisi. Refleks saliva sederhana (tidak
terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam
rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan,
reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang
membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva
kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar
saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi
mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya
manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks
saliva didapat (terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan
oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan
yang lezat dapat memicu pengeluaran Saliva melalui refleks ini
(Sherwood, 2001). Gambar 2.1 Kontrol Sekresi Saliva (Sherwood, 2001)
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf
otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf
dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit.
Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini
kira-kira 1-1,5 liter per hari.
2.2.1 KELENJAR SALIVA MAYOR
Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan
ditemui berpasangpasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki
duktus yang sangat panjang. Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak
jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya
kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar
saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan
sublingualis. Masingmasing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang
berbedabeda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia
terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan
sublingualis (5%).
2.2.1.1 Kelenjar Parotis
Anatomi:
o Kelenjar
ini
merupakan
kelenjar
terbesar
lipatan
antara
mukosa
pipi
dan
gusi
duktus
kompleks,
yang
pada
manusia
yang
dominan,
karena
itu
disebut
utama
yaitu
duktus
submandibularis
menghasilkan
80%
5%
dari
pengeluaran
ludah
dalam
24
jam.
10
11
keluar
dan
menyebabkan
pembengkakan
(mucocele).
12
Gambaran Klinis
Batas tegas
Konsistensi lunak
Warna transluscent
Ukuran biasanya kecil
Tidak ada keluhan sakit
Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan
timbul lagi
Diagnosis
Diagnosis mukokel bisa secara langsung dari riwayat penyakit,
keadaan klinis dan palpasi.
Langkah-langkah cara mendiagnosis ranula adalah :
Differential Diagnosa
Differential diagnosis dari mukokel adalah sebagai berikut :
Adenoma Pleomorfik
Suatu nodula keras kebiru-biruan
Kista Nasolabial
Suatu nodula berfluktuasi pada palpasi
Kista Implantasi
Penatalaksanaan
Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang,
bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa minggu, dan dapat
hilang dengan sendirinya. Namun banyak juga lesi yang sifatnya
13
mikroskopis untuk
menggunakan
injeksi
Kortikosteroid
sebelum
dan peradangan.
Bila
kista
menimbulkan
menerobos
pembengkakan
dibawah
submandibular,
14
otot
Bentuk
dan
rupa
kista
ini
seperti
perut
kodok
yang
Diagnosis
Diagnosis mukokel bisa secara langsung daririwayat penyakit,
keadaan klinis dan palpasi.
Langkah-langkah cara mendiagnosis ranula adalah :
Differential Diagnosa
-
Kista Dermoid
Kista dermoid yang tampak sebagai suatu pembengkakan
jaringan lunak dalam mulut
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
ranula
biasanya
dilakukan
dengan
16
abses
kontraindikasi.Insisi
dan
telah
terjadi.
drainase
paling
menunjukkan apakah
Sialography
baik
merupakan
dilakukan
dengan
17
memproduksi air liur. Dapat juga didiagnosis dengan cara biopsi. Untuk
mendapatkan sampel biopsi, biasa diunakan pada kelenjar dari bibir
bawah. Prosedur biopsi kelenjar saliva bibir bawah diawali dengan
anastesi lokal kemudian dibuat sayatan kecil dibagian dalam bibir bawah.
Gejala
Gejala dari sjorgen syndrome antara lain; mulut kering, kesulitan
menelan, kerusakan gigi, penyakit gingiva, mulut luka dan pembengkakan,
dan infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam pipi.
Penatalaksanaan
Mulut yang kering dapat dibantu dengan minum air yang banyak
dan perawatan gigi yang baik untuk menghindari kerusakan pada gigi.
Kelenjar dapat dirangsang dengan menghisap tetesan air lemon tanpa gula
atau gliserin pembersih.
Perawatan tambahan untuk gejala mulut kering adalah obat resep
untuk menstimulasi air liur seperti pilocarpine dan ceuimeline. Obatobatan ini harus dihinari oleh orang yang berpenyakit jantung, asma, dan
glukoma.
Penyebab
Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, ada dukungan ilmiah
yang menyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya
faktor genetik yang dapat memicu terjadinya sjorgen syndrome, karena
penyakit ini kadang-kadang penyakit ditemukan pada anggota keluarga
lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki
penyakit autoimun lainnya seperti lupus eritematous sistemik, autoimun
penyakit tiroid, diabetes, dll.
2.4.5 SIALORRHEA
18
berkurangnya
sekresi
kelenjar
saliva
yang
dapat
19
gejala
degenerasi,
seperti
sklerosis
multipel,
juga
akan
20
mantel atau iradiasi tubuh total (TBI) sebelum transplantasi sel induk
haematopoietic (transplantasi tulang sumsum) (Scully, 2008).
6. Fisiologi
Sensasi mulut kering yang subyektif terjadi setelah pembicaraan
yang berlebihan dan selama berolahraga. Pada keadaan ini ada dua faktor
yang ikut berperan. Bernafas melalui mulut yang terjadi pada saat olah
raga, berbicara atau menyanyi, juga dapat memberi efek kering pada
mulut. Selain itu, juga ada komponen emosional, yang merangsang
terjadinya efek simpatik dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem
saraf parasimpatik, sehingga menyebabkan berkurangnya aliran saliva dan
mulut menjadi kering. Sebagian besar orang mengalami sensasi mulut
kering sebelum melakukan tanya jawab yang penting atau sebelum
berpidato (Gayford dan Haskell, 1990).
7. Agenisis dari kelenjar saliva
Sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang pasien memang
mempunyai keadaan mulut yang kering sejak lahir. Hasil sialograf
menunjukkan cacat yang besar dari kelenjar saliva (Gayford dan Haskell,
1990).
8. Karena penyumbatan hidung
Pada anak-anak, penyebab penyumbatan hidung yang paling sering
terlihat adalah pembesaran tonsil nasoparingeal (adenoid). Pada orang
dewasa terdapat berbagai macam penyebab, dari penyimpangan keadaan
hidung, polip hidung atau hipertropi rinitis. Semua keadaan tersebut
menyebabkan pasien bernafas dari mulut, tanpa penyumbatan hidung
(Gayford dan Haskell, 1990).
9. Faktor ketuaan dan psikologi
Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa kesulitan
mengunyah dan menelan, atau kesulitan dalam mempergunakan gigi
tiruan. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi tiruan tidak
menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukous untuk
tempat gigi tiruan melayang pada permukaannya, dan dengan tegangan
permukaan yang berkurang untuk retensi gigi tiruan atas dalam menahan
21
tekanan kunyah. Bila daerah pendukung gigi tiruan telah terasa nyeri,
trauma dapat berlangsung terus (Gayford dan Haskell, 1990). Menurut
Hasibuan (2002), perubahan atropi pada kelenjar saliva seiring dengan
pertambahan usia, dimana hal ini akan menurunkan produksi saliva dan
mengubah komposisinya (Hasibuan, 2002).
10. Penyakit kelenjar saliva
Selain sindrom sjogren, penyakit-penyakit kelenjar saliva jarang
menimbulkan xerostomia. Penyakit harus mengenai kedua kelenjar parotid
secara bergantian, untuk dapat menimbulkan kerusakan yang menyeluruh
(Gayford dan Haskell, 1990).
2.4.5.1 Perawatan Xerostomia
Segala penyebab yang mendasari xerostomia harus
diperbaiki, dan berbagai upaya harus dilakukan untuk menghindari
faktor-faktor yang dapat meningkatkan kekeringan, seperti
lingkungan yang panas dan kering, makanan kering seperti biskuit,
obat-obatan (misalnya antidepresan tricyclic atau diuretik), alkohol
(termasuk mouthwases), merokok, minuman yang memproduksi
diuresis (kopi dan teh). Bibir mungkin menjadi kering dan atropik,
sehingga harus terus lembab dengan menggunakan pelumas yang
berbahan dasar air atau produk yang berbahan dasar lanolin
(misalnya vaseline). Minyak zaitun, vitamin E atau lip balm juga
dapat membantu (Scully, 2008). Pada kasus yang ringan dapat
dirawat dengan cara banyak minum, dan akan sangat membantu
bagi pasien untuk selalu menyediakan segelas air di samping
tempat tidurnya atau untuk membantu menelan makanan. Larutan
kumur mulut seperti gliserin dari timol juga dapat digunakan pada
beberapa keadaan tertentu. Pemberian warna dan bau tertentu, juga
dapat digunakan untuk pasien tertentu. Larutan kumur yang
mengandung metil selulose 1% dapat membantu keadaan yang
parah; larutan ini tidak berbahaya bila tertelan pasien karena dapat
membantu mendorong makanan ke oesopagus. Obat-obatan
22
23
keras
atau
permen
karet),
kimiawi
oleh
24
BAB 3
KESIMPULAN
a. Saliva adalah cairan kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari
kelenjar saliva mayor dan minor yang ada di mukosa mulut.
b. Tiga kelenjar saliva mayor adalah kelenjar parotis,
kelenjar
25