Disampaikan dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-1, Bali, 2-5 Desember 2008
Pengantar
Secara substansial kerja pengelolaan informasi publik saat ini telah
mendapatkan perhatian serius dari kalangan baik birokrasi pemerintah dan
lembaga publik lainnya.
tetapi
juga
media
konvensional
belakang
pendidikan,
faktor
tentang
Keterbukaan
berbondong-bondong
yang
telah
berkembang
meminta informasi apa saja yang mereka inginkan. Apa saja. Bisa saja nanti
ada yang meminta penjelasan secara teknis maupun non-teknis tentang
penanganan bencana lumpur di Sidoarjo, atau permintaan literatur yang
sebenarnya sangat lama, misalnya berapa lokasi pekuburan Belanda di
Indonesia.
Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan sistem dan metoda
pelayanan informasi publik yang efisien, dan efektif dengan bobot materi
informasi yang terpercaya. Semua hal tersebut hendaknya dilakukan oleh
instansi/lembaga penyedia informasi publik secara sinergi;
penting
untuk
meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
dalam
mengelola
layanan
publik
yang
disediakan.
Fakta
tidak hanya
keputusan
yang
efektif
sehingga
memungkinkan
dengan
produk
informasi,
OBrien
(1998:25--26)
Cakupan
Performa
Dimensi Bentuk
Kejelasan
Dimensi waktu, isi, dan bentuk informasi menjadi unsur yang penting
dalam kualitas informasi. Informasi yang berkualitas tentu sangat diperlukan
dan memainkan peranan penting. Ketika keputusan atau sebuah kebijakan
layanan publik didukung oleh informasi berkualitas rendah, tanpa dukungan
informasi sama sekali, dapat dipastikan keputusan itu akan keliru atau
berisiko kegagalan dalam mengimplementasikannya di lapangan.
Padahal mayoritas bentuk layanan informasi publik yang dilakukan
pemerintah/lembaga publik sangat berkaitan dengan pengumpulan serta
pengolahan dan penyediaan berbagai data atau informasi, pengetahuan
ataupun kebijakan, serta proses penyebarannya kepada publik yang
membutuhkan layanan. Di
oleh
suatu
badan
publik
yang
berkaitan
dengan
bidang
Politik,
Hukum,
Hankam,
Perekonomian
dan
informasi
sosialisasi,
serta perpustakaan-perpustakaan.
Selain itu, bekerjasama dengan instansi pemerintah terkait
menyelenggarakan konferensi pers di Departemen Komunikasi dan
5
masalah tertentu.
(Komisi Pemberantasan
program
dan
pemerintah
negara
di
bidang
Polhukam,
KECEPATAN
INFORMASI,
dengan
peningkatan
Komunikasi
dan
Informatika
membangun
dan
Komunikasi
dan
Informatika
menempatkan
acuan
informasi
resmi
pemerintah.
Menurut
data
6
informasi di daerah.
Departemen
Komunikasi
dan
Informatika
melaksanakan
dengan
pemerintah
memberikan
provinsi
dan
bantuan
operasional
kabupaten/kota
guna
kepada
penyebaran
Seluruh
komponen
masyarakat
baik
individu
maupun
kelembagaan
baik di
Departemen
Komunikasi
dan
Informatika
juga
telah
agar bisa
informasi
publik.
Selain
iitu
terciptanya
program-program
daya
informasi
publik.
Hal
tersebut
bisa
diwadahi
dalam
Penutup
Teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan informasi publik
pada batas tertentu menjadi salah satu kekuatan pemaksa perubahan
paradigma dan cara pelayanan publik yang disediakan pemerintah/lembaga
publik. Namun, teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa sepenuhnya
menggantikan pelayanan dan proses pengambilan keputusan yang biasanya
dilakukan birokrat pelayanan publik. Oleh karena itu bisa dipahami, jika
teknologi informasi dan komunikasi hanya merupakan sarana bantu dalam
pembuatan keputusan dan penyajian informasi kepada publik tentang
berbagai aspek layanan.
Namun demikian, potensi pengembangan itu jelas tidak akan tertutup.
Pasalnya, ada tiga kekuatan penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
Indonesia yakni (1) pasar yang besar karena penduduk Indonesia yang pada
saat ini lebih dari 220 juta orang. Selain itu, (2) respons pasar yang meningkat
pesat terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan (3)
komitmen pemerintah untuk menyediakan akses informasi untuk daerah
tertinggal (Rosmansyah, Zuhri, dan Supangkat, 2006:184--186).
Tentu, hal itu akan semakin sempurna jika berbagai bentuk pilihan
jenis layanan informasi publik secara digital dan berbasis teknologi informasi
dan komunikasi selayaknya lebih didorong oleh kebutuhan akan efisiensi dan
efektivitas layanan terhadap publik atau masyarakat luas.
Kelahiran UU KIP adalah sebuah dasar hukum bagi pelaksanaan
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Tentu, adanya sanksi bagi
pelanggaran atau ketidaksiapan badan publik dalam menyediakan informasi
publik mendorong setiap pihak, khususnya para pejabat, bersiap-siap kerja
ekstra keras karena meja kerjanya akan dipenuhi surat-surat permintaan
10
informasi yang dibutuhkan publik. Atau, jangan-jangan meja itu justru dipenuhi
surat-surat panggilan sidang yang mereka terima karena menolak atau
mengabaikan permintaan informasi.
Dengan lahirnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi, memang
para pejabat publik atau pengelola informasi tak bisa lagi seenaknya menolak
memberikan informasi dengan berbagai alasan. Para pemohon informasi
berhak mengajukan gugatan terhadap pejabat publik ke Komisi Informasi.
Bahkan, jika tidak puas dengan putusan Komisi Informasi, Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 Tahun 2008 membolehkan pemohon
informasi menggugat ke pengadilan. Undang-undang tersebut juga mengatur
soal pemberian sanksi pidana penjara satu tahun dan denda Rp 5 juta bagi
pejabat yang menolak memberikan informasi publik yang berakibat merugikan
orang lain. Jika pejabat publik sengaja membuat informasi publik tidak benar
dan menyesatkan, ia dijerat pidana dengan hukuman satu tahun penjara dan
denda Rp 5 juta.
Sebaliknya,
bagi
masyarakat,
undang-undang
ini
mengakhiri
korupsi
karena
memperdagangkan
informasi
dan
mengakhiri
Bahan bacaan:
Indrajit, R.E. 2002. E-Government: Strategi Pembanguan dan Pengembangan Sistem
Pelayanan Publik berbasis Teknologi Digital. Penerbit Andi. Yogyakarta.
_________. 2005. Kerangka konseptual Domain Kunci Keberhasilan Proyek
Perencanaan dan Pengembangan Electronic Government dalam Supangkat,
S.H.; J. Sembiring; Y. Rosmansyah (ed.). Prosiding Konferensi Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi: e-Indonesia Initiatives 2005. Bandung. h.
367-371.
Lucas, H.C.Jr. 1987. Analisis Desain dan Implementasi Sistem Informasi. Erlangga.
Jakarta.
OBrien, James A, 2003, Introduction to Information System, Irwin/McGraw-Hill.
Rosmansyah, Y.; S. Zuhri, dan S.H.Supangkat. 2006. Sebuah Rancangan Roadmap
Tekonologi Informasi dan Komunikasi. dalam Supangkat, S.H.; J. Sembiring; Y.
Rosmansyah (ed.). Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Indonesia. Bandung. h. 182-186.
Rust, R.T. and P.K. Kannan. 2002. e-Service: New Directions in Theory and Practice. ME
Sharpe. New York.
Suprawoto. 2007. Pelayanan Publik melalui E-Government: Studi Kasus pada Pelayanan
KTP Online, PSB Online, dan e-Procurement di Kota Surabaya. Disertasi.
Universitas Brawijaya, Malang.
11