Anda di halaman 1dari 9

Initial Public Offering (IPO)

Initial Public Offering (IPO) merupakan suatu proses mengeluarkan saham baru
kepada investor publik untuk pertama kalinya dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada investor untuk dapat menanamkan investasi ke dalam perusahaan
tersebut dan sahamnya nantinya dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi suatu
perusahaan (Emiten) IPO secara finansial merupakan sarana untuk memperoleh modal dan
untuk pengembangan bisnis perusahaan serta sarana lainnya sebagai parameter bahwa
perusahaan tersebut telah menjalankan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan yang
dampaknya dapat memperoleh citra perusahaan. Pengaturan IPO sendiri, diatur dalam
Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang ditetapkan pada
tanggal 26 April 2007 (sebagai pengganti Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal) dan Keputusan Menteri serta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM
dan Bursa Efek.

PROSES IPO

Perusahaan yang menerbitkan saham ke publik untuk pertama kalinya disebut emiten.
Jenis saham yang diterbitkan ke publik biasanya merupakan saham biasa (common
stocks) bukan saham istimewa (preferred stocks). Emiten dalam menerbitkan sahamnya
biasanya dibantu oleh underwriter yang merupakan investment bankers. Emiten biasanya
menggunakan jasa underwriter untuk menerbitkan saham, untuk menetapkan harga yang
cocok, untuk dapat ditawarkan dan timing saham tersebut diterbitkan. Emiten dapat

menggunakan jasa underwriter yang terdiri dari hanya satu investment bankers ataupun
dari

sindikasi

investment

bankers yang

dipimpin

oleh

satu

Lead

Underwriter.

Underwriternya juga dapat berasal baik dari dalam dan luar negeri emiten tersebut berasal.
Penunjukkan tersebut berdasarkan strategi yang digunakan oleh emiten atas proses
IPOnya.
Proses go public tetap menggunakan prosedur yang berlaku, sesuai dengan standar dan
aturan yang berlaku, tanpa sedikit pun manajemen BEI terlibat di dalamnya. Karena
memang dalam proses go public ini, pintu pertama yang harus dilakukan adalah Badan
Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (BapepamLK). Karena berdasarkan struktur dan
UU Pasar Modal, lembaga pemerintah ini yang diberikan tanggung jawab terhadap
proses go public hingga pasar perdana (pasar primer). Proses go public, secara sederhana
dikatakan sebagai kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten
untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh
UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Oleh karena penawaran umum sebuah
aktivitas dari sebuah perusahaan maka setidaknya ada tahapan-tahapan yang mesti
dikerjakan oleh perusahaan yang akan melakukan penawaran umum ini. Terlebih lagi
penawaran umum tersebut mencakup penjualan saham di pasar perdana, penjatahan
saham, pencatatan di bursa efek. Dari tahapan-tahapan tersebut BEI membagi beberapa
tahapan kerja dari sebuah proses go public.
TAHAP PERSIAPAN
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses go public. Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus
dilakukan sebuah perusahaan yang akan go public adalah melakukan Rapat Umum
Pemegang Saham terlebih dulu (RUPS). Go public harus disetujui terlebih dulu oleh
pemegang saham, karena go public akan melibatkan modal baru di luar pemegang saham
yang ada maka perlu diputuskan apakah kehadiran modal baru itu nantinya akan mengubah
masing-masing kepemilikan para pemegang saham lama. Berapa modal yang dibutuhkan,
dan berapa modal yang mesti disetor masing- masing pemegang saham harus terjawab dan
memperoleh persetujuan oleh pemegang saham lama. Setelah memperoleh persetujuan go
public , maka perusahaan mulai mempersiapkan penjamin emisi (underwriter) dari
perusahaan itu. Underwriter adalah perusahaan efek yang nantinya akan menjembatani
perusahaan efek tersebut ke pasar modal. Sebagai penjamin maka perusahaan efek itu akan

menyiapkan dokumen dan bersama dengan perusahaan menunjuk pihak-pihak seperti


akuntan publik, konsultan hukum, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan faktor-faktor
lain yang sifatnya adminsitrasi.
Akuntan publik dibutuhkan untuk menilai berbagai pernyataan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan, konsultan hukum, tentunya antara lain melakukan audit hukum atas aspek
hukum dari bisnis, aset dan berbagai produk hukum yang pernah dikeluarkan dan yang akan
dikeluarkan perusahaan. Sedangkan notaris ditunjuk antara lain untuk mencatat setiap
keputusan yang diambil perusahaan daam rangka proses go public. Tugas notaris antara lain
berkaitan dengan perubahan modal disetor Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART).
Appraisal atau perusahaan penilai bertugas untuk menilai aset perusahaan khususnya dari
sisi nilai. Dengan adanya appraisal ini berarti bisa diketahui nilai perusahaan, nilai modal
sehingga nantinya bersama dengan komponen-komponen lainnya, kinerja keuangan dan
operasional bisa dikeluarkan nilai dan harga saham yang layak bila perusahaan itu akan go
public.
TAHAP PENGAJUAN PERNYATAAN PENDAFTARAN
Dalam tahap ini, perusahaan bersama underwriter membawa dokumen yang terangkum
dalam prospektus ringkas perusahaan ke Bapepam-LK. Prospektus ringkas merupakan
keterangan ringkas mengenai perusahaan dalam minimal dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir. Untuk itu prospektus harus secara ringkas dan padat memuat berbagai informasi
terkait dengan perusahaan, mulai dari company profile, kinerja operasional perusahaan
seperti, neraca rugi laba, proyeksi kinerja perusahaan serta untuk kepentingan apa dana
masyarakat itu dibutuhkan. Pada tahap ini jangan heran kalau perusahaan beserta penjamin
emisinya, konsultan hukum, notaris dan akuntan publik serta appraisal, akan sering modarmandir ke Bapepam-LK. Sebab pada tahap ini seluruh pernyataan para profesi pendukung
pasar modal itu (notaris, konsultan hukum dan akuntan), termasuk appraisal dan penjamin
emisi mulai diperiksa secara detil, satu per satu lengkap dengan dokumen pendukungnya.
Pada tahap inilah seleksi tersebut berlangsung. Kalau penjamin emisi memperkirakan harga
jual sahamya Rp 6.000 per saham, maka dokumen pendukung tentang itu harus ada, jelas
dan transparan.
TAHAP PENJUALAN SAHAM

Dipastikan kurang dari 38 hari Bapepam-LK sudah memberikan jawaban atas pernyataan
pengajuan pendaftaran perusahaan yang akango public ini. Kalau setelah melakukan
pendaftaran dan tidak ada koreksi maka pada periode waktu tersebut, pernyataan tersebut
otomatis menjadi efektif. Apabila perusahaan itu sudah dinyatakan efektif, berarti saham
dari perusahaan itu sudah bisa dijual. Penjualan dilakukan melalui penawaran umum (initial
public offering/IPO).
Dalam konteks pasar modal penjualan saham melalui mekanisme IPO ini disebut dengan
penjualan saham di pasar perdana, atau biasa juga disebut dengan pasar perdana. Penjualan
saham dalam pasar perdana mekanismenya diatur oleh penjamin emisi. Penjamin emisi
yang akan melakukan penjualan kepada investor dibantu oleh agen penjual. Agen penjual
adalah perusahaan efek atau pihak lain yang ditunjuk sebelumnya dan tercantum dalam
prospektus ringkas. Oleh Bapepam-LK bagi perusahaan yang akan tercatat di BEI penjualan
saham dalam IPO ini waktunya relatif terbatas, dua atau tiga hari saja. Tapi bagi perusahaan
yang setelah menjual sahamnya tidak mencatatkan di BEI maka penjualan sahamnya bisa
lebih lama lagi. Dan tentunya akan sangat tergantung dari prospektus yang diajukan pada
pernyataan pendaftaran.
Hingga tahap IPO ini, perusahaan sudah bisa dinyatakan sebagai perusahaan publik. Gelar di
belakang perusahaan menjadi Tbk (kependekan dari Terbuka). Sebagaimana diungkap
sebelumnya, perusahaan bisa langsung mencatatkan sahamnya di BEI setelah IPO bisa juga
tidak. Jadi setelah menjadi perusahaan public sama sekali tidak ada keharusan bagi saham
sebuah perusahaan untuk langsung tercatat (listed).
TAHAP PENCATATAN DI BEI
Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah menjadi emiten itu akan
langsung mencatatkan sahamnya maka yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah
apakah perusahaan yang melakukan IPO tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan
yang berlaku di BEI (listing requirement). Kalau memenuhi persyaratan, maka perlu
ditentukan papan perdagangan yang menjadi papan pencatatan emiten itu. Dewasa ini
papan pencatatan BEI terdiri dari dua papan: Papan Utama (Main Board) dan Papan
Pengembangan(Development Board). Sebagaimana namanya, papan utama merupakan
papan perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya cukup besar dengan kapitalisasi
pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah khusus bagi pencatatan sahamsaham yang tengah berkembang. Kendati terdapat dua papan pencatatan namun

perdagangan sahamnya antara papan utama dan papan pengembangan sama sekali tidak
berbeda, sama-sama dalam satu pasar.
KESIMPULAN
IPO yangg dilakukan oleh perusahaan dapat berujung pada sebuah kesuksesan besar
maupun kegagalan. Investor akan menjadi faktor kunci dalam aktifitas Initial Public
Offering dimana investor merupakan pemberi dana yang akan berpengaruh langsung
terhadap kemajuan ataupun

kemunduran sebuah perusahaan. Perusahaan yang

ingin menerbitkan saham perdana dan melakukan go public harus mempersiapkan seluruh
persiapan dengan matang dengan memperhitungkan resiko berkurangnya hak kepemilikan
atas perusahaan.

IPO Garuda
Pada Januari 2011, pemerintah akhirnya mengumumkan harga penawaran perdana (initial
public offering/IPO) PT Garuda Indonesia (Persero) yang ditawarkan pada harga saham
Rp750-1.100 per unit. Dan jumlah saham perdana yang dilepas sebanyak 28,93 persen dan
7,54 persen divestasi saham milik PT Bank Mandiri Tbk di Garuda. Harga saham PT Garuda
Indonesia Tbk ditutup melorot ke Rp 620 dari harga perdana Rp 750 atau turun sekitar 17,33
persen, tepat pada hari pertama pencatatan di Bursa Efek Indonesia, Jumat pekan lalu. Dari
total saham yang ditawarkan sebanyak 6,335 miliar saham, 3,008 miliar saham atau setara
dengan Rp 2,25 triliun di antaranya harus diserap oleh para penjamin pelaksana emisi (joint
lead underwriters) yang notabene anak perusahaan badan usaha milik negara (BUMN),
yakni PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas. Total saham
Garuda yang ditawarkan adalah 6,33 miliar lembar saham dengan total dana yang dihimpun
Rp 4,75 triliun. Dengan melorotnya harga saham Garuda maka pemerintah sendiri yang
pada akhirnya harus membeli saham Garuda .
Citra Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan nasional tercoreng akibat kegagalan
pemerintah dalam masa penawaran umum perdana saham atauinitial public offering. Selain
harus segera dievaluasi, kegagalan ini juga harus menjadi bahan pertimbangan untuk
privatisasi badan usaha milik negara lainnya.

Faktor penyebab kegagalan itu ada beberapa dan saling bertautan, yakni pemilihan waktu,
strategi penawaran, dan pemilihan harga. Hal semacam ini harus jadi bahan evaluasi dan
harapannya tidak terulang pada masa mendatang, kata Wakil Ketua Komisi VI DPR dari
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Aria Bima di Jakarta, Minggu (13/2/2011)
Dalam tulisannya, analis saham independen, Teguh Hidayat mengatakan saham Garuda
Indonesia (GIAA) yang ditetapkan di harga Rp750 per lembar termasuk mahal. Sebab waktu
penyelenggaraan IPO saat kondisi market mulai istirahat setelah terus menerus menguat
sejak September tahun lalu. "Seharusnya, Garuda menggelar IPO-nya pada Oktober atau
November

lalu,

yaitu

ketika

IHSG

lagi

tinggi-tingginya,"

katanya.

Pada periode tersebut, nyatanya banyak sekali perusahaan yang menggelar IPO. Mereka
memanfaatkan momen pasar yang sedang bullish. Hasilnya, mereka memang sukses
menjaring dana sebesar-besarnya dari masyarakat sepanjang September Desember 2010
lalu.

Tapi sayangnya, lanjut Teguh, IPO BUMN yang digelar ketika itu malah Krakatau Steel
(KRAS), yang secara fundamental jauh lebih baik dari Garuda. "Seharusnya, IPO Garuda-lah
yang

digelar

ketika

itu,

dan

IPO

KRAS

baru

digelar

sekarang,"

tegasnya.

Sebab masa bullish di pasar tidak pernah bertahan lama. Karena selalu akan ada masa
harga-harga saham akan kembali ke level normalnya. Kalau IPO Garuda dilakukan sekarang
maka sangat terlambat, masa bullish pasar sudah berlalu. Antisipasi pasar lesu dengan
mengurangi jumlah saham yang dilakukan Kementerian BUMN menunjukan pemerintah
tidak memiliki tenaga ahli yang mengerti konsep sederhana soal bullish dan bearish.

Alasan lain IPO GIAA yang dilakukan sekarang ternyata kinerja keuangan masih rugi. Dengan
pendapatan Rp12,7 triliun, cukup besar dengan aset Rp14,2 triliun. Tapi laba usahanya
ternyata minus Rp290 miliar, alias rugi. Meski masih bisa mencatat laba bersih sebesar
Rp195 miliar, namun angka tersebut terutama diperoleh dari pendapatan kurs mata uang
asing sebesar Rp131 miliar, dan pendapatan luar biasa sebesar Rp184 miliar, yang notabene
bukan pendapatan yang nyata (hanya di pembukuan).

Kasus gagalnya penawaran saham perdana (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), ternyata
masih menyisakan persoalan panjang. Selain harga sahamya yang cenderung anjlok di pasar
dan tidak terserap oleh banyak investor, kini underwriter-nya mengalami kerugian paling
telak bahkan nyaris kolaps karena harus menanggung beban serapan saham Rp 2,5 triliun
dari target Rp 4 trilun.
NERACA
Berdasarkan sumber Neraca yang dekat kalangan penjamin emisi (underwriter), kabar
tersebut dibenarkan dan diakui perseroan mengalami kerugian sangat besar. Namun
dipastikan tidak memberikan dampak pada gulung tikar perseroan akibat dana yang
terkuras habis modalnya. Kami akui penjaminan emisi kemarin mengalami kerugian besar,
karena saham tidak laku di pasar,katanya di Jakarta, Minggu (27/2).
Menurut sumber itu, kerugian besar yang dialami penjamin emisi disebabkan harga jual
saham Garuda di luar rekomendasi underwriter. Dimana harga tersebut ditawarkan karena
adanya tekanan politik dan bukan mekanisme pasar, kemudian emiten penerbangan
memiliki pesaing besar dan terlebih kondisi pasar yang tidak baik juga mempengaruhi
anjloknya harga saham Garuda.
Selain itu, dia juga membenarkan bila kerugian underwriter pemerintah belum teratasi akan
mempengaruhi molornya aksi korporasi BUMN baik IPO, right issue atau penerbitan
obligasi. Sebut saja, BTN yang direncanakan akan terbitkan obligasi, kini harus jadwal ulang
kembali karena underwriter BUMN sedang "sakit" akibat dampak keuangan negatif dari
penjualan saham Garuda.
Oleh karena itu, Kementerian BUMN diminta untuk mencari jalan keluarnya dan bila tidak
sangat dimungkinkan agenda IPO BUMN bakal terganggu. Pasalnya, bila IPO BUMN
diserahkan underwriternya kepada swasta akan lebih berbahaya ketimbang ditangani
underwriter plat merah. Ini sangat bahaya kalau penjaminan emisi BUMN diserahkan ke
swasta, karena yang milik pemerintah saja rugi besar dan bagaimana swasta yang tidak
punya back-up nya,ungkapnya.
Sementara pengamat pasar modal Yanuar Rizki mengatakan, sudah menjadi risiko
underwriter harus menjadi standby buyer atau menyerap saham yang tidak terjual. Kondisi
inilah yang dialami PT Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas. Sudah
menjadi mekanisme pasar, gagal IPO harus ditanggung underwriter,tegasnya.

Yanuar juga berpendapat, bila underwriter pemerintah gagal memasarkan aksi korporasi
BUMN. Maka sebaiknya diserahkan kepada pasar dan termasuk membuka peluang bagi
swasta menjadi underwriter dengan catatan harus memiliki komitmen penuh dan tidak
hanya mencari untung.
Sedangkan anggota Komisi XI bidang keuangan DPR RI Arif Budimanta berpendapat beda.
Menurut dia, persoalan gagalnya IPO Garuda tidak ada hubungannya dengan pergantian
underwriter dari BUMN ke swasta. Tapi, apa yang terjadi di IPO Garuda ini adalah
pelanggaran terhadap UU BUMN terkait privatisasi, yaitu perluasan kepemilikan saham oleh
publik.
Pemerintah tidak smart dan tidak matang. Mereka harus bertanggung jawab. Untuk IPO
selanjutnya, pemerintah harus merencanakan dengan matang, cerdik, serta timing yang
tepat. Karena ini berpengaruh ke batas harga yang pantas untuk Garuda Indonesia. Pasarnya
pun bisa diprediksi, ujarnya kemarin
Dia mengingatkan, IPO Garuda gagal, sudah sewajarnya dibeli underwriter. Dan lagi-lagi, Arif
menuding pemerintah, dalam hal ini Kemeneg BUMN-lah yang harus dipersalahkan.
Mereka (underwriter) kan ditunjuk Kemeneg BUMN, jadi kalau gagal, salahkan
pemerintah, tegasnya.
Lain halnya seperti yang diungkapkan oleh Marwan Batubara. Kendatipun gagal, jika IPO
kembali dibuka seharusnya tetap BUMN sebagai underwriter. Logika menurut dia, ini bisnis,
kenapa harus diserahkan ke swasta. Kalau pun diserahkan berarti pemerintah sudah tidak
percaya lagi sama BUMN.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar membantah tudingan telah melakukan intervensi
kepada underwriter IPO PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), untuk mencairkan sejumlah dana
dan pinjaman kepada sesama BUMN Sekuritas. "Pinjaman antar BUMN sekuriktas dilakukan
oleh mereka sendiri, karena punya kiat masing-masing untuk saling menjaga. Kita tidak ada
(intervensi),"tegasnya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Seperti diketahui, terdapat sisa saham IPO GIAA yang tidak terserap investor sebanyak 3,008
miliar lembar dengan nilai Rp 2,25 triliun. Dimana 3 sekuritas BUMN harus menyerap secara
tanggung renteng masing-masing Rp 752 miliar.
Khusus Danareksa Sekuritas, total pendanaan bersumber dari induk usahanya, PT Danareksa
(Persero). Danareksa juga memberi dana segar kepada Bahana Securities Rp 200 miliar.
Total yang dikucurkan Danareksa (Persero) mencapai Rp 950 miliar.

Sisa kebutuhan modal Bahana, didapatkan dari pinjaman money market dan interbank loan.
Satu lagi pendanaan PT Mandiri Sekuritas Rp 752 miliar disuntikkaan oleh Bank Mandiri
sebagai induk usaha. Kabar pinjaman Rp 1,7 triliun dana kepada 3 BUMN sekuritas sudah
santer dibicarakan oleh para pelaku pasar.
Mustafa menyebut, segala proses IPO Garuda termasuk pembentukan harga saham perdana
sudah memenuhi prosedur yang berlaku. Rp 750 merupakan harga terbaik untuk semua
pihak."Bagi kami ini yang terbaik untuk semua," paparnya.
Merespon hal tersebut, pemerintah bersuara untuk mengevaluasi kembali kegagalan
penawaran saham perdana PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang tidak terserap banyak oleh
investor. Dimana presitiwa tersebut menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk
memperketat setiap pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) BUMN berikutnya dipasar
modal.
Kendati demikian, pengetatan IPO BUMN bukan menjadi moratorium pemerintah dalam
memprivatisasi BUMN di pasar modal dan sebaliknya didesak untuk semua BUMN go public.

Anda mungkin juga menyukai