Pkmrs 2
Pkmrs 2
TINJAUAN PUSTAKA
agar dapat
menanganinya secara efektif serta efisian. Dengan kata lain, masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya (problem Solving), baik masalah-masalah kesehatan
yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam
batas-batas Tertentu). (Depkes RI, 2008).
Jika definisi itu diterapkan di Rumah Sakit, maka dapat dibuat rumusan
sebagai berikut promosi kesahatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya RS
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat,
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien
dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
mereka sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2008).
Menurut Doherty (1997) dalam Agustin (2003), menyatakan bahwa beberapa
alasan mengapa Rumah Sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Karyawan Rumah Sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan karena pasien dan keluarganya saling berada pada keadaan
dimana mereka akan paling memperhatikan pesan-pesan dari penyuluhan.
b. Bila dimanfaatkan dengan tepat maka sistem informasi di Rumah Sakit akan dapat
mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan dengan perubahan pola
hidup, perilaku masyarakat setempat atau karena pencemaran lingkungan.
c. Sebagai suatu organisasi yang memiliki banyak karyawan dan sebagai pusat
sumberdaya untuk wilayahnya, maka Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab
moral untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan karyawannya agar dapat
menjadi teladan masyarakat di wilayah cakupannya.
d. Karena relatif banyaknya karyawan Rumah Sakit dengan keluarganya, maka
mereka paling cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi
perilaku hidup sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan
lingkungan.
e. Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati dilingkungan sekitarnya,
maka pesan-pesan dari Rumah Sakit dalam penyuluhan kesehatan akan memiliki
bobot yang jauh lebih besar daripada instansi lain.
f. Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya, kerjasama Rumah Sakit
dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain diwilayahnya, dalam hal penyuluhan
atau promosi kesehatan, akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.
2.2.2 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut (Notoatmodjo, 2005) tujuan promosi kesehatan sesuai dengan
sasaran-sasarannya yaitu :
1) Bagi Pasien :
a) Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior): promosi kesehatan di
rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan
perilaku tentang kesehatan khususnya masalah penyakit yang diderita pasien.
Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh pasien, maka
pengaruhnya antara lain:
1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.
2. Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan
penyakit
3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain atau keluarga.
4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada
orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
b) Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.
2) Bagi Keluarga
Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan
pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya sematamata karena faktor Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu promosi
kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:
a) Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
b) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
c) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
pada
kuat
tidaknya
komitmen
Direktur
Rumah
Sakit
(www.Kemenkesstandarpkrs, 2010).
Berdasarkan hal tersebut, beberapa Isu Strategi yang muncul dalam Promosi
Kesehatan di Rumah Sakit yaitu :
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu
kebijakan upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
informasi
tentang
pencegahan
dan
pengobatan
yang
Individu/keluarga diharapkan
a. memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung
maupun melalui media massa)
b. mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya
c. mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan dengan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.
2.
Masyarakat diharapkan
a. menggalangkan potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya
kesehatan.
b. Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat
3.
Pemerintah/Lintas-sektor/Politis/swasta diharapkan
2.2.5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.2.6
(Petunjuk Teknis PKRS. 2008), secara Umum peluang itu dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Di Dalam Gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan Rumah Sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di
dalam gedung terdapat peluang-peluang:
1. PKRS
di
ruang
pendaftaran/administrasi
yaitu
diruang
dimana
b. Di luar Gedung
Di luar gedung Rumah Sakit tidak tersedia peluang untuk melakukan PKRS.
Kawasan luar gedung Rumah Sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk PKRS yaitu
1. PKRS di tempat Parkir yaitu pemamfaatan ruang yang ada di
lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudutsudut lapangan/gedung parkir.
2. PKRS di taman Rumah Sakit yaitu taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam Rumah Sakit.
3. PKRS di dinding luar Rumah Sakit
4. PKRS di kantin/warung-warung/toko-toko/kios-kios yang ada dikawasan
Rumah Sakit.
5. PKRS di tempat ibadah yang tersedia di Rumah Sakit (mesjid dan
musholla)
6. PKRS di pagar pembatas kawasan Rumah Sakit
2.2.7
Indikator Masukan
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini
dapat mencakup :
1. Ada/tidaknya komitmen direksi yang tercermin dalam rencana umum
PKRS
2. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana
operasional PKRS
3. Ada/tidaknya unit dan petugas Rumah Sakit yang ditunjuk sebagai
koordinator PKRS dan mengacu kepada standar
4. Ada/tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas petugas lain yang
sudah dilatih
5. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu pada
standar
6. Ada/tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS
2. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (Rawat Inap, Rawat Jalan, Pelayanan Penunjang), PKRS untuk klien
sehat dan PKRS diluar gedung RS. Indikator yang digunakan disini meliputi :
1.
2.
3. Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus, oleh karena itu, indikator
yang digunakan disini adalah berupa cakupan kegiatan, yaitu misalnya :
1.
2.
4. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya PKRS, yaitu
berubahnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien Rumah Sakit serta
terpeliharanya lingkungan Rumah Sakit dan dimanfaatkannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan Rumah Sakit. Oleh sebab itu kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah PKRS berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi. Kondisi
lingkungan dapat dinilai melalui observasi, dan kondisi pemanfaatan pelayanan dapat
dinilai dari pengolahan terhadap catatan/data pasien/ klien Rumah Sakit. Sedangkan
kondisi pengetahuan, sikap, perilaku pasien/ klien hanya dapat diketahui dengan
menilai diri pasien/klien tersebut. Oleh karena itu data untuk indikator ini biasanya
didapat melalui survei. Survei pasien/klien yang berada di Rumah Sakit maupun
mereka yang tidak berada di Rumah Sakit tetapi pernah menggunakan Rumah Sakit.
Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan
sebagai berikut :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Bayi diberi Asi sejak lahir sampai berusia 6 bulan
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
4. Ketersediaan air bersih
5. Ketersediaan Jamban
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
yang
ada
untuk
Tiga cara pencegahan penyebaran infeksi di Rumah Sakit yaitu melalui udara,
percikan, dan kontak.
2.5 Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungannya.
Perilaku dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan seseorang.
Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan mengukur suatu perilaku melalui :
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Sikap atau Tanggapan (Attitude)
3. Praktek atau Tindakan (Practice)
Jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan yang baik
terhadap kesehatan maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki perilaku kesehatan
dan kepatuhan kesehatan yang baik.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan pada Taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson dkk
(Widodo, 2003), dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1.
Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu yang bisa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan faktual
Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan antara
unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi secara
bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga bentuk yaitu :
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori : mencakup pengetahuan tentang
kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.
Sebagai contoh dalam kesehatan misalnya perbedaan antara Promosi
Kesehatan Rumah Sakit dan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di
rumah sakit.
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisai : mencakup abstraksi dan hasil
observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip dan generalisasi. Sebagai
contoh dalam kesehatan dikenal prinsip adaptasi, hukum mendel, dan
sebagainya.
Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
b.
c.
Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengeahuan metakognitif
terdiri dari :
a.
b.
c.
konseling
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
5). Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan
kemampuan
mengambil
keputusan
yang
merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6). Umur
Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2.5.2 Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya (Notoatmodjo 2010).
PROSES
STIMULUS
REAKSI
TERBUKA
(Tindakan)
REAKSI
TERTUTUP
(Pengetahuan
dan Sikap)
1)
Pengalaman pribadi.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan memengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2)
3)
Pengaruh kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
4)
Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai hal
memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5)
6)
7)
keselamatan
yang
memberdayakan
masyarakat
melalui
Komunikasi
penyuluhan
Predisposing
Factors
(pengetahuan,
sikap,keyakinan,
tradisi,nilai,dsb
Pemberdayaan
masyarkat
(pemberdayaan
Sosial)
Enabling
Factors
(ketersediaan
sumbersumber/fasilitas
Training
Reinforcing
Factors
(sikap,dan Perilaku
petugas,peraturan
UU dll)
lain. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya
biaya, jarak, ketersediaan transfortasi, jam buka, dan sebagainya.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada tujuan
dan jenis program. Penguat dapat diberikan oleh sejawat kerja, pemimpin, keluarga.
Didalam pendidikan pasien penguat mungkin berasal dari perawat, dokter, pasien
lain, keluarga. Penguat itu positif atau negatif tergantung pada sikap dan perilaku
orang yang berkaitan sehingga dapat mempengaruhi perilaku.
2.7
Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan keterbatasan peneliti maka kerangka konsep