organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa
sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi
pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota
besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Akibat dari aktifitas kehidupan masyarakat sehari-hari di berbagai tempat, seperti
di pasar, rumah tangga, industri pengolahan hasil pertanian, peternakan,perkebunan,
perikanan, kehutanan, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, terdapat banyak sekali
limbah khususnya limbah organik. Limbah yang berbentuk padat diistilahkan dengan
sampah. Timbulnya sampah dirasakan mengganggu kenyamanan lingkungan hidup dan
lebih jauh merupakan beban yang menghabiskan dana relatif besar untuk menanganinya,
masyarakat cendrung lebih ke arah membuang atau membakar. Persepsi masyarakat
terhadap sampah adalah mengganggu sehingga harus disingkirkan. Persepsi seperti ini
harus diganti bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan dalam
memperbaiki lingkungan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sampah dapat
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi barang yang bermanfaat dan menguntungkan
secara ekonomis. Teknologi yang dapat digunakan dalam penanganan masalah sampah
antara lain adalah pemanfaatan mikroorganisme sebagai upaya untuk mempercepat
proses dekomposisi sampah khususnya sampah organik menjadi pupuk organic Pupuk
organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian
dan sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang, limbah ternak
dan lain sebagainya (Murbandono, 2002). Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat
dari bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku
organik ini dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti : kotoran ternak,
sampah rumah tangga non sintetis, limbah-limbah makanan/minuman, dan lain-lain.
Biasanya untuk membuat pupuk organik ini, ditambahkan larutan mikroorganisme yang
membantu
mempercepat
proses
pendegradasian
(Prihandarini,
2004)
(kebun) dan sebagian lagi terutama kotoran babi dibuang ketempat yang lebih rendah
( lembah dan sungai kecil). Hal ini menimbulkan masalah bagi masyarakat di bagian
yang lebih rendah lokasinya. Pengomposan adalah proses penguraian senyawa-senyawa
yang terkandung dalam sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daun, dan lain-lain)
dengan suatu perlakukan khusus (Budi Santoso, 1998).
Biodegradasi adalah perombakan/penguraian bahan (senyawa) organik oleh
mikroorganisme.biodegradasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme
seperti bakteri,jamur,maupun alga.dengan kata lain biodegradasi merupakan proses
perombakan senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh
aktifitas
mikroorganisme. Bahan
organik
bisa
didegradasikan
oksigen. mikroba
yang
mikrobiologi
yang
mempelajari
kehidupan,
aktivitas,
dan
peranan
biasa lewat di depan rumah rumah. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang
semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa
menghasilkan uang. Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak
ataupun pemulung. Barang-barang yang dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas,
koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio tua, TV tua dan sepeda yang
usang. Dapat juga dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling mudah
untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan
cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan
minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini adalah mudah dan
tidak membutuhkan usaha keras, membutuhkan tempat atau lokasyang cukup kecil dan
dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan
pencairan logam.
Faktor faktor yang perlu kita perhatikan sebelum kita mengolah limbah padat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Limbah
Sedikit dapat dengan mudah kita tangani sendiri. Banyak dapat membutuhkan
penanganan khusus tempat dan sarana pembuangan.
2. Sifat fisik dan kimia limbah
Sifat fisik mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana penggankutan dan
pilihan pengolahannya. Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari
lingkungan dengan cara membentuk senyawa-senyawa baru.
3. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Karena lingkungan ada yang peka atau tidak peka terhadap pencemaran, maka perlu
kita perhatikan tempat pembuangan akhir (TPA), unsur yang akan terkena, dan tingkat
pencemaran yang akan timbul.
4. Tujuan akhir dari pengolahan
Terdapat tujuan akhir dari pengolahan yaitu bersifat ekonomis dan bersifat nonekonomis. Tujuan pengolahan yang bersifat ekonomis adalah dengan meningkatkan
efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih
berguna untuk di daur ulang atau di manfaat lain. Sedangkan tujuan pengolahan yang
bersifat non-ekonomis adalah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
Pada praktikum ini digunakan EM-4 sebagai pengurai limbah kotoran sapi. EM-4
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang bersifat fermentatif (peragian) yang
terdiri
dari
bakteri
fotosintetik
(Rhodopseudomonas
sp.),
jamur
fermentasi
yang berfungsi ungtuk menurunkan parameter pencemar dan meningkatkan unsur hara.
Efektif mikroorganisme merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme
yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur
peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman
mikroba tanah.
EM merupakan kultur jaringan berbagai jenis mikrobia yang berasal dari
lingkungan alami dan secara genetika bersifat asli (tidak dimodifikasi).Pemanfaatan EM
dapat memperbaiki kualitas tanah dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan
produksi tanaman.
Jenis-jenis
EM
yang
ada
seperti
EM1
yang
berupa
media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomicetes. Berfungsi untuk
mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri dari 80 species
yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu. Berbentuk kultur dalam kaldu ikan
dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk menekan patogen. EM3
terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan yang berfungsi
membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri fotosintetik
sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus
yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena
mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.
Produk EM4 merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah menyuburkan
tanaman dan menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami mikroorganisme
fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium cair.EM4 dalam
kemasan berada dalam kondisi istirahat (dorman). Sewaktu diinokulasikan dengan cara
menyemprotkannya ke dalam bahan organic dan tanah atau pada batang tanaman,
EM4 akan aktif dan memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau,
pupuk kandang, dll.) yang terdapat dalam tanah.
Hasil fermentasi bahan organic tersebut adalah berupa senyawa organik yang
mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino,
protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah tanpa
Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekilingnya. Ion fosfat dalam tanah
yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat.
Dengan EM4 hife mikoriza dapat meluas dari misellium dan memindahkan fosfat
secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap
tanaman. EM4 juga
melindungi
tanaman
dari
serangan
penyakit
karena
sifat
antagonisnya terhadap patogen yang dapat menekan jumlah patogen di dalam tanah atau
Menghilangkan bau yang tidak sedap karena EM mampu menangkap H2S dan NH3
mengubahnya menjadi senyawa yang tidak berbau.
Mempercepat proses penguraian lemak yang terkumpul di grease trap sehingga larut
bersama air limbah.
Menurunkan kadar BOD dan COD. Sehingga Air limbah yang telah diolah dapat
dimanfaatkan kembali untuk keperluan garden .
Kamar mandi, toilet dan dapur menjadi lebih bersih dan mudah dibersihkan.
Pada system daur ulang limbah EM dapat membantu menekan pertumbuhan jamur dan
menjadikan kotoran menjadi lembut dan mudah dibersihkan, tidak merusak lingkungan,
aman bagi manusia, hewan dan tanaman.
Selang plastic
Statif
h.
Penjepit
i.
2. Bahan yang digunakan adalah,
Microorganism
a.
Aquades.
b.
Air kran
c.
Ca(OH)2
d.
Limbah kotoran sapi
e.
D. CARA KERJA
1. Disiapkan limbah kotoran sapi yang akan digunakan.
2. Dibuat larutan mikroorganisme dengan cara diambil sebanyak 5 ml EM 4 dilarutkan
g.
dalam 100 ml aquadest dan ditambahkan sedikit gula, kemudian diaduk hingga
homogen.
3. Limbah kotoran sapi diambil sebanyak 500 ml.
4. Dibuat larutan Ca(OH)2 dengan cara menimbang 0.9 gram Ca(OH)2 dan dilarutkan
dalam aquades sebanyak 250ml dalam erlenmeyer.
5. Larutan mikroorganisme dan limbah kotoran sapi dicampurkan dan diaduk.
6. Alat dirangkai seperti gambar
E. DATA PENGAMATAN
1. Massa limbah
2. Volume EM-4
3. Volume aquadest (pelarut EM-4+gula)
4. Massa gula pasir
: 200 gram
: 100 ml
: 1 Liter
: 250 gram
Proses
pH
Awal pengamatan
13
Akhir Pengamatan
Hasil identifikasi konsentrasi senyawa menggunakan alat YES AIR adalah sebagai
berikut:
Senyawa
CH4
CO2
CO
Konsentrasi 32,4 % 551 ppm
4 ppm
o
Suhu pengukuran dilakukan pada 28,8 C.
O2
21,7 %
H2S
0,0 %
RH
67 %
F. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mendekomposisi limbah kotoran sapi yang ada
dengan mikroba. Adapun mikroba yang digunakan adalah EM-4 (Effective
Microorganism 4).
7
Kotoran sapi yang ada dilingkungan peternakan sangat mengganggu, baik karena
baunya yang busuk maupun karena kandungan pencemar lingkungan yang besar dalam
limbah tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengurai terhadap limbah tersebut sehingga
kotoran yang ada akan terurai dan sisa penguraian dapat dilepas kelingkungan.
Dalam kotoran sapi terdapat mikroorganisme penghasil gas metan yang dikenal
dengan nama metanogen. Metanogen ini bekerja kebih baik dalam kondisi anaerob.
Metanogen membutuhkan kondisi lingkungan yang optimal untuk dapat memproduksi
gas metan. Metanogen sangat sensitif terhadap kondisi di sekitarnya. Bahan organik
dalam kotoran sapi dapat menghasilkan gas metan apabila metanogen bekerja dalam
ruangan hampa udara. Oleh karena itu, proses pengolahan limbah kotoran sapi ini harus
dilakukan dalam sebuah reaktor yang tertutup rapat untuk menghindari masuknya
oksigen. Reaktor harus bebas dari kandungan logam berat dan sulfida (sulfides) yang
dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme.
Jumlah metanogen dalam kotoran sapi belum tentu dapat menghasilkan gas metan
yang diinginkan. Gas metan diperoleh melalui komposisi metanogen yang seimbang.
Jika jumlah metanogen dalam kotoran sapi masih dinilai kurang, maka perlu dilakukan
penambahan metanogen tambahan berbentuk strater atau substrat ke dalam reaktor.
Gas metan dapat diperoleh dari kotoran ternak tersebut setelah melalui serangkaian
proses biokimia yang kompleks. Kotoran ternak terlebih dahulu harus mengalami
dekomposisi yang berjalan tanpa kehadiran udara (anaerob). Salah satu kunci dalam
proses dekomposisi secara anaerob pada pembuatan biogas adalah kehadiran
mikroorganisme. Gas metan dalam konsentrasi tertentu dapat dihasilkan di dalam
lambung sapi tersebut.
Namun, dalam praktikum ini, reaktor yang digunakan tidak sepenuhnya tertutup
atau bebas dari oksigen, karena pada waktu tertentu, praktikan harus mengecek pH
limbah di dalam labu leher tiga, sehingga mengakibatkan masuknya oksigen ke dalam
reaktor pengolahan limbah, sehingga proses tidak sepenuhnya berlangsung secara
anaerob.
Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan
menjadi gas amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang
lebih sederhana. Sementara dalam kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian akan
menghasilkan H2O dan CO2, NH3 serta senyawa lain dalam bentuk nutrisi. Oleh karena
itu, selain dihasilkan gas metana dan gas hidrogen sulfida, dalam praktikum ini juga
dihasilkan gas CO2, H2O dan NH3.
8
Pada percobaan ini limbah kotoran sapi yang digunakan sebanyak 1200 Liter
yang
diolah
menggunakan
diaktifkan/dikembangbiakan
effective
microorganism
menggunakan
medium
larutan
(EM4)
gula.
yang
telah
Pengaktifan
Pada tahap ini, bakeri mengubah senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap
hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2). Bakteri
tersebut merupakan bakteri anaerobicdapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam.
Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang
diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi
anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada
proses selanjutnya.
Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah
menjadi asam organic (Asam propionate, asam butirat), alkohol, asam amino,
karbondioksida, H2S, dan sedikit gas.
Tahap Pembentukan Gas Metana
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa denganberat
molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagaicontoh bakteri ini
menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentukmetana dan CO 2. Bakteri
penghasil asam dan gas metana bekerjasama secarasimbiosis. Bakteri penghasil asam
membentuk keadaan atmosfir yang ideal untukbakteri penghasil metana. Sedangkan
bakteri pembentuk gas metanamenggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil
asam. Tanpa adanya prosessimbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi
mikroorganisme penghasil asam.
Reaksi-reaksi kimia yang berlangsung pada saat pembentukan gas yakni :
CH3COOH CH4 + CO2
2CH3CH2OH + CO2 CH4 + CH3COOH
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
(1)
(2)
(3)
Tahap ini juga terjadi perubahan senyawa sederhana menjadi asam organik yang
mudah menguap seperti asam asetat, asam butirat, asam propionat dan lain-lain. Dengan
terbentuknya asam organik maka pH limbah akan terus menurun.Selain itu, untuk
mengkonversi gas CO2 yang dihasilkan oleh limbah sesuai persamaan (1), maka saluran
gasbio hasil dilewatkan terlebih dahulu ke tabung yang berisi larutan Ca(OH) 2. Sehingga,
gas CO2 akan bereaksi dengan larutan Ca(OH)2 membentuk endapan CaCO3 berwarna
putih.
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 (endapan) + H2O
Berikut adalah data pengamatan yang diperoleh (perubahan pH dan gas yang
dihasilkan) :
No
Proses
pH
10
Awal proses
13
Akhir Proses
Senyawa
Konsentrasi
CH4
32,4 %
CO2
551 ppm
CO
4 ppm
O2
21,7 %
H2S
0,0 %
RH
67 %
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa limbah kotoran sapi dapat menghasilkan
gas metana yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan lain lain.
Selain itu, Mekanisme mikroorganisme pada proses dekomposisi bahan organik yang
terdapat dalam limbah ternak dapat dilihat pada reaksi sebagai berikut:
CxHyOzN2S + Bakteri + O2 CO2 + H2O + NH3 + CxHyOzN
Hasil dekomposisi tidak hanya menghasilkan satu jenis gas, gas yang dihasilkan
beraneka ragam. Untuk mendapatkan gas tertentu yang spesifik maka diperlukan proses
pemisahan yang dilakukan seperti praktikum ini.
Limbah yang terdekomposisi setelah diamati masih mengandung mikroorganisme.
Hal ini merupakan mikroba yang mati akibat proses maupun pecahan limbah yang terurai
seperti gambar dibawah,
G. KESIMPULAN
1. Mikroba EM-4 yang digunakan dapat medekomposisi limbah kotoran sapi, hal ini
dibuktikan dengan adanya udara ditangki air yang disiapkan.
2. Hasil dekomposisi tersebut menghasilkan gas CO 2 dibuktikan dengan terbentuk
endapan CaCO3 , gas CH4 dibuktikan dengan ada gas yang dapat memperbesar nyala
api ditabung air, dan dilakukan pengamatan menggunakan YES AIR, gas lainnya yang
didapat adalah CO, O2, dan NH3 .
11
H. DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Ade. 2013. Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Menggunakan Effective
Microoganism-4 (EM-4). Yogyakarta : STTN-BATAN
Asmarni, Linda.2013.Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Sapi sebagai Energi
Alternatif (Biogas) Skala Rumah Tangga yang Ramah Lingkungan (Studi Kasus
Di
Kelompok
Tani
Muara
Dhipa
Kelurahan
Lingkar
Barat
Kota Bengkulu).http://uripsantoso.wordpress.com/2013/06/13/pemanfaatanlimbah-kotoran-ternak-sapi-sebagai-energi-alternatif-biogas-skala-rumah-tanggayang-ramah-lingkungan-studi-kasus-di-kelompok-tani-muara-dhipa-kelurahanlingkar-barat-kota-bengkulu/
Miftha.2013.Pencemaran
Akibat
Limbah
Peternakan
dan
12