Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI TEKNIK NUKLIR


MATERI :
BETA GAUGING

Disusun Oleh :
Nama

: Anwar Jundiy

NIM

: 011200306

Jurusan

: Teknokimia Nuklir

Semester

: VI

Tanggal Praktikum

Asisten

: Maria Christina P. S.ST, M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2015

Pengukuran Ketebalan Kertas Kalender (Thickness Gauging)


Dengan Radiasi Beta
A. Tujuan
1. Memahami aplikasi radiasi beta dalam Thickness Gauging
2. Mengetahui nilai Half Value Thickness kertas kalender
3. Mengukur ketebalan sampel kertas

B. Dasar Teori
Radiasi
Pemancaran radiasi b adalah proses inti atom atau penyusun inti memancarkan
elektron (b-) atau positron (b+) dan terbentuk inti atau partikel lain, sebagai contoh:
neutron
proton
Cu-64
Na-24
C-11

bb+
bbb+

+
+
+
+
+

proton
neutron
Zn-64
Mg-24
B-11

Selain itu, inti atom dapat menangkap elektron, sehingga proton akan berubah menjadi
neutron. Fenomena ini pertama kali diramalkan oleh KAWA dan SAKATA pada tahun
1935. Peristiwa ini disebut dengan penangkapan elektron dan sejenis dengan radiasi b.
Unsur radioaktif alam yang diketahui pertama kali mempunyai sifat dapat memancarkan
radiasi b adalah Ra dan Th. Sehubungan dengan kemajuan penelitian di bidang
pembelahan inti dan produksi inti buatan diketahui bahwa pada dasarnya semua inti atom
dapat memancarkan radiasi b.
Pada pemancaran radiasi b, jumlah muatan inti atom tidak berubah, tetapi pada
pemancaran radiasi b-, nomor atomnya bertambah 1, sedang pada radiasi b + dan
tangkapan elektron, nomor atomnya berkurang 1.
Energi dari Radiasi b

Berbeda dengan spektrum energi yang dipancarkan oleh partikel a yang bersifat diskrit,
spektrum energi partikel b (elektron dan positron) bersifat kontinu, seperti ditampilkan
pada Gambar 1,

Gambar 1. Energi Kinetik Elektron


yang berarti bahwa besarnya energi mempunyai rentang dari harga terkecil tertentu
sampai harga terbesar tertentu. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Chadwick pada tahun
1914.
Pada tahun 1927, C.D. Ellis dan W.A. Wooster memasukkan RaE (Bi-210) ke
dalam pengukur panas, dan mengukur energi semua radiasi yang mengandung partikel b
yang dipancarkan. Hasilnya menunjukkan bahwa besarnya energi 1 inti atom RaE yang
dipancarkan rata-rata sebesar 350 40 keV. Besarnya energi ini lebih kecil dari nilai
maksimum spektrum energi partikel b yang dipancarkan oleh RaE, yaitu sebesar 1050
keV, tetapi hampir sama dengan nilai rata-rata spektrum yaitu 390 40 keV. Dengan
kenyataan ini, dapat disimpulkan bahwa partikel b yang dipancarkan mempunyai
spektrum energi yang kontinu.

Pada tahun 1932, Sir J. Chadwick menemukan neutron, dan W. Heisenberg


mengemukakan teori bahwa inti atom terdiri dari proton dan neutron. Dari penemuan ini,
maka orang berpendapat bahwa radiasi b adalah perubahan inti dan dapat dituliskan
sebagai berikut:
neutron
proton + ePada tahun 1931, V. Pauli menemukan jawaban terhadap persoalan energi dan
penyimpanan energi gerak sudut pada radiasi b, dengan memperkirakan bahwa pada
waktu pemancaran radiasi b, dalam waktu yang bersamaan dipancarkan pula partikel
tidak bermuatan, yang disebut neutrino. Partikel yang dipancarkan bersama elektron
disebut anti neutrino, dan partikel yang dikeluarkan bersama positron dinamakan
neutrino.
neutron
proton

proton + e- + n" (anti neutrino)


neutron + e+ + n (neutrino)

Interaksi Radiasi Partikel Bermuatan


Interaksi radiasi partikel bermuatan ketika mengenai materi adalah proses
Coulomb, yaitu gaya tarik menarik atau tolak menolak antara radiasi partikel
bermuatan dengan elektron orbital dari atom bahan.
Ionisasi
Proses ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari orbitnya karena ditarik
atau ditolak oleh radiasi partikel bermuatan. Elektron yang lepas menjadi elektron
bebas sedang sisa atomnya menjadi ion positif. Setelah melakukan ionisasi energi
radiasi akan berkurang sebesar

energi ionisasi elektron. Peristiwa ini akan

berlangsung terus sampai energi radiasi partikel bermuatan habis terserap. Radiasi
alpha yang mempunyai massa maupun muatan lebih besar mempunyai daya ionisasi
yang lebih besar daripada radiasi yang lain.

Gambar 2. Proses Ionisasi

Eksitasi
Proses eksitasi adalah peristiwa loncatnya (tidak sampai lepas) elektron dari
orbit yang dalam ke orbit yang lebih luar karena gaya tarik atau gaya tolak radiasi
partikel bermuatan. Atom yang mengalami eksitasi ini disebut dalam keadaan
tereksitasi (excited state) dan akan kembali kekeadaan dasar (ground state) dengan
memancarkan radiasi sinar-X.

Gambar 3. Peristiwa Eksitasi

Brehmsstrahlung
Proses Brehmsstrahlung

adalah

peristiwa

dibelokkannya

atau

bahkan

dipantulkannya radiasi partikel bermuatan oleh inti atom dari bahan. Ketika radiasi
tersebut dibelokkan atau dipantulkan maka akan timbul perubahan momentum
sehingga terjadi pemancaran energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang
disebut sebagai Brehmsstrahlung.

Gambar 4.Peristiwa Brehmsstrahlung

Reaksi Inti
Dalam peristiwa ini, radiasi partikel bermuatan berhasil masuk dan ditangkap
oleh inti atom bahan, sehingga inti atom bahan akan berubah, mungkin menjadi inti

atom yang tidak stabil. Fenomena ini disebut sebagai proses aktivasi. Akan tetapi ada
juga yang hanya sekedar bereaksi tanpa menghasilkan inti yang tidak stabil seperti
reaksi partikel alpha bila mengenai bahan Berilium akan menghasilkan unsur Lithium
dan radiasi neutron.
+ Be Li + n
Berbeda dengan tiga peristiwa di atas, peristiwa reaksi inti ini tidak terjadi pada
semua jenis materi.

Aplikasi radioisotop untuk gauging


Pemakaian radioisotop dalam bidang industri, khususnya dalam bidang teknik
gauging terbilang banyak dijumpai. Teknik gauging adalah teknik pengukuran
dengan menggunakan radioisotop dan teknik pengukuran ini ada beberapa macam,
yairu thickness gauging, level gauging dan density gauging. Cara kerja teknik
pengukuran ini berdasarkan :
1. Cara Transmisi
2. Cara back scatering

Cara Transmisi
Teknik pengukuran dengan cara transmisi adalah dengan memanfaatkan sifat
atenuasi atau penyerapan radiasi oleh suatu bahan. Perbedaan intensitas radiasi
sebelum melewati suatu bahan dan sesudah melewati suatu bahan digunakan untuk
mengukur bahan tersebut. Oleh karena I0 ; I ; dan bisa diketahui nilainya, maka
harga X ( tebal ) suatu bahan dapat ditentukan.
Cara pengukuran tebal bahan ini yang digunakan dalam industri yang diubah
menjadi proses penetapan tebal bahan secara otomatis. Gambar berikut ini
menunjukan prinsip pengukuran tebal bahan secara otomatis dalam industri, misalkan
yang dijumpai pada pabrik baja yang memproduksi baja lembaran ( roll ). Pelat baja
roll dengan ketebalan tertentu akan terus berputar ke kiri dan akan berhenti secara
otomatis bila ada perubahan tebal bahan. Perubahan tebal bahan akan menyebabkan

intensitas radiasi yang ditangkap oleh detektor berubah dan perubahan ini akan
diteruskan ke alat kontrol.
I = I0 e-x
Dengan:

= Koefisien atenuasi bahan


X
= Tebal bahan
I0
= Intensitas radiasi sebelum melewati bahan
I
= Intensitas radiasi setelah melewati bahan
Sumber Radiasi
Pm-147 (beta)
Tl-204 (beta)
Kr-85 (beta)
Sr/Y-90 (beta)

Jenis Aplikasi Gauging Transmisi


Densitas kertas
Ketebalan kertas, karet, tekstil
Ketebalan cardboard
Ketebalan logam tipis; ketebalan

Sinar-X

tembakau dalam rokok


Ketebalan baja sampai 20 mm; level

Am-241 (gamma)
Cs-137 (gamma)
Co-60 (gamma)

cairan dalam kaleng


Ketebalan baja sampai 10 mm; isi botol
Ketebalan baja sampai 100 mm; isi
pipa/tangki
Isi tungku pembuat arang; isi tempat
pembakaran batu bata

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Seperangkat sistem pencacah Geiger-Muller (GM)
2. Jangka Sorong
3. Gunting
4. Pinset
Bahan
1. Sumber Radiasi Beta (Sr-90)
2. Sampel Kertas Kalender Standar
3. Sampel Kertas yang akan diukur

D. Langkah Kerja
1. Perangkat sistem pencacah dinyalakan

2.
3.
4.
5.
6.

Dicari tegangan kerja detektor GM.


Cacah background dilakukan.
Sumber beta dicacah dengan jarak 1 cm tanpa menggunakan sampel.
Ketebalan sampel kertas kalender diukur dengan jangka sorong.
Sumber beta dicacah dengan jarak 1 cm dengan sampel kertas kalender standar

diatasnya
7. Hasil dicatat dan dicari koefisien atenuasi () kertas kalender standar.
8. Langkah 5 dilakukan dengan sampel kertas lain namun dengan jarak yang sama.
9. Ketebalan sampel kertas lain dicari.
E. Data Pengamatan

Tegangan
Waktu cacah

: 780 kV
: 100 sekon

Sumber

: Sr-90 (nov 2011) , 1

Sumber untuk efisiensi

: Cs-137 (nov 2011), 1

Cacah background(cacah)
Cacah awal (I0) (cacah)
Ukuran sampel

: 94 cacah
: 10566 ; 10387
: 5,5 x 3,5 cm2

Data cacahan standard an Sampel :

F. Pengolahan Data
Cacah background
= 94 cacah
Cacahan standar sebenarnya = Cacahan Cacahan background

Aktivitas Sumber (semua kelompok)


=

Cacah awal

= 103,825 cps

Efisiensi detector

Menentukan Koefisien atenuasi

Dengan Rumus:

Dapat dicari koefisien atenuasi bahan dengan metode grafik. Jumlah cacahan berbanding
lurus dengan intensitas radiasi sehingga dapat digunakan untuk mewakili.

Berdasarkan grafik, dapat diketahui nilai koefisien atenuasi () untuk bahan plastik
adalah 0,35
Menentukan Half Value Thickness (HVT)
Nilai HVT dapat diketahui dari persamaan grafik di atas dengan nilai I adalah setengah
dari I0.
y

= 102.5 e-0.35x

0,5

= e-0.35x

ln 0,5

= -0,35x

= 1,98 cm

Menentukan Ketebalan Sampel


o Sampel 1 (Kertas Karton)
76,09333

= 102.5 e-0.35x

0,742

= e-0.35x

ln 0,742

= -0,35x

x
o

= 0,85 cm

Sampel 2 (Kertas Majalah)


74,516

= 102.5 e-0.35x

0,727

= e-0.35x

ln 0,727

= -0,35x

= 0,911 cm

G. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran ketebalan material dengan metode beta
thickness gauging, Prinsip beta thickness gauging adalah pemanfaatan daya tembus
(transmisi) radiasi beta terhadap material, Daya tembus radiasi beta dipengaruhi oleh
koefisien atenuasi () yang nilainya spesifik untuk setiap material, Dengan mengetahui
nilai , maka ketebalan suatu bahan dapat diketahui.
Beta thickness gauging terdiri dari dua komponen dasar, yaitu sumber radiasi
dan detektor radiasi. Material yang akan diukur ditempatkan di antara sumber dan
detektor. Pada industri, ditambahkan perangkat komputer untuk memproses informasi
dari detektor dan mengkonversinya sebagai nilai ketebalan. Secara sederhana, skema beta
thickness gauging adalah sebagai berikut,

Gambar 5. Skema beta thickness gauging

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas kalender. Untuk
mengetahui nilai diperlukan deret standar dengan variasi ketebalan. Variasi ketebalan
kertas kalender yang digunakan adalah 0,5; 0,75; 0,9; 1,1; dan 1,25 cm. Sumber radiasi
pemancar beta yang digunakan adalah Sr-90 dengan aktivitas 0,1 Ci dan waktu paro
28,8 tahun. Sumber Sr-90 merupakan sumber pemancar beta dengan energi tertinggi yang

umumnya digunakan dalam gauging. Sr-90 sesuai untuk pengukuran pada rentang 1000
sampai 8000 g/m2.
Saat radiasi mengenai material, sebagian akan menembus dan sebagian lagi
akan terhenti. Semakin tebal atau padat suatu material, akan semakin banyak radiasi yang
dihentikan. Dengan mengukur perbandingan radiasi yang melewati material dengan
radiasi tanpa penghalang, ketebalan suatu material dapat ditentukan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh grafik hubungan antara
ketebalan dengan jumlah cacahan sebagai berikut:

Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tebal kertas kalender yang digunakan,
jumlah cacahan semakin sedikit. Persamaan grafik dibuat dalam bentuk eksponen
sehingga sesuai dengan rumus I = I0.e-x. Nilai koefisien plastik berdasarkan grafik adalah
0,35.
Dengan mengetahui nilai , nilai half value thickness kertas kalender dapat
diketahui, yaitu 1,98 cm. hal ini berarti bahwa dengan ketebalan kertas kalender 1,98 cm,
dapat menahan radiasi sampai setengahnya.
Persamaan di atas juga digunakan menetukan ketebalan sampel kertas. Hasil pengukuran
adalah sebagai berikut:
Sampel

Pengukuran
dengan sketmat
(cm)

Pengukuran
dengan radiasi
(cm)

Kertas Karton

0,85

Kertas majalah

0,911

H. Kesimpulan
1. Prinsip Beta thickness gauging adalah pemanfaatan daya tembus (transmisi) radiasi
beta terhadap material.
2. Semakin besar ketebalan bahan maka radiasi beta yang tembus semakin sedikit
sehingga jumlah cacahan semakin kecil.
3. Nilai koefisien atenuasi () kertas kalender adalah 0,35
4. Half value thickness kertas kalender untuk radiasi beta adalah 1,98 cm
5. Ketebalan sampel 1 adalah 0,85 cm, sedangkan ketebalan sampel 2 adalah 0,911 cm.
I. Daftar Pustaka
1. http://www,kashelara,com/2013/08/pemanfaatan-nuklir-dalam-bidang,html

diakses

pada 29 Juni 2015 pukul 22:45


2. https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/06/08-01-01-06.html diakses
pada 29 Juni 2015 pukul 22:30
3. http://ansn.bapeten.go.id/files/23-1.pdf diakses pada 29 Juni 2015 pukul 23:43
4. Anonim. nuclear-gauging.pdf. diakses pada 29 Juni 2015 pukul 23:40
Yogyakarta, 29 Juni 2015
Asisten,

Praktikan,

Maria Christina P., M. Eng.

Anwar Jundiy

Anda mungkin juga menyukai