Anda di halaman 1dari 37

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Proses pengeringan
Pengeringan adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air dari
suatu bahan hingga mencapai kandungan air tertentu agar kecepatan kerusakan bahan
dapat diperlambat. Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, tekanan,
kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang
diinginkan, energi pengering, dan kapasitas pengering. Pengeringan yang terlampau
cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering
sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air di dalam bahan yang
menuju permukaan bahan tersebut. Adanya pengeringan cepat menyebabkan
pengerasan pada permukaan bahan, selanjutnya air di dalam bahan tersebut tidak
dapat lagi menguap karena terhambat.Di sisi lain, operasional pengeringan dengan
suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu
pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak antara alat pengering dengan
alat pemanas (baik itu berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas
lainnya).
Pengeringan

adalah

suatu

metode

untuk

mengeluarkan

atau

menghilangkan sebagian air dari bahan dengan menggunakan media pengering,


sampai tingkat kadar air kesetimbangan dengan kondisi udara luar (atmosfer)
normal atau tingkat kadar air yang setara dengan aktifitas air yang aman dari
kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan kimiawi (Henderson dan Perry, 1976).
Pengeringan terhadap benih merupakan suatu cara untuk mengurangi
kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama.
Sedangkan syarat pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih
ke udara harus diikuti perpindahan uap air dari bagian dalam ke permukaan
benihnya.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mengendalikan proses


Pengeringan adalah mengetahui keberadaan molekul air dalam produk bahan yang
akan dikeringkan. Ada 2 tipe keberadaan molekul air di dalam suatu produk. Tipe
pertama, molekul air terikat atau disebut dengan bound water bisa berada pada
pipa-pipa kapiler, atau terserap pada permukaan, atau berada di dalam suatu sel atau
dinding-dinding serat atau dalam kombinasi fisik atau kimia dengan bahan padat.
Tipe kedua, air bebas tidak terikat, biasasnya berada pada celah-celah di dalam
bahan padat.
Mekanisme pengendalian proses Pengeringan bergantung pada struktur
bahan beserta parameter pengeringan: kadar air, dimensi bahan, suhu medium
pemanas, berbagai laju perpindahan pada permukaan dan kesetimbangan kadar
air. Kesetimbangan kadar air ini bergantung pada sifat alami bahan padat yang
dikeringkan

dan

kondisi

udara

pengering.

Oleh

karenanya

mekanisme

Pengeringan dapat dibagi dalam 3 kategori. Pertama, penguapan dari suatu


permukaan bebas. Operasi ini mengikuti hukum pindah panas dan pindah massa
yang berlaku pada suatu objek basah. Kedua, aliran bahan cair dalam pipa-pipa
kapiler, dan yang ketiga difusi bahan cair atau uap air. Kemampuan udara
pengering memindahkan air dari produk yang dikeringkan bergantung pada
suhu dan jumlah uap air yang berada atau dikandung oleh udara tersebut atau
dikenal dengan istilah kelembaban mutlak udara (absolute humidity).
Proses pengeringan dipengaruhi oleh driving force yaitu perbedaan
konsentrasi antara kandungan air di dalam bahan yang dikeringkan dengan
kandungan air dalam udara yang digunakan untuk proses pengeringan tersebut.
Proses pengeringan melibatkan mode pindah panas konduksi, pindah
panas konveksi, dan atau radiasi. Pada sistem pengering konduksi, medium pemanas
yang digunakan biasanya uap panas dan terpisah dari bahan padat yang akan
dikeringkan, contohnya drum dryer, yang kadangkala dikombinasikan dengan
sistem vakum. Pada system pengering tipe konveksi, medium pemanas yang
dipakai biasanya udara dan udara pemanas ini kontak langsung denagn bahan
padat yang dikeringkan, terjadi difusi uap air dari dan di dalam bahan padat.
Contoh pengering tipe konveksi ini misalnya, pengering oven, pengering semprot
(spray dryer), fluidized bed dryer, rotary dryer. Pengering tipe radiasi memakai

sumber panas dari radiant energy, misalnya alat pengering yang menggunakan
energi microwave untuk mengeringkan produk.

Arkema (1992) mengemukakan bahwa pengeringan bahan hasil pertanian


dengan menggunakan aliran udara pengering yang baik adalah antara 45 0C
sampai 75 0C. Pengeringan pada suhu di bawah 45 0C mikroba dan jamur yang dapat
merusak produk masih hidup, sehingga daya awet dan mutu produk rendah. Namun,
pada suhu udara pengering di atas 75 0C menyebabkan struktur kimiawi dan fisik
produk rusak, karena perpindahan panas dan massa air berdampak terhadap
perubahan struktur sel.
Waktu pengeringan optimum adalah waktu di mana laju pergerakan air bebas
dari dalam bahan ke permukaan bahan sama dengan laju penguapan air maksimum
dari permukaan bahan. Suhu optimum pengeringan adalah suhu yang diperoleh saat
waktu pengeringan paling singkat. .
Proses pengeringan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode laju
pengeringan tetap dan

periode laju pengeringan menurun. Periode laju

pengeringan tetap akan terjadi pada sejumlah massa bahan yang mengandung

banyak air sehingga membentuk lapisan air yang selanjutnya akan


mengering dari permukaannya. Laju pengeringan tetap akan berhenti pada saat air
bebas di permukaan habis dan laju pengurangan kadar air akan berkurang secara
progresif. Kadar air pada saat laju pengeringan tetap berhenti disebut kadar air kritis.
Pada periode laju pengeringan menurun, air yang diuapkan dari
permukaan bahan lebih besar daripada perpindahan air dari dalam bahan ke
permukaan bahan. Proses pengeringan pada laju pengeringan menurun terjadi dua
proses yaitu pergerakan kadar air dari dalam bahan ke permukaan bahan secara
difusi dan perpindahan kadar air dari permukaan bahan ke udara bebas. Pola
penurunan kadar air selama pengeringan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kurva Pengeringan yang Menyatakan Hubungan antara Kadar


Air Bahan dengan Lama Waktu Pengeringan
Sumber : Hall (1980)

1.

Tahap A B, tahap ini merupakan periode pemanasan (warming up

period), terjadi selama kondisi permukaan bahan menuju keseimbangan dengan


udara pengering. Pada periode ini tidak banyak terjadi perubahan kadar air dari
bahan yang akan dikeringkan.
2. Tahap B C, tahap ini dikenal sebagai periode laju pengeringan
tetap (constant rate period). Selama periode ini permukaan bahan tetap jenuh
dengan air karena pergerakan air dalam bahan menuju permukaan seimbang dengan
penguapan air dari permukaan bahan.

3. Titik C adalah titik kadar air kritis (critical moisture content). Titik kadar
air terendah di mana laju pergerakan air bebas dari dalam bahan ke permukaan bahan
sama dengan laju penguapan air maksimum dari permukaan bahan.

4.

Tahap C E, tahap ini dikenal sebagai periode laju pengeringan

menurun (falling rate period), periode ini terdiri dari dua bagian yaitu periode laju
pengeringan menurun pertama (first falling rate period) dan periode laju pengeringan
menurun kedua (second falling rate period). Di dalam periode laju pengeringan
menurun terdapat dua proses yaitu pergerakan air dari dalam bahan ke permukaan bahan
dan penguapan air dari permukaan bahan.
Untuk menentukan laju pengeringan menggunakan persamaan berikut :

N =

- Ls dx
.....................................................(2.1)
A dq
Dimana :
Ls = Berat bahankering(gram)
A = Luas permukaan (cm2)
x = Moisture content dry basis
= Waktu pengeringan

Broker dkk (1992) mengemukakan bahwa tekanan statik aliran udara pengeing yang
melalui tumpukan biji-bijian tergantung pada :
1.

Kecepatan aliran udara pengering

2.

Karakteristik bentuk dan permukaan biji-bijian

3.

Ukuran dan konfigurasi ruang antar biji-bijian

4.

Variasi ukuran biji-bijian

5.

Presentase lubang lantai ruang pengering

6.

Panjang pipa saluran udara pengering

2.1.2 Bahan Higroskopik dan Tak Higroskopik


Secara umum bahan dapat dibagi dua yaitu: bahan yang dapat mengeluarkan
semua air yang dikandungnya seperti tekstil, dan bahan yang tidak dapat mengeluarkan
semua air yang dikandungnya seperti biji-bijian. Bahan yang dapat mengeluarkan semua
air yang dikandungnya dinamakan bahan tak higroskopik, sedangkan bahan yang
masih menyimpan sebagian air yang dikandungnya dinamakan bahan higroskopik.
Bahan tak higroskopik dikeringkan sampai semua air yang dikandungnya keluar.
Seandainya bahan tersebut masih mengandung uap air, kemungkinan bahan tersebut rusak
disebabkan terjadinya proses kimia atau biologi. Misalnya, kain basah atau lembab yang
disimpan lama mungkin akan tumbuh jamur yang disebabkan faktor biologi atau
mungkin pula mudah lapuk atau kayak akibat terjadi proses kimia.
Bahan higroskopik perlu menyimpan sebagian air yang dikandungnya, karena air
tersebut akan bertindak sebagai agen pengikat sehingga sel-sel di dalam bahan
tersebut tidak pecah. Bahan higroskopik kebanyakan merupakan bahan hasil
pertanian, seperti jenis biji-bijian padi, coklat, kopi, dan lada; jenis daun seperti tembakau
dan the; jenis buah seperti mangga dan pisang; atau jenis ikan, udang, dan cumi-cumi
kering. Di samping mengikat sel-selnya, kandungan air juga memberi rasa sedap apabila
bahan tersebut dimakan. Oleh karena itu, kandungan air ini perlu ditetapkan pada kadar
tertentu agar mutu bahan tersebut dapat ditetapkan. Misalnya kadar air dalam padi yang
sesuai untuk disimpan adalah 12 sampai 14%. Kandungan air yang berlebih akan
menyebabkan padi menjadi kemerahan setelah dua atau tiga bulan penyimpanan,
sedangkan kandungan air yang kurang akan menyebabkan padi tersebut menjadi beras
patah setelah digiling.
Apabila kandungan air terlalu rendah sering bahan-bahan tersebut menyerap uap air
disekitarnya, hal ini menyia-nyiakan proses pengeringan yang dilakukan. Kandungan air
yang sesuai untuk coklat adalah kurang dari 7%. Biasanya bila bahan-bahan ini dipasarkan
antara bangsa, pihak pembeli dan penjual akan menentukan nilai kandungan air yang
disetujui.

2.1.3 Faktor-faktor dalam Proses Pengeringan

Prinsip pengeringan

biasanya akan melibatkan

dua kejadian yaitu (1)

panas harus diberikan pada bahan, dan (2) air harus dikeluarkan dari bahan. Dua
fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa ke luar.
Yang dimaksudkan dengan pindah massa adalah pemindahan air keluar
dari bahan pangan. Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan

yang

maksimum,

oleh

karena

itu semua

usaha

dibuat

untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa.


Perpindahan panas

dalam proses

pengeringan dapat terjadi melalui dua cara


yaitu

pengeringan

langsung

dan

pengeringan tidak langsung. Pengeringan


langsung yaitu sumber panas berhubungan
dengan

bahan

yang

dikeringkan,

sedangkan

pengeringan tidak langsung yaitu

panas dari sumber panas dilewatkan melalui


permukaan benda padat (conventer) dan
konventer tersebut yang berhubungan dengan
bahan pangan.
Setelah panas sampai ke bahan pangan maka air dari sel-sel bahan
pangan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya
air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut:

1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.

2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian


bahan.
3.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisanlapisan permukaan komponen padatan dari bahan.

4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan tersebut


adalah:
a. Luas Permukaan

Air

menguap

melalui

permukaan

bahan, sedangkan air yang ada di bagian


tengah akan merembes ke bagian permukaan
dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang
akan dikeringkan dipotong-potong atau diirisiris terlebih dulu.
Hal ini terjadi karena: (1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan
memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan
medium pemanasan sehingga air mudah keluar, (2) potongan-potongan kecil atau
lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas

harus bergerak sampai ke

pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa
air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari
bahan tersebut.

b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara


medium pemanas dengan bahan pangan
makin cepat pemindahan panas ke dalam
bahan dan makin cepat pula penghilangan air
dari bahan.
Air yang keluar dari bahan yang
dikeringkan
sehing-

akan
ga

menjenuhkan

kemampuannya

udara
untuk

menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan


semakin tinggi suhu

pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai
dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut
"Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.

c.Kecepatan Aliran Udara

Udara yang bergerak dan mempunyai


gerakan yang tinggi selain dapat mengambil
uap air juga akan menghilangkan

uap air

tersebut

pangan,

dari

permukaan

bahan

sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir


jenuh

yang

akan

memperlambat

penghilangan air.
Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses
pengeringan

akan semakin

cepat,

yaitu

semakin mudah dan semakin cepat uap air


terbawa dan teruapkan.

d.tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung
dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar
maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung
uap air terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.

2.1.4 Jenis Kolektor


Bahan kolektor pada dasarnya merupakan bahan yang mempunyai kemampuan
menyerap kalor. Bahan logam yang mempunyai kemampuan menyerap kalor adalah
logam alumunium berwarna hitam. Dalam hal ini logam yang dipakai adalah plat
alumunium yang dicat hitam dan dibawahnya terdapat pasir sebagai penyimpan kalor.

Gambar. 2.1 Pengumpul panas matahari janis flat

2.1.5 Bahan-Bahan yang Memiliki Konduktivitas


Nilai konduktivitas bahan berpengaruh terhadap cepat lambatnya kalor yang
mengalir di dalam bahan tersebut. Semakin tinggi nilai konduktivitas suatu bahan, maka
semakin cepat pula kalor yang mengalir pada bahan tersebut. Pada umumnya nilai
konduktivitas tergantung pada suhu. Nilai konduktivitas berbagai bahan ditunjukkan
pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Konduktivitas berbagai bahan


k (W/m. oC)

Bahan
Logam
Perak (murni)
Tembaga (murni)
Alumunium (murni)
Nikel (murni)
Besi (murni)
Baja carbon, 1% C
Timbal (murni)
Baja krom-nikel (18% Cr, 8% Ni)
Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu)
Magnesit
Marmar
Batu pasir
Kaca, jendela
Kayu maple atau ek
Serbuk gergaji
Wol kaca
Zat Cair
Air raksa
Air
Ammonia
Minyak pelumas, SAE 50
Freon 12, CCl 2 F2
Gas
Hidrogen
Helium
Udara
Uap air (jenuh)
Karbondioksida

410
385
202
93
73
43
35
16,3
41,6
4,15
2,08-2,94
1,83
0,78
0,17
0,059
0,038
8,21
0,556
0,540
0,147
0,073
0,175
0,141
0,024
0,0206
0,0146

2.2 Pengertian Bawang Merah


2.2.1 Kandungan dan Manfaat bawang merah
Bawang merah adalah sejenis umbi yang sangat populer. bawang merah ini
dapat tumbuh dengan baik di ladang atau bahkan di sawah yang cukup terkena sinar
matahari. Bawang merah ini ternyata sangat kaya akan kandungan zak-zat yang berguna
untuk tubuh kita. Untuk memperoleh manfaat dari bawang merahini, mari kita mengenal
lebih jauh dengan kandungan bawang merah yang meriah ini. Berikut kandungan
kandunganpentingyangterdapatdalamumbi bawangmerah :

Saponin
Zat yang terkadung dalam bawang merah ini bisa membantu untuk mengencerkan dahak
ketika Anda terkena penyakit batuk. Dahak harus diencerkan karena dahak yang padat
akan mengganggu pernafasan dan juga membuat tenggorokan sakit ketika batuk.
Zat bawang merah ini merupakan apotik hidup yang sangat mujarab sebagai obat batuk.

Flavonglikosida
Zat yang terkadung bawang merah merah ini sangat ampuh untuk membunuh bakteri,
sehingga orang sering mempergunakan zat yang terkadung dalam bawang merah untuk
pengobatan luka dan infeksi agar tidak meradang. Zat dari bawang merah ini sangat
ampuh sebagai obat luka.

Minyak Atsiri
Minyak atsiri terkandung dalam bawang merah, manfaatnya adalah:
1. Minyak atsiri bawang merah ini memiliki aroma yang khas, jika dihirup bisa
menghilangkan pusing juga mengembalikan kesadaran ketika pingsan atau mabuk
perjalanan baik darat, laut,
maupun udara. Minyak atsiri bawang merah ini sangat cocok untuk dibawah dalam
perjalanan, karena minyak atsiri bawang merah ini berfungsi sebagai obat pencegah
mabuk darat, laut maupun udara.
2. Minyak atsiri bawang merah ini juga berguna untuk pemijatan saat mengeluarkan angin
dari perut dan melancarkan peredaran darah. Ketika anda masuk angin atau terkena
penyakit lain
akibat peredaran darah yang tidak lancar seperti haid yang tidak lancar pada wanita,
pemijatan dengan minyak atsiri bawang merah ini bisa dilakukan.
3. Selain itu minyak atsiri bawang merah juga bermanfaat untuk menyembuhkan luka
lecet pada puting ibu menyusui dan minyak atsiri bawang merah ini juga busa untuk
mengobati wasir. Minyak atsiri bawang merah merupakan obat terbaik untuk mengobati
penyakit wasir.

Sikloaliin
Zat sikloaliin bawang merah ini sangat ampuh untuk menurunkan suhu tubuh. Zat
sikloaliin bawang merah ini memiliki kandungan yang sama dengan kandungan lainnya
pada bawang merah, yaitu metialiin, kuersetin, kaemfreol, dan floroglusin. Kelima zat
bawang merah tersebut adalah obat penurun panas atau suhu tubuh yang sangat ampuh.
Sehingga zat sikloaliin bawang merah ini dapat digunakan untuk obat demam. Zat
sikloaliin bawang merah adalah sejenis obat yang terkenal sebagai obat penuh panas yang
luar biasa.

Floroglusin
Zat floroglusin pada umbi bawang merah selain dapat menurunkan suhu tubuh, zat
floroglisin bawang merah ini juga bisa mencegah munculnya sel kanker dalam tubuh. Zat
floroglusin pada umbi bawang merah merupakan salah satu obat pencegah kanker yang
baik.

Dihidroaliin
Zat dihidroaliin bawang merah ini membantu melancarkan pengeluaran air seni bagi
orang yang bermasalah dengan buang air kecil. Berdasarkan uji klinis, zat dihidroaliin
pada bawang merah bisa mengatasi masalah penyakit kandungan air seni. Zat dihidroaliin
bawang merah ini banyak digunakan oleh orang yang bermasalah dengan buang air kecil.

Peptida
Peptida pada bawang merah sangat berguna juga untuk mengurangi kadar gula dalam
darah, sehingga dengan bawang merah anda juga bisa mengobati kencing manis atau
diabetes. Peptida pada bawang merah oleh para ahli dibuat menjadi obat diabetis.

Vitamin dan Mineral


Sudah dipastikan bahwa semua bawang merah mengandung protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, vitamin B1 dan C yang berguna untuk metabolisme tubuh manusia. Jika
metabolisme tubuh lancar maka badan Anda akan sehat. Jadi dengan banyak
mengkomsumsi bawang merah, anda akan mendapat asupan vitamin & mineral yang
cukup untuk tubuh kita.

2.3 Teori
2.3.1 Perpindahan Massa
Peristiwa yang terjadi selama proses pengeringan adalah proses perpindahan
panas yang mengakibatkan menguapnya air dari dalam jahe dan proses perpindahan
massa dimana sejumlah uap air dari dalam jahe ke udara. Besarnya jahe kering dengan
kadar tertentu dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Ir. Suharto, 1991 : 12) :
(100 m1 )
m jb
100
Keterangan:
= Massa bawang merah kering (kg)
m bk
= Kadar air awal bawang merah (%)
m1
M bs = Massa bawang merah basah (kg)
m jk =

2.3.2 Energi Matahari


Energi matahari yang dipancarkan ke suatu permukaan dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (J.P. Holman, 1988:421) :
I
A
Keterangan :
I
= Konstanta surya (1395 W/m2) ; (Holman, 421)
Q matahari= Energi matahari yang dipancarkan ( W )
Qmatahari =

2.3.2

= Luas permukaan penangkap kalor ( m2 )

Proses Perpindahan Kalor

Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan


energi dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda
atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan
perpindahan panas

yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan panas. Maka ilmu
perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju perpindahan panas
yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Perpindahan kalor dapat didefinisikan
sebagai suatu proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain
akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk mekanisme
perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
2.1.1. Perpindahan Kalor secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur
rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan
momentum.

Tpanas

Tdingin

Gambar 2.1. Perpindahan panas konduksi pada dinding (J.P. Holman,hal: 33)

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut
Persamaan Dasar Konduksi :
.......(2.1)
Keterangan :
q

= Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)

k = Konduktifitas Termal (W/m.C)


A

= Luas Penampang (m)

dT = Perbedaan Temperatur ( C, F )
dX = Perbedaan Jarak (m / det)
T = Perubahan Suhu ( C, F )
dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor.konstanta positif k disebut
konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus disisipkan agar
memenuhi hokum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ketempat yang
lebih rendah dalam skala temperatur. (J.P. Holman, hal: 2)
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara laju
aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat pada
permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap titik dalam
suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan hukum fourier.
Dalam penerapan hokum Fourier (persamaan 2.1) pada suatu dinding datar, jika
persamaan tersebut diintegrasikan maka akan didapatkan :
...(2.2)
(J.P. Holman, hal: 26)

Bilamana konduktivitas termal (thermal conductivity) dianggap tetap. Tebal


dinding adalah x, sedangkan T1 dan T2 adalah temperatur muka dinding. Jika
konduktivitas

berubah

menurut

hubungan

linear

dengan

temperatur,

seperti

, maka persamaan aliran kalor menjadi :


.......(2.3)
(J.P. Holman, hal: 26)
Konduktivitas Termal
Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas

termal.

Persamaan

(2.1)

merupakan

persamaan

dasar

tentang

konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran


dalam percobaan untuk menentukan konduktifitas termal

berbagai bahan. Pada

umumnya konduktivitas termal itu sangat tergantung pada suhu.


Daftar Tabel 2-1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC

Konduktivitas termal
K
Bahan

W/m.C

Btu/h . ft . F

perak ( murni )

410

237

tembaga ( murni )

385

223

aluminium ( murni )

202

117

nikel ( murni )

93

54

besi ( murni )

73

42

Baja karbon, 1% C

43

25

Timbal (murni)

35

20,3

baja karbon-nikel

16,3

9,4

logam

( 18% cr, 8% ni )

bukan logam
kuarsa ( sejajar sumbu )

41,6

24

magnesit

4,15

2,4

marmar

2,08-2,94

1,2-1,7

batu pasir

1,83

1,06

Kaca, jendela

0,78

0,45

Kayu maple atau ek

0,17

0,096

Serbuk gergaji

0,059

0,034

Wol kaca

0,038

0,022

Air-raksa

8,21

4,74

Air

0,556

0,327

Amonia

0,540

0,312

Minyak lumas, SAE 50

0,147

0,085

Freon 12, 22FCCI

0,073

0,042

Hidrogen

0,175

0,101

Helium

0,141

0,081

Udara

0,024

0,0139

Uap air ( jenuh )

0,0206

0,0119

Karbon dioksida

0,0146

0,00844

Zat cair

Gas

(J.P.Holman, hal: 7)
2.1.2. Perpindahan Kalor secara Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran dari
bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah kehilangan panas dari radiator
mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Menurut cara menggerakkan alirannya,
perpindahan panas konveksi diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan
karena adanya perbedaan kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan

panasnya disebut sebagai konveksi bebas (free

/ natural convection). Bila gerakan

fluida disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau
kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka
perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).

q
m,cp
aliran

Tb1

Tb2
L

Gambar 2.2. Perpindahan panas konveksi (J.P.Holman, hal:. 252).

Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam saluran


tertutup seperti pada gambar 2.2 merupakan contoh proses perpindahan panas. Laju
perpindahan panas pada beda suhu tertentu dapat dihitung dengan persamaan
.......(2.4)
(J.P. Holman,1994 hal: 11)
Keterangan :
Q

= Laju Perpindahan Panas ( kj/det atau W )

= Koefisien perpindahan Panas Konveksi ( W / m2.oC )

= Luas Bidang Permukaan Perpindahaan Panas ( ft2 , m2 )

Tw

= Temperature Dinding ( oC , K )

= Temperature Sekeliling ( oC , K )

Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika, sedangkan


panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif ( + ).

Persamaan (2.4) mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien pindah


panas permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan besarnya laju
pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu.

Gambar 2.3 Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataanya sering dijumpai, kaarena dapat


meningkatkan efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida dengan fluida yang
lain.
2.1.3. Bilangan Reynolds
Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen terjadi apabila :

Dimana

= kecepatan aliran bebas

= jarak dari tepi depan

= / = viskositas kinematik

Pengelompokan khas diatas disebut angka Reynolds dan angka ini tak
berdimensi apabila untuk semua sifat-sifat diatas digunakan perangkat satuan yang
konsisten ;

....(2.5)
Pada konveksi pelat rata akan mendingin lebih cepat dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 2.4 : perpindahan kalor secara konveksi pada suatu pelat rata
Keterangan :

2.1.4

= Koefisien Perpaindahan Panas ( W / m2.oC )

= Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh ( W / m2.oC )

= Laju Perpindahan Panas ( kj/det atau W )

Tw

= Temperature Dinding ( oC , K )

= Temperature Sekeliling ( oC , K )

Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda

yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda - benda tersebut.

Radiasi datang

Refleksi

absorpsi

Transmisi
Gambar 2.5. Perpindahan panas radiasi (J.P.Holman, hal: 343).
Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang dipindahkan
melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang elektromagnetik Bila energi radiasi
menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan , sebagian diserap dan
sebagian diteruskan seperti gambar 2.3. Sedangkan besarnya energi :
Q pancaran AT 4 .............................................................................(2.6)
dimana : Q pancaran = laju perpindahan panas ( W)

2.2.

= konstanta boltzman (5,669.10-8 W/m2.K4)

= luas permukaan benda (m2)

= suhu absolut benda ( 0 C )

Alat Penukar Kalor ( Heat Exchanger)


Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang digunakan untuk

memindahkan panas antara dua buah fluida atau lebih yang memiliki perbedaan
temperature yaitu fluida yang bertemperatur tinggi kefluida yang bertemperatur rendah.
Perpindahan panas teesebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada
kebanyakan sistem kedua fluida ini tidak mengalami kontak langsung. Kontak langsung
alat penukar kalor terjadi sebagai contoh pada gas kalor yang terfluidisasi dalam cairan
dingin untuk meningkatkan temperatur cairan atau mendinginkan gas.
Alat penukar panas banyak digunakan pada berbagai instalasi industri, antara lain pada :
boiler, kondensor, cooler, cooling tower. Sedangkan pada kendaraan kita dapat
menjumpai radiator yang fungsinya pada dasarnya adalah sebagai alat penukar panas.

Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri diantaranya adalah :


a) Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature tertentu
yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya, seperti pemanasan
reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
b) Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensassi dan lain-lain.
Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Maksudnya adalah :
1) Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu. Contohnya adalah clinker cooler dimana antara
clinker yang panas dengan udara pendingin berkontak langsung. Contoh
yang lain adalah cooling tower untuk mendinginkan air pendingin kondenser
pada instalasi mesin pendingin sentral atau PLTU, dimana antara air hangat
yang didinginkan oleh udara sekitar saling berkontak seperti layaknya air
mancur.
2) Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan
langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu
mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnnya.
Untuk meningkatkan

efektivitas

pertukaran

energi,

biasanya

bahan

permukaan pemisah dipilih dari bahan-bahan yang memiliki konduktivitas


termal yang tinggi seperti tembaga dan aluminium. Contoh dari penukar
kalor seperti ini sering kita jumpai antara lain radiator mobil, evaporator AC.
Pertukaran panas secara tidak langsung terdapat dalam beberapa tipe dari
penukar kalor diantaranya tipe plat, shell and tube, spiral dll. Pada kebanyakan kasus
penukar kalor tipe plat mempunyai efektivitas perpindahan panas yang lebih bagus.

2.2.1

Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Adapun klasifikasi dari alat penukar kalor dapat dibagi dalam beberapa

kelompok yaitu :
Berdsarkan konstruksinya
1) Tabung (tubular)
2) Plate-Type
3) Extended Surface
4) Regenerative
Berdasarkan pengaturan aliran
1) Single Pass
2) Multi Pass
Bedasarkan jenis aliran
1) Aliran Berlawanan Arah (Counter Flow)
2) Alira Sejajar (Parallel Flow)
3) Aliran Silang (Cross Flow)
4) Aliran Terpisah (Split Flow)
5) Aliran Bercabang (Divide Flow)
Berdasarkan banyaknya laluan
1) Seluruh Cross-counter flow
2) Seluruh cross-parallel flow
3) Parallel counter flow
Berdasarkan mekanisme perpindahan panas
1) Konveksi satu fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
2) Konveksi dua fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
3) Kombinasi perpindahan panas
Berdasarkan fungsinya dapat digolongkan pada beberapa nama:
1) Exchanger: Memanfaatkan perpindahan kalor diantara dua fluida proses
(steam dan air pendingin tidak termasuk sebagai fluida proses, tetapi
merupakan utilitas).

2) Heater: Berfungsi memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan


pemanas alat ini menggunakan steam.
3) Cooler: Berfungsi mendinginkan fluida proses, dan sebagai bahan
pendingin digunakan air.
4) Condenser: Berfungsi untuk mengembunkan uap atau menyerap kalor
laten penguapan
5) Boiler : Berfungsi untuk membangkitkan uap.
6) Reboiler : Berfungsi sebagai pensuplai kalor yang diperlukan bottom
produk pada distilasi. Steam biasanya digunakan sebagai media pemanas.
7) Evaporator: Berfungsi memekatkan suatu larutan dengan cara
menguapkan airnya.
8) Vaporizer: Berfungsi memekatkan cairan selain dari air.
Adapun bentuk dari alat penukar kalor pada industri antara lain :
1. Alat Penukar Kalor Shell dan Tube
2. Alat Penukar Kalor Coil dan Box
3. Alat Penukar Kalor Double dan Pipe
4. Alat Penukar Kalor type Plate
2.2.2. Klasifikasi penukar kalor berdasarkan susunan aliran fluida.
Yang dimaksud dengan susunan aliran fluida di sini adalah berapa kali fluida
mengalir sepanjang penukar kalor sejak saat masuk hingga meninggalkannya serta
bagaimana arah aliran relatif antara kedua fluida (apakah sejajar/parallel, berlawanan
arah/counter atau bersilangan/cross).
a) Pertukaran panas dengan aliran searah (co-current/parallel flow)
yaitu apabila arah aliran dari kedua fluida di dalam penukar kalor adalah
sejajar. Artinya kedua fluida masuk pada sisi yang satu dan keluar dari sisi
yang lain mengalir dengan arah yang sama. Karakter penukar panas jenis ini
temperatur fluida yang memberikan energi akan selalu lebih tinggi dibanding
yang menerima energi sejak mulai memasuki penukar kalor hingga keluar.

Gambar 2.6 aliran parallel flow dan profil temperatur

.....(2.7)
Dimana: q = laju perpindahan panas ( watt )
= laju alir massa fluida ( kg/s )
c = kapasitas kalor spesifik ( j/kg0C )
T = suhu fluida ( 0C )
Dengan assumsi nilai kapasitas kalor spesifik ( cp ) fluida dingin dan
panas konstan, tidak ada kehilangan panas ke lingkungan serta keadaan steady
state, maka kalor yang dipindahkan :
......(2.8)
Dimana :
U = koefisien perpindahan panas secara keseluruhan ( W / m2.oC )
A = luas perpindahan panas (m2)

Dan juga mempunyai nilai TLMTD sebagai berikut


......................( 2.9)

= T2 T4

dimana :

= T1 T3

b) Pertukaran panas dengan aliran berlawanan arah (counter current /


flow)
yaitu bila kedua fluida mengalir dengan arah yang saling berlawanan dan
keluar pada sisi yang berlawanan. Pada tipe ini masih mungkin terjadi bahwa
temperatur fluida yang menerima panas (temperatur fluida dingin) saat keluar
penukar kalor (T4) lebih tinggi dibanding temperatur fluida yang memberikan
kalor (temperatur fluida panas) saat meninggalkan penukar kalor.

Gambar 2.7 aliran counter flow dan profil temperature

Dari gambar diatas, laju perpindahan panasnya dapat dinyatakan sebagai


berikut:
................(
2.10 )
Dimana:

q = laju perpindahan panas ( watt )


= laju alir massa fluida ( kg/s )
C = kapasitas kalor spesifik ( j/kg0C )
T = suhu fluida ( 0C )

Dan juga mempunyai nilai TLMTD sebagai berikut


................( 2.11 )

dimana :

= T1 T4

= T2 T3
c ) Pertukaran panas dengan aliran silang ( cross flow )
Artinya arah aliran kedua fluida saling bersilangan. Contoh yang sering kita
lihat adalah radiator mobil dimana arah aliran air pendingin mesin yang
memberikan energinya ke udara saling bersilangan. Apabila ditinjau dari
efektivitas pertukaran energi, penukar kalor jenis ini berada diantara kedua
jenis di atas. Dalam kasus radiator mobil, udara melewati radiator dengan
temperatur rata-rata yang hampir sama dengan temperatur udara lingkungan
kemudian memperoleh panas dengan laju yang berbeda di setiap posisi yang
berbeda untuk kemudian bercampur lagi setelah meninggalkan radiator
sehingga akan mempunyai temperatur yang hampir seragam.

Gambar 2.8 aliran cross flow dan profil temperatur

Dan juga mempunyai nilai TLMTD sebagai berikut


...............( 2.12)

dimana :

= T1 T4
= T2 T3

2.3.

Heat Exchanger Tipe Plat


Heat exchanger tipe plat adalah jenis penukar panas yang menggunakan pelat

logam untuk mentransfer panas antara dua cairan. Ini memiliki keuntungan besar atas
suatu penukar panas konvensional dalam bahwa cairan yang terkena luas permukaan
jauh lebih besar karena cairan menyebar di plat. Ini memfasilitasi transfer panas, dan
sangat meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Plat penukar panas yang sekarang
umum dan versi dibrazing sangat kecil yang digunakan dalam air panas bagian dari
jutaan kombinasi boiler.
Konsep di balik penukar panas adalah penggunaan pipa atau pembuluh penahanan lain
untuk panas atau dingin satu cairan dengan mentransfer panas antara itu dan cairan lain.
Dalam kebanyakan kasus, penukar terdiri dari pipa melingkar berisi satu fluida yang
melewati ruang berisi cairan lain. Dinding pipa biasanya terbuat dari logam, atau zat
lain dengan konduktivitas panas yang tinggi, untuk memfasilitasi pertukaran, sedangkan

casing luar ruang yang lebih besar adalah terbuat dari plastik atau dilapisi dengan isolasi
termal, untuk mencegah panas dari melarikan diri dari exchanger.
2.3.1

Kontruksi Heat Exchanger Tipe Plat


Pelat penukar panas (PHE) adalah desain khusus cocok untuk mentransfer panas

antara cairan menengah dan tekanan rendah. Dilas, semi-dilas dan penukar panas
dibrazing digunakan untuk pertukaran panas antara cairan bertekanan tinggi atau di
mana produk yang lebih kompak diperlukan.
Untuk konstruksi heat exchanger tipe plat yang dibuat, dapat ditunjukan pada
gambar dibawah;

Gambar 2.9 Skema Dalam Aliran HE tipe Crossflow

Gambar 2.10 Alat Penukar kalor Tipe Cross Flow

Gambar 2.11. konstruksi penukar kalor tipe cros flow


2.3.2. Analisis Termal Heat Exchanger Tipe Plat
Penukar kalor tipe pelat merupakan penukar kalor yang sangat kompak karena
memiliki kekompakan yang sangat tinggi. Penukar kalor jenis ini terdiri dari pelat-pelat
yang sudah dibentuk dan ditumpuk-tumpuk sedemikian rupa sehingga alur aliran untuk
suatu fluida akan terpisahkan oleh pelat itu sendiri terhadap aliran fluida satunya serta
dipisahkan dengan gasket. Jadi kedua fluida yang saling dipertukarkan energinya tidak
saling bercampur.
Plate Heat Exchanger adalah suatu tipe HE yang menggunakan plat sebagai
tempat perpindahan panas diantara dua fluda. Suatu gasket dari suatu Plate Heat
Exchanger berfungsi untuk menghindari bercampurnya fluida panas dengan fluida
dingin . gasket diapit diantara pelat dan menyegel pelat disekeliling tepi pelat tersebut.
Plat dari HE ini noramalnya mempunyai ketebalan berkisar 0.5 hingga 3 mm.
Kelebihan dan kekurangan dari Plate Heat Exchanger
dengan HE shell N tube konvensional adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
1. Pelat lebih banyak diminati karena mudah diperoleh
2. HE tipe plat mudah dirawat

jika dibandingakan

3. Pendekatan temperature terendah yang masih bisa digunakan hingga 1oC


dibandingkan dengan HE Shell N tube yang sebesar 5-10oC.
4. HE tipe plat lebih fleksibel, dapat dengan mudah platnya ditambah.
5. HE tipe plat lebih tepat digunakan untuk material yang memiliki viskositas yang
tinggi
6. Temperature Correction Factor, Ft , akan lebih tinggi karena alirannya lebih
mendekati aliran couter flow yang sesungguhnya.
7. Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
Kerugian :
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan . HE tipe plat
tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperature operasi terbatas hingga 250oC dikarenakan material
gasket yang sesuai.
2.3.3

Fouling Factor ( Faktor Pengotoran )


Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat

exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga
disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis
fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran
pasti

akan

terjadi.

memperngaruhi

Terjadinya

temperatur

pengotoran

fluida

mengalir

tersebut
juga

dapat
dapat

menganggu
menurunkan

mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.


Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain :
1) Temperatur fluida
2) Temperatur dinding plat
3) Kecepatan aliran fluida

atau
ataau

Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari persamaan :


...(2.13)
Uc = Koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih
....(2.14)
hio = Koefisien perpindahan panas pada permukaan luar plat
ho = Koefisien perpindahan panas fluida diluar plat
2.3.4. Analisa Efektivitas Alat Penukar Kalor Dengan Pendekatan LMTD
Pendekatan LMTD dalam analisis penukar kalor berguna jika temperatur masuk
dan keluar diketahui sehingga LMTD dapat dihitung, aliran kalor, luas permukaan dan
koefisien perpindahan kalor menyeluruh. Metode efektifitas mempunyai beberapa
keuntungan dalam menganalisis serta memilihh jenis yang terbaik. Efektivitas penukar
kalor (Heat Exchanger Effectivities) didefinisikan sebagai :

LMTD (Log Mean Temperature Difference)


Pada aliran sejajar,dua fluida masuk bersama2 dalam alat penukar kalor,
bergerak dalam arah yang sama dan keluar bersama-sama pula. Sedangkan pada aliran
berlawanan, dua fluida bergerak dengan arah yang berlawanan, dan pada aliran
menyilang, dua fluida saling menyilang/bergerak saling tegak lurus.
Seperti ditunjukkan pada gambar menunjukkan bahwa beda temperatur antara
fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan pada waktu keluar tidaklah sama,
dan kita perlu menentukan nilai rata2 untuk menentukan jumlah kalor yang dipindahkan
dari fluida pada alat penukar kalor.
Sehingga Untuk aliran searah,
....(2.15)

Untuk aliran berlawanan,


...(2.16)
Untuk heat exchanger tipe 2 pass ataupun multiple pass maka nilai LMTD sebenarnya
akan didapatkan dengan mengalikannya dengan correction factor (F). Nilai F dapat
dicari dengan menentukan nilai temperature efficiency (P) dan heat capacity rate ratio
(R).
dan

2.3.5.

......(2.17)

Metode NTU Efektifitas untuk Menganalisa Perpindahan Panas Penukar

Panas
Metode NTU efektivitas merupakan metode yang berdasarkan atas efektifitas
penukar panas dalam memindahkan sejumlah panas tertentu. Metode NTU efektifitas
juga mempunyai beberapa keuntungan untuk menganalisa soal soal di mana harus
dibandingkan berbagai jenis penukar panas guna memilih jenis yang terbaik untuk
melaksanakan sesuatu tugas pemindahan panas tertentu. Efektifitas penukar panas
didefinisikan sebagai berikut [Holman, p. 498] :

Perpindahan panas sebenarnya dapat dihitung dari energi yang dilepaskan oleh
fluida panas atau energi yang diterima oleh fluida dingin.
Untuk penukar panas aliran searah :
..........(2.18)
Untuk penukar panas aliran lawan arah :
......(2.19)
sedangkan perpindahan panas maksimum dinyatakan sebagai :
.....(2.20)

Dimana :

m h = laju aliran massa fluida panas (kg/s)

mc =

laju aliran massa fluida dingin (kg/s)

c h = panas spesifik fluida panas (kJ/kg oC)


cc

panas spesifik fluida dingin (kJ/kg oC)

Th1 = temperatur fluida panas masuk penukar panas(oC)


Th2 = temperatur fluida panas keluar penukar panas (oC)
Tc1 = temperatur fluida dingin masuk penukar panas (oC)
Tc2 = temperatur fluida dingin keluar penukar panas (oC)
2.4. Aplikasi dari plate Heat Exchanger
Fungsi dari penukar kalor yang digunakan untuk melepas panas dari suatu
medium ke medium lain, maka aplikasi dari penukar kalor ini dapat dibedakan menjadi
3 bagian secara umum yaitu:
1. Untuk mendinginkan aliran proses
a. Untuk penyimpanan produk dari minyak bumi yaitu untuk mendinginkan dan
mengurangi pelepasan tekanan uap.
b. Kondensor Fractionator menyingkat overhead, bagian yang mungkin menjadi
produk dan bagian lain yang mungkin refluks yang dikembalikan ke kolom
untuk membantu efek pemisahan
c. Unit intercooler untuk menghilangkan reaksi panas diantara reaktor
d. Intercooler penghisap pada unit konsentrasi gas berfungsi untuk menyerap panas
dengan demikian meningkatkan efisiensi penyerap

2. Untuk memanaskan aliran proses


a. Reboilers Fractionator digunakan untuk menambah panas ke kolom
fraksinasi bahwa efek perpisahan.
b. Reaktor pemanas biaya yang digunakan untuk memanaskan muatan
hingga mencapai suhu reaksi.
3. Untuk bertukar panas antara aliran proses panas dan dingin
a. Pakan penukar yang digunakan untuk memanaskan muatan reaktor
dengan bertukar panas dengan reaktor efluen
b. Fractionator feed-dasar penukar yang digunakan untuk
memanaskan susu dengan pertukaran panas dengan bagian bawah

Gambar 2.12 : contoh gambar heat exchanger tipe plat

Anda mungkin juga menyukai