Disusun Oleh :
Muhammad Rama Anshorie
G99141164
Pembimbing :
DR. dr. Hj. Noer Rachma, Sp.KFR
I. ANAMNESA
A.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. M
Umur
: 56 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Supir
Alamat
Status
B.
Tanggal Periksa
: 8 Desember 2014
No RM
: 01281706
Keluhan Utama
Kedua tungkai kaki dan tangan tidak bisa digerakkan, Sesak napas.
C.
.
D.
: disangkal
Riwayat mondok
E.
F.
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
: (+)
Riwayat Operasi
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
G.
1. Keadaan Umum
Keadaan umum sakit sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi
: 90 x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi
: 24 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal
Suhu
: 36,70C per aksiler
3. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-),venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-),
ulkus decubitus (-)
4. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, hematoma (-),
oedem (-),rambut hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut.
5. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung
dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra
(-/-), sekret (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
R. maxilla goyang (-), diskontinuitas (-), bibir kering (-), sianosis
(-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-), stomatitis (-),
mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
9. Leher
Simetris, trakea di tengah, limfonodi tidak membesar, nyeri tekan
(-), benjolan (-)
10. Thoraks
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-).
c.
Paru
Inspeksi
: pengembangan dada kanan = kiri, gerakan
paradoksal (-)
Palpasi
: fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi
11. Abdomen.
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
12. Ekstremitas
Oedem
-
Akral dingin
NECK
ROM Pasif
0-700
0-400
0-600
0-600
0-900
0-900
Fleksi
Ekstensi
Lateral bending kanan
Lateral bending kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
ROM Pasif
Ektremitas Superior
Shoulder
ROM Aktif
0-700
0-400
0-600
0-600
0-900
0-900
ROM Aktif
Dekstra
Sinistra
Dekstra
Sinistra
Fleksi
0-180
0-180
Ektensi
0-30
0-30
Abduksi
0-150
0-150
Adduksi
0-75
0-75
Eksternal Rotasi
0-90
0-90
Elbow
Wrist
Finger
Internal Rotasi
0-90
0-90
Fleksi
0-135
0-100
Ekstensi
135-180
135-180
180
180
Pronasi
0-90
0-90
0-90
0-90
Supinasi
0-90
0-90
0-90
0-90
Fleksi
0-90
0-90
0-90
0-90
Ekstensi
0-70
0-70
0-70
0-70
Ulnar Deviasi
0-30
0-30
0-30
0-30
Radius deviasi
0-30
0-30
0-30
0-30
MCP I Fleksi
0-90
0-90
MCP
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
MCP I Ekstensi
0-90
0-90
II-IV
fleksi
ROM Pasif
Ektremitas Inferior
Hip
ROM Aktif
Dekstra
Sinistra
Dekstra
Sinistra
Fleksi
0-140
0-140
0-140
0-140
Ektensi
0-30
0-30
0-30
0-30
Abduksi
0-45
0-45
0-45
0-45
Adduksi
0-45
0-45
0-45
0-45
Eksorotasi
0-80
0-80
0-80
0-80
Endorotasi
0-80
0-80
0-80
0-80
Knee
Ankle
Fleksi
0-130
0-130
0-130
0-130
Ekstensi
130-0
130-0
130-0
130-0
Dorsofleksi
sde
0-20
sde
0-20
Plantarfleksi
sde
0-20
sde
0-20
Fleksor M. Strenocleidomastoideus
Ekstensor
Ekstremitas Superior
Shoulder
5
Dextra
Sinistra
M Deltoideus anterior
M Biseps
M Deltoideus anterior
M Teres mayor
M Deltoideus
M Biceps
M Lattissimus dorsi
M Pectoralis mayor
Internal
M Lattissimus dorsi
Rotasi
M Pectoralis mayor
Eksternal
M Teres mayor
Rotasi
M Infra supinatus
Fleksor
M Biceps
M Brachialis
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Elbow
Wrist
Ekstensor
M Triceps
Supinator
M Supinator
Pronator
M Pronator teres
Fleksor
M Fleksor carpi
radialis
Ekstensor
M Ekstensor
digitorum
Abduktor
M Ekstensor carpi
radialis
Adduktor
M ekstensor carpi
ulnaris
Finger
Fleksor
M Fleksor digitorum
Ekstensor
M Ekstensor
digitorum
Ekstremitas inferior
Hip
Knee
Ankle
Dextra
Sinistra
Fleksor
M Psoas mayor
Ekstensor
M Gluteus maksimus
Abduktor
M Gluteus medius
Adduktor
M Adduktor longus
Fleksor
Harmstring muscle
Ekstensor
Quadriceps femoris
Fleksor
M Tibialis
Ekstensor
M Soleus
B. Status Neurologi
Kesadaran
: GCS E4V5M6
1.
Fungsi
Luhur
: dalam batas normal
2.
Fungsi Vegetatif
: IV line
3.
Fungsi
Sensorik
: dalam batas normal
4.
Fungsi Motorik dan Reflek :
5.
Atas
Ka/ki
a. Lengan
- Pertumbuhan
n/n
- Tonus
n/n
- Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
+2/+2
Reflek Triseps
+2/+2
- Reflek Patologis
Reflek Hoffman
Reflek Tromner
b. Tungkai
- Pertumbuhan
- Tonus
- Klonus
Lutut
Kaki
- Reflek Fisiologis
Reflek Patella
Reflek Achilles
- Reflek Patologis
Reflek Babinsky
Reflek Chaddock
Reflek Oppenheim
Reflek Schaeffer
Reflek Rosolimo
Tengah
ka/ki
Bawah
ka/ki
n/n
n/n
n/n
n/n
-/-/-
Atas
Ka/ki
Tengah
ka/ki
Bawah
ka/ki
n/n
n/n
n/n
n/n
n/n
n/n
-/-/+2/+2
sde/sde
sde/ sde
sde/ sde
sde/ sde
sde/ sde
sde/sde
Nervus Cranialis
N. II, N.III
: RC (+/+), PI (3 mm/ 3mm)
N.III, N.IV, N.VI : dalam atas normal
N. VII
: dalam batas normal
N. XII
: dalam batas normal
C. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1.
2.
3.
4.
Pembicaraan : Normal
5.
: Normoaktif
cukup
Gangguan Persepsi
Halusinasi
: (-)
Ilusi
: (-)
Proses Pikir
Bentuk
: realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
: baik
Orientasi
: Orang
: baik
Waktu
: baik
Tempat
: baik
Daya Ingat
: Jangka panjang
: baik
Jangka pendek
: baik
Daya Nilai
Insight
: Baik
Satuan
10
Rujukan
Hb
Hct
AT
AL
AE
Na
K
chlorida
10,1
30
216
10,2
3,78
140
3,2
112
g/dl
103/l
103/l
106/l
mmol/
mmol/
L
mmol/
L
13.5-18.0
40-54
150-440
4,5-11
4,10-5,10
136-146
3,5-5,1
98-106
Foto Rontgen
Tidak terdapat foto rontgen pada pasien
IV. ASSESSMENT
Tetraplegia E.C Gullain-Barre Syndrome.
V. DAFTAR MASALAH
A. Problem Medis :
Tetraplegia, Sesak Napas
B. Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
: Keterbatasan gerak anggota gerak bawah kanan
dan kiri.
2. Terapi wicara : Tidak ada
3. Okupasi Terapi : Gangguan dalam aktivitas sehari hari terutama
4. Sosiomedik
11
motivasi
pada
pasien
agar
VII.
TUJUAN
1.
2.
memperburuk keadaan
Meminimalkan
impairment,
disability
dan
handicap
3.
4.
5.
VIII.
PROGNOSIS
12
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA
Sindroma Guillain Barre
PENDAHULUAN
Sindroma Guillain Barre (SGB) adalah penyakit langka dan parah.1 Sindroma
Guillain Barre mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan)
dan Barr (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916
yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan
medis. Penyakit ini menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya.2
Penyakit ini terjadi setelah prosedur infeksi akut. Sindroma Guillain Barre
mulanya mempengaruhi sistem saraf perifer. Biasanya penyakit ini adalah bentuk
kelumpuhan akut di daerah tubuh bagian bawah yang bergerak ke arah ekstremitas
atas dan wajah. Secara bertahap pasien kehilangan semua refleks lalu mengalami
kelumpuhan tubuh lengkap.
Sindroma Guillain Barre adalah suatu kelainan mengancam kehidupan
dan memerlukan perawatan yang tepat waktu dan perawatan suportif dengan
imunoglobulin intravena atau plasmaferesis. Sayangnya banyak orang kehilangan
nyawa mereka tanpa perawatan medis yang tepat dan cepat. Dysautonomia dan
komplikasi paru merupakan alasan dasar untuk komplikasi kematian fatal
lainnya.1
I.
EPIDEMIOLOGI
`Sepuluh
menemukan
kejadian
tahunan menjadi
angka
kejadian
antara 0,84
dan
dengan
14
70%
dari
kasus Sindroma
(AIDP) adalah
bentuk paling
umum di negara-negara barat dan berkontribusi 85% sampai 90% kasus. Kondisi
ini terjadi pada semua umur, meskipun jarang pada masa bayi. Usia termuda dan
tertua
dilaporkan
adalah
, masing-masing 2 bulan
dan 95 tahun.
Usia
ETIOLOGI
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti
penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit
yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara
lain: Infeksi; Vaksinasi; Pembedahan; Penyakit sistematik, seperti keganasan,
systemic lupus erythematosus, tiroiditis. penyakit Addison; serta kehamilan atau
dalam masa nifas
SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus SGB yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1
sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran
pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.5
Definite
CMV
EBV
Probable
HIV
Varicella- Zoster
15
Possible
Influenza
Measles
Vaccinia/Smallpox
Bakteri
Campylobacter
Typhoid
Jejeni
Mycoplasma
Pneumonia
Mumps
Rubella
Hepatitis
Coxsackie
Echo
Borreila B
Paratyphoid
Brucellosis
Chlamydia
Legionella
Listeria
PATOGENESA
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
16
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya,
yang paling sering adalah infeksi virus.5
17
Gambar 3 : Lokasi SGB yang menyerang sistem nervus perifer. ( Gambar dikutip
dari kepustakaan 6 )
Gambar 4 : Stadium pada kerusakan saraf perifer pada SGB (Gambar dikutip dari
kepustakaan 6 )
KLASIFIKASI
Sindroma Guillain Barre diklasifikasikan sebagai berikut:
19
hingga 65% dari pasien SGB merupakan jenis ini. Jenis ini lebih menonjol
pada kelompok anak-anak, dengan ciri khas degenerasi motor axon.
Klinisnya, ditandai dengan kelemahan yang berkembang cepat dan sering
dikaitkan dengan kegagalan pernapasan, meskipun pasien biasanya
memiliki prognosis yang baik. Sepertiga dari pasien dengan AMAN dapat
hiperrefleks,
tetapi
mekanisme
belum
jelas.
Disfungsi
sistem
20
onset
berhubungan
dengan
intoleransi
ortostatik,
serta
disfungsi
pencernaan.
6. Ensefalitis Batang Otak Bickerstaffs (BBE)
Tipe ini adalah varian lebih lanjut dari SGB. Hal ini ditandai
dengan
onset
akut
oftalmoplegia,
ataksia,
gangguan
kesadaran,
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan simetris
secara natural. Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan sebelum
tungkai atas. Otot-otot proksimal mungkin terlibat lebih awal daripada yang lebih
distal. Tubuh, bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga. Kelemahan otot
pernapasan dengan sesak napas mungkin ditemukan, berkembang secara akut dan
berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Keparahan dapat berkisar dari
kelemahan ringan sampai tetraplegia dengan kegagalan ventilasi.7
2.
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan SGB. Saraf
kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin
termasuk sebagai berikut; wajah droop (bisa menampakkan palsy Bell), Diplopias,
Dysarthria, Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan pada pupil.
Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dan
tungkai yang terkena. Varian Miller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtipe
ini dimulai dengan defisit saraf kranial.7
3. Perubahan Sensorik
21
tidak
melebar
keluar
pergelangan
tangan
atau
pergelangan
kaki. Kehilangan getaran, proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal dapat hadir.
4. Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan SGB, 89% pasien
melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa waktu selama
perjalanannya.
Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung, pantat, dan paha
dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini sering
digambarkan sebagai sakit atau berdenyut.
Gejala dysesthetic diamati ada dalam sekitar 50% dari pasien selama
perjalanan penyakit mereka. Dysesthesias sering digambarkan sebagai rasa
terbakar, kesemutan, atau sensasi shocklike dan sering lebih umum di ekstremitas
bawah daripada di ekstremitas atas. Dysesthesias dapat bertahan tanpa batas
waktu pada 5-10%pasien. Sindrom nyeri lainnya yang biasa dialami oleh sebagian
pasien dengan SGB adalah sebagai berikut; Myalgic, nyeri visceral, dan rasa sakit
yang terkait dengan kondisi imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus
dekubitus).7
5. Perubahan otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis
dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom
dapat mencakup sebagai berikut; Takikardia, Bradikardia, Facial flushing,
Hipertensi paroksimal, Hipotensi ortostatik, Anhidrosis dan / atau diaphoresis
Retensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung dan
dismotilitas usus dapat ditemukan. Disautonomia lebih sering pada pasien dengan
kelemahan dan kegagalan pernafasan yang parah.7
22
6. Pernapasan
Empat puluh persen pasien SGB cenderung memiliki kelemahan
pernafasan atau orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah
sebagai berikut; Dispnea saat aktivitas, Sesak napas, Kesulitan menelan, Bicara
cadel
Kegagalan ventilasi yang memerlukan dukungan pernapasan biasa terjadi
pada hingga sepertiga dari pasien di beberapa waktu selama perjalanan penyakit
mereka.7
Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:
Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi
peningkatan pada LP serial; jumlah sel CSS < 10 MN/mm3;Varian ( tidak ada
peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala dan Jumlah sel CSS: 11-50
MN/mm3 ).
Gambaran
elektrodiagnostik
yang
mendukung
diagnose
adalah
perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan
hantar kurang 60% dari normal.5
VI.
DIAGNOSA BANDING
Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria
diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus
dibedakan
dengan keadaan lain, seperti Mielitis akuta, Poliomyelitis anterior akuta,
Porphyria intermitten akuta, dan Polineuropati post difteri.5
VII.
TERAPI
23
Obat sitotoksik
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Evil Science. 2008 [11/10/2010]. Available from :
http://www.guillainbarresyndrome.net
2. Erasmus MC. Gullain-Barre Syndrome. Professor Marianne de vissers,
Editor. University Medical Center Rotterdam. Netherlands; 2004
3. Evidence Center. 2011 [14/04/2011]. Available from:
http://bestprice.bmj.com/bestpractice/monograph/176/basics/epidemiology.html
25
26