Anda di halaman 1dari 30

KONJUNGTIVITIS KRONIK

KONJUNGTIVITIS ALERGI
Adalah radang konjungtiva yang di sebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan alergen
(debu, tepung sari, obat, dll)
Beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi :
1. Konjungtivitis vernal
2. Konjungtivitis flikten
3. Konjungtivitis atopi
4. Sindrom stevens johnson

1. KONJUNGTIVITIS VERNAL
Definisi
- Adalah peradangan konjungtiva bilateral dan rekuren
yang khas.
- Merupakan suatu alergi. (reaksi hipersensitivitas tipe
1)
- terdapat pada musim panas pada negeri 4 musim,
dan sepanjang tahun di negri yg briklim tropis
Epidemiologi
- anak-anak dan dewasa muda (6-20th)
- Laki-laki > perempuan

BENTUK
a. Bentuk palpebra
- mengenai konjungtiva tarsal superior
- terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobble
stone)
- diliputi sekret yang mukoid
- secara klinik cobble stone tampak sbg tonjolan
bersegi banyak dg permukaan yang rata serta
terdapat kapiler ditengahnya
b. Bentuk limbus
- mengenai daerah limbus yang berupa penonjolan
berwarna abu-abu, seperti lilin

Secara histo : penonjolan ini merupakan suatu hiperplasi dan hialinasi


jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan sebuakn sel limfosit,
plasma dan eosinofil

PENATALAKSANAAN
Sembuh sendiri tanpa diobati
Steroid topikal dan sistemik
Kompres dingin
Natrium propianat, natrium karbonat, obat
vasokonstriktor
Pembedahan kecil : eksisi
Kelainan kornea n konjungtiva -> natrium cromolyn
topikal

2. KONJUNGTIVITIS FLIKTEN
Adalah peradanagan konjungtiva akiabat reaksi
alergi yang dapat terjadi bilateral maupun unilateral
Biasanya terjadi pada anak-anak dan terkadang
orang dewasa
Merupakan manifestasi alergi endogen
Penyebab : protein bakteri TB, antigen bakteri
stafilococcus sp. Dan bakteri lain
Dapat ditemukan pada kandidiasis, askariasis,
helmintiasis
Biasanya penderita memiliki gizi buruk

GAMABARAN KLINIK
Iritasi dan hiperlakrimasi
Fotobia apabila kornea ikut terlibat inflmasi
Tampak sbg tonjolan bulat, kuning/kelabu,
jumlahnya 1 atau lebih, disekelilingnya terdapat
pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemi)
PENATALAKSANAAN
steroid
Usahakan mencari sumber infeksi, dan penyebab
alergi di bagian tubuh lainnya

3. KONJUNGTIVITIS ATOPI
Adalah peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan
pada orang yang memiliki stigmata atopi seperti
dermatitis atopi, dan asma bronkial.
Atopi : keadaan dimana individu memberikan respons
imunologik yang merugikan terhadap dirinya bila
berkontak dengan bahan atau zat yg biasanya tdk
berbahaya pada kebanyakan orang.
Memiliki riwayat alergi dlm keluarganya
Reaksi alergi jarang bersifat anafilaktik dan biasanya
terjadi segera setelahberkontak dg alergen
Alergen dapat melalui jalan pernafasan, makanan
Alergen tsb dpt berupa debu, jamur, bulu, kulit binatang/
makanan, dll

GAMBARAN KLINIK
Mata perih, fotofobia
Kulit kelopak kering (gejala khas)dan deskuamasi
(menglupas, bersisik)
Tampak edema konjungtiva
Papil yg halus didaerah tarsus bawah disertai sekret
mukoid
Pem. Histopatologi : ditemukan sel eosinofil pada
kerokan papil

PENATALAKSANAAN
Pemberian steroid topikal
Memelihara kebersihan kelopak mata secara teratur.
PENYULIT :
Apabial mengenai kornea (keratokonjungtivitis atopi)
dapat terjadi parut yg akan mengganggu penglihatan

4. SINDROM STEVEN JOHNSON


Adalah suatu penyakit eritema multiform yg berat
Ditemukan pada usia sekitar 35 th
Penyebab : reaksi alergi pada org yg memiliki
predisposisi alergi terhadap obat-obatan sulfonamid,
barbiturat, salisilat.
Ada yang beranggapan, penyakit ini idiopatik dan
sering ditemukan sesudah infeksi herpes simpleks

GAMBARAN KLINIK
Terdapat lesi pada kulit
dan mukosa
Kelainan pd kulit berupa
lesi eritema yg timbul
mendadak dan tersebar
secara simetris
Kelainan pd mukosa dpt
berupa konjungtivitis
pseudomembran
Mata merah dan Demam

Kelemahan umum dan


sakit pada sendi

Gejala penyerta :
vesikel pada kulit, bula
dan stromatitis
ulseratif
Pada mata :
vaskularisasi kornea,
parut konjungtiva,
konjungtiva kering,
simblefaron, tukak dan
perforasi kornea
Keadaan lanjut dpat
menurunkan daya
penglihtan

ERITEMA PADA KULIT (SIMETRIS)

Simblefaron
: adhesi
antara
konjungtiva
palpebra
dan
konjungtiva
bulb

Pembentukan
pesudomembran
pd konjungtiva
- Terbentuk krn
adanya koagulasi
eksudat fibrinosa
pd permukaan
konjungtiva

PENATALAKSANAAN
Simtomatik
Kortokosteroid sistemik
Infus cairan antibiotik

Pengobatan lokal pd
mata :
Pembersihan sekret yg
timbul
Midriatika
Steroid topikal (hati2
terhadap infeksi herpes
simpleks
Mencegah simblefaron

TRAKOMA
Adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik
yg disebabkan oleh Chlamydia trachomatis
Lbh banyak terkena pada dewasa muda dan anak anak
Ditemukan pada penduduk asli autralia, indian
amerika dan daerang dg higiene yg kurang
Cara penularan :
kontak langsung dg sekret penderita trakoma,
melalui alat2 kebutuhan stiap hari (handuk, baju,
alat2 kecantikan, dll)
Masa inkubasi 5-14 hari

PERBEDAAN FOLIKEL TRAKOMA DAN


NON TRAKOMA
Folikel Trakoma
mudah pecah
kalau pecah timbul
sikatrik
terutama di dapat di
konjungtiva forniks
superior
sama besar seperti
butiran sagu

Folikel Non Trakoma


tak mudah pecah
tak menimbulkan
sikatrik
terutama di konjungtiva
fornik inferior
tidak sama besar

DIAGNOSIS
Pem. Histopatologi dg kerokan konjungtivitis
Terlihat reaksi sel-sel polimormonuklear
Terdapat sel plasma, sel leber, dan sel folikel
(limfoblas)
Terdapat badan inklusi Halber Statter-Prowazeck di
dalam sel epitel konjungtiva yg bersifat basofil
berupa granul.
Bisanya berbentuk cungkup seakan-akan
menggenggam nukleus
Terkadang ditemukan lebih dari 1 badan inklusi
dalam 1 sel

Gejala Klinik
Terdapat 2 dari 4 gejala yang khas:
1 . Adanya prefolikel di konjungtiva tarsalis superior
2. Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3
bagian atas
3. Panus aktif si 1/3 atas limbus kornea
4. Sikatrik berupa garis-garis atau bitang di konjungtiva palpebra
atau fornik superior, herbets peripheral pits di 1/3 bagian atas
Tes serologik dengan:
1 . Tes fiksasi komplemen, untuk menunjukan adanya antibodi
terhadap trakoma, dengan menggunakan antigen yang murni.
2. Tes mikro imuno-fluoresen, untuk menetukan anticlamidial yang
spesifik.

KELUHAN
Menyerupai konjungtivitis bakteri
Fotofobia
Gatal
Berair
Eksudasi
Edema palpebra
Kemosis konjungtiva bulbaris
Hipertrofi papil

4 STADIUM MENURUT KLASIFIKASI


MAC CALLAN
1 . Stadium insipien
o Hipertrofi papil dg folikel yg kecil2 pd konjungtiva tarsus
superior (memperlihatkan penebalan dan kongesti pd
pembuluh darah konjungtiva)
o Sekret yg sedikit dan jernih bila tdk ad infeksi sekunder
o Terkadang dapat ditemukan neurovaskularisasi dan keratitis
epitelialringan pd kornea
2. Stadium established
terdapat hipertrofi papiler dan folikel yang matang
(besar) pada konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini
ditemukan pannus trakoma yang jelas. Terdapat hipertrofi papil
yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran folikel
pada konjungtiva superior. Pannus adalah pembuluh darah yang
terletak di daerah limbus atas dengan infiltrat.

3. Stadium parut
terdapat parut pada konjungtiva tarsus superior yang
terlihat sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo
palpebra. Parut folikel pada limbus kornea disebut cekungan
Herbert. Gambaran papil mulai berkurang.
4. Stdium sembuh
suatu pembentukan parut yang sempurna pada
konjungtiva tarsus superior hingga menyebabkan entropion dan
trikiasis.

PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mendapatkan
konjungtiva dalam keadaan licin dengan jaringan sikatrik yang
minimal. Hal ini bisa dicapai bila pengobatan sedini mungkin.
Pada pengobatan trakoma dibedakan menjadi :
Pengobatan perorangan, yang dianjurkan berupa pemberian:
1 . Pemakaian antibiotik tetrasiklin, aureomycin, achromycin
berupa salep mata dengan konsentrasi 1% dapakai 3 -4kali
sehari, diulaskan pada konjungtiva forniks inferior, sedikitnya
selama 2bulan.
2. Sulfonamide, yang dapat diberikan lokal maupun sistemik
dengan dosis 40-50mg/ kgBB yang diberikan selama seminggu,
yang dihentkan seminggu kemudian diberikan lagi seminggu
sampai 2bulan.

Pengobatan masal, prinsip pengobatan masal mencangkup:


1 . Pencarian kasus dan mengobatinya
2. Pendidikan kesehatan pada masyarakat
3. Merusak agen-agen vektor dan mengerjakan tindakan tindakan sanitasi, sehingga lalat yang dapat menyebarkuaskan
penyakit dapat diberantas

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai