Anda di halaman 1dari 19

TUGAS GEOLOGI TEKNIK

Bendungan Jatigede

Nama : Rizky Adhim P.


NIM : 07212189

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Jumlah bendungan besar yang ada di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 284 bendungan.
Bendunganbendungan tersebut memenuhi kriteria dalam PP No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan,
yang diadopsi dari kriteria Komite Nasional Indonesia-Bendungan Besar (KNI-BB) atau Indonesian
National Large Dams (INACOLD). Secara teori, bendungan adalah bangunan yang berupa tanah, batu,
beton atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga
dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur. Umumnya bendungan dilengkapi dengan
bangunan pelimpah (spillway), pintu air, dan bangunan lainnya untuk operasional dan keamanan seperti
yang dirinci sebagai berikut;
1. Badan bendungan yang berfungsi sebagai penghalang atau penahan air.
2. Pondasi yang berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan.
3. Pintu air yang berfungsi untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik yang
terbuka maupun tertutup.
4. Bangunan pelimpah yang berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam waduk agar
tidak membahayakan keamanan bendungan.
5. Kanal yang berfungsi menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.
6. Reservoir yang berfungsi untuk menampung/menerima limpahan air dari bendungan.
Berdasarkan penggunaannya, bendungan dibagi menjadi tiga jenis yaitu bendungan yang
dibangun untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat dipakai pada
waktu diperlukan,bendungan penangkap atau pembelok airbendungan yang dibangun agar
permukaan airnya lebih tinggi sehingga dapat mengalir masuk ke dalam saluran air atau terowongan air,
serta bendungan yang dibangun untuk memperlambat aliran air sehingga dapat mencegah terjadinya
banjir besar. Sedangkan menurut fungsinya terdapat bendungan limbah industri yang terdiri atas

timbunan secara bertahap untuk menahan limbah yang berasal dari industri, bendungan pertambangan
yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan hasil galian pertambangan dan bahan
pembuatnya pun berasal dari hasil galian pertambangan, bendungan kering yang didisain untuk
mengontrol banjir, bendungan pengecekbendungan kecil yang didesain untuk mengurangi dan
mengontrol arus erosi tanah.
Manfaat bendungan itu terbagi menjadi dua, yaitu single purpose dam atau multi purpose dam
dan multi purpose dam. Single purpose dam berarti bendungan yang dibuat hanya untuk satu tujuan
khusus seperti penyediaan air untuk irigasi dan untuk pengendalian banjir. Sedangkan, multi purpose
dam seperti Bendungan Jatigede didesain untuk berbagai keperluan, seperti irigasi, air baku atau air
minum dan juga untuk pembangkit listrik serta pengembangan lokasi kawasan wisata. Khusus untuk
penyediaan air irigasi dan pengendalian banjir, harus diingat bahwa Indonesia merupakan negara tropis
dan memiliki curah hujan yang relatif besar. Namun, tidak merata. Sepanjang tahun, sekitar 80% air
yang tersedia ketika musim hujan yang berlangsung relatif pendek, sekitar lima bulan, maka sebaliknya
hanya 20% yang tersedia ketika musim kemarau yang relatif lebih lama yakni tujuh bulan. Terbayang jika
air yang banyak itu tidak dibendung terlebih dahulu, berapa banyak volume air yang hanya akan
mengalir melewati begitu saja padahal kita masih bisa memanfaatkan potensinya untuk keperluan
sehari-hari dan sebagai cadangan sumber energi di musim kemarau. Oleh karena itu peran bendungan
untuk masyarakat ialah untuk penyediaan air irigasi yang sangat vital bagi masyarakat, terutama pada
saat musim tanam kedua dan seterusnya. Bendungan juga merupakan pengendali banjir yang efektif,
serta penyedia air baku untuk rumah tangga, perkotaan dan juga industri. Manfaat-manfaat tersebut
merupakan manfaat langsung yang dapat diterima masyarakat. Tersedianya air untuk irigasi yang
merupakan faktor penentu dalam produksi beras sehingga kebutuhan pangan yang dapat terpenuhi.

BAB II
PEMBAHASAN

Dalam pembangunan bendungan terdapat banyak aspek yang diperhitungkan, seperti teknis,
sosial, lingkungan dan ekonomi. Seluruh aspek tersebut harus bisa terpenuhi dalam membangun sebuah
bendungan yang aman dan dapat berfungsi sesuai rencana. Permasalahan sosial dapat dikatakan
sebagai penghambat dalam pembangunan bendungan, terlebih lagi di setiap daerah mempunyai
ketersediaan air yang berbeda, sehingga sering menimbulkan konflik dalam masyarakat.
Namun, dalam pembangunan bendungan, ada berbagai kendala yang muncul seperti biaya yang
tidak sedikit dan membutuhkan lahan yang cukup luas. Ini merupakan masalah yang klise karena setiap
kali ingin melakukan pembangunan prasarana infrastruktur terdapat masalah pembebasan lahan
ditambah lagi masalah sosial seperti bagaimana memindahkan penduduk sekitar karena selain
penduduk kita juga harus memindahkan situs-situs budaya yang ada di wilayah tersebut. Pembangunan
bendungan membutuhkan rencana pelaksanaan yang cukup lama karena dimensinya luas.
Di dalam PP No. 37 tahun 2010 tentang Bendungan, dalam membangun bendungan terlebih
dahulu dilakukan konsultasi publik sehingga masyarakat dapat memahami apa fungsi dari bendungan
dan apa latar belakang dari pembangunan bendungan tersebut, dan ini sangat berguna untuk
menghindari konflik yang sering kali terjadi ketika pembangunan bendungan dimulai.
Bendungan merupakan prasarana dalam mendukung untuk kecukupan pangan, energi dan air.
Pemanfaatan air untuk tiga hal tersebut merupakan faktor penentu peningkatan pembangunan
nasional. Sesuai rencana, bendungan Jatigede diharapkan dapat menjadi sumber irigsi sekitar 90.000 Ha
sawah di Indramayu misalnya. Menurut data yang dilansir dari internet bahwa sejak tahun 1900-an
sudah ada upaya pembangunan bendungan tapi tidak yang besar hanya yang kecil saja dan bukan multi
purpose, dan sekitar tahun 50-an karena pertumbuhan penduduk sudah banyak maka dibangun yang
besar seperti Jatiluhur. Kemudian, dibangunlah waduk-waduk yang signifikan dan sekitar tahun 2000-an
dibuatlah Jatigede di sekitar Sumedang. Waduk Jatiluhur untuk mengairi areal sekitar 220 ribu ha dan
Waduk Jatigede 90 ribu ha, sehingga jaminan airnya cukup signifikan, terutama untuk program

ketahanan pangan. Berlokasi di kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, bendungan jenis
urugan batu (rockfill) iniakan memiliki tinggi 110 meter dan kapasitas tampung sampai dengan 980 juta
m3. Lahan yang dibutuhkan seluas 4891.13 ha yang meliputi lima kecamatan atau 26 desa. Bendungan
Jatigede direncanakan memiliki fungsi untuk mengairi areal irigasi seluas 90.000 Ha, menyediakan air
bersih bagi Kabupaten Cirebon,Indramayu dan kawasan sekitarnya dengan kapasitas 3.500 liter/detik,
mengendalikan banjir untuk luasan 14.000 Ha, serta menyuplai air untuk PLTA yang mampu
menghasilkan listrik sebesar 690 GWH per tahun dengan kapasitas terpasang 110 MW. Pihakpihak yang
terlibat dalam proyek ini adalah :
Employer

: Menteri PU

Employer Representative

: SNVT Waduk Jatigede

Supervision Consultant

: Konsultan Nasional (PT. Indra Karya, PT. Mettana, PT. Tata Guna Patria,
PT. Wiratman, PT. Indah Karya)

DED Consultant

: SWHI (dari China)

Contractor

: Kontraktor nasional yang tergabung di dalam Consortium of


Indonesian Contractor (CIC) yang beranggotakan PT. Waskita Karya, PT.
Wijaya Karya, PT. Pembangunan Perumahan. Selain itu, terdapat juga
Kontraktor dari China yaitu Sinohydro.

Tujuan pembangunan bendungan Jatigede diutamakan untuk meningkatkan produksi padi


dengan memanfaatkan semaksimum mungkin jaringan irigasi yang telah ada (sistem jaringan irigasi
rentang). Irigasi merupakan primary benefit sehingga perhitungan volume waduk didasarkan kepada
kebutuhan air irigasi. Tenaga listrik merupakan secondary benefit sehingga pelepasan debit air dari
waduk didasarkan pada kebutuhan air untuk irigasi. Gagasan pembangunan bendungan Jatigede
sebenarnya sudah diajukan pertama kali pada tahun 1963. Detail desain bendungan disiapkan 23 tahun
kemudian yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan beberapa study dan detail design. Baru pada tahun
2004 direview kembali hingga akhirnya saat ini pembangunan fisik sudah dilaksanakan. Naik turunnya
kepastian dana pembangunan dan berlarut-larutnya pembebasan lahan membuat proyek ini terhitung
menghabiskan waktu yang sangat lama padahal manfaatnya cukup besar dan menguntungkan. Hingga
akhir Tahun Anggaran 2011, progres fisik konstruksi Bendungan Jatigede mencapai 82.76% mengacu
pada nilai kontrak awal sebesar 411.6 juta USD dan tentu meningkat dari tahun ke tahun ini. Estimasi

pembangunan waduk Jatigede memiliki masa konstruksi yaitu dari 15 November 2007 hingga 30
November 2013. Untuk beberapa penundaan kasus pembebasan lahan di pengadilan dan ketidakpastian
dana pembangunan menyebabkan penyelesaian proyek ini sedikit mundur. Waduk Jatigede merupakan
waduk yang membendung Sungai Cimanuk. Sungai Cimanuk memiliki fluktuasi debit dengan rentang
yang sangat besar yaitu memiliki Qmax = 1004 m3/detik sedangkan Qmin = 4 m3/detik sehingga
memiliki rasio sebesar 251. Debit tersebut merupakan hasil pengukuran dari Bendung Rentang. Potensi
air di Sungai Cimanuk rata-rata sebesar 4,3 milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan hanya 28%
saja dan sisanya mengalir saja ke laut tanpa dimanfaatkan karena belum adanya waduk.Sistem Irigasi
Rentang sendiri memiliki luas 90000 Ha yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari Sungai
Cimanuk (river runoff) sehingga pada musim kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang
mengakibatkan kekeringan. Hal ini juga menyebabkan krisis ketersediaan air baku untuk keperluan
domestik, perkotaan, dan industri di wilayah hilir Sungai Cimanuk yaitu di sepanjang Pantura CIAYU.
Oleh karena itu, pembangunan waduk Jatigede perlu segera direalisasikan untuk mengatasi krisis air
tersebut, baik untuk menjamin ketersediaan air Irigasi Rentang dan wilayah Pantura CIAYU. Bendungan
Jatigede memiliki panjang sekitar 1.8 km dengan daerah tapak proyek secara umum mempunyai
struktur geologi tektonik yang intensif dan kompleks. Adanya struktur yang kompleks ini menyebabkan
daerah tapak proyek menjadi rawan terhadap gerakan tanah atau longsoran. Oleh karena itu, struktur
bendungan yang dipilih adalah jenis rockfill dam dimana infrastruktur yang disusun oleh batu-batuan
kuat namun cukup fleksibel untuk menghadapi erosi dan sedimentasi tanah mengingat laju erosi &
sedimentasi di daerah aliran sungai (DAS) Hulu Waduk Jatigede termasuk tinggi. Sayangnya beberapa
penelitian menghasilkan kepastian bahwa keadaan DAS hulu Waduk Jatigede menjadi semakin kritis,
sehingga apabila tidak diambil tindakan penanggulangan, maka diprakirakan umur manfaat Waduk
Jatigede hanya 24 41 tahun saja. Dengan struktur rockfill dam, Bapak Herman sebagai salah satu
supervision consultant mengatakan bahwa bendungan Jatigede memiliki desain yang cukup kuat untuk
50 tahun ke depan.
Terdapat lima bagian bangunan utama dalam proyek bendungan Jatigede yang multipurpose ini,
diantaranya main dam, terowongan pengelak atau diversion tunnel, bangunan pelimpah atau spillway,
intake irigasi, dan power water way yang menghubungkan aliran air menuju turbin pengubah energi air
menjadi energy gerak untuk kemudian ditransformasikan menjadi energi listrik. Berdasarkan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK), pekerjaan fisik dimulai pada tanggal 15 Nopember 2007 dengan masa
kontrak selama 65 bulan. Kegiatan pembangunan fisik waduk yang telah dilakukan sampai saat ini
adalah dapat dirinci sebagai berikut pembangunan infrastruktur resettlement Jatigede di 12 lokasi,

pembangunan Base Camp, pembagunan access road Tolengas Jatigede, pembangunan terowongan
pengelak, pembuatan spillway, dan kini sedang fokus pada pembuatan power water wayterowongan
yang menghubungan dengan PLTA yang berasal dari PLN Sumatera yang letaknya sekitar 4 meter dari
lokasi bendungan karena pertimbangan elevasi yang berbeda. Seperti yang telah dirinci sebelumnya
bahwa bendungan Jatigede ini akan bekerja sama dengan PLN. Untuk menghasilkan listrik dengan
kapasitas 110 Mega Watt bukanlah jumlah energi yang sedikit, oleh karenanya dibutuhkan energi
potensial air yang besar sehingga elevasi atau ketinggian dari permukaan air laut haruslah tinggi.
Walaupun energi air yang dihasilkan sangat besar, namun aliran air yang dialirkan menuju ke
anak sungai haruslah seperti aliran laminer biasa agar tidak mengikis permukaan tanah dekat
pemukiman masyarakat sehingga dibutuhkan proses groutinguntuk menghambat laju air sehingga
aliran air semakan panjang, karena aliran semakin panjang maka air akan mengalami kehilangan energi.
Proses pekerjaan grouting telah dilakukan oleh para pekerja konstruksi dibantu dengan berbagai alat.
Pekerjaan grouting merupakan pekerjaan memasukan bahan yang masih dalam keadaan cair untuk
perbaikan tanah, dengan cara tekanan, sehingga bahan tersebut akan mengisi semua retak-retak dan
lubang-lubang, kemudian setelah beberapa saat bahan tersebut akan mengeras, dan menjadi satu
kesatuan dengan tanah yang ada. Beberapa bahan yang dimasukkan ke dalam tanah untuk pekerjaan
grouting :
1. Campuran semen dan air
2. Campuran semen, abu batu dan air
3. Campuran semen, clay dan air
4. Campuran semen,clay, pasir dan air
5. Asphalt
6. Campuran clay dan air
7. Campuran bahan kimia
Dalam konstruksi bendungan besar, proses grouting dinilai penting, tujuannya adalah untuk
memperkuat formasi dari lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan tanah tersebut menjadi padat,
sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan yang direncanakan. Tanah selalu mempunyai
lubang, retak, dan celahcelah, maka rongga ini harus diisi dengan bahan pengisi yang kuat, sehingga

lapisan tanah dibawah rencana bangunan akan menjadi bagian dari pondasi yang kuat. Selain itu, proses
grouting pada bendungan bertujuan untuk menahan aliran air agar air tidak mengalir melalui bawah
bangunan bendungan. Air yang mengalir di bawah bendungan secara bertahun-tahun akan membawa
paartikel tanah yang akan mengakibatkan terjadinya rongga-rongga di bawah bangunan. Hal tersebut
dapat membahayakan kestabilan bendungan. Dalam proses pembangunan bendungan yang tentu saja
di area basah, grouting adalah vital mengingat kita tidak bisa bekerja di lingkungan berisi air. Air sungai
yang telah diubah jalurnya sementara mempunyai kemungkinan untuk menembus rongga-rongga dalam
tanah, sehingga grouting membantu memperkecil peluang air untuk melewati batas konstruksi
bendungan. Bendungan Jatigede merupakan salah satu bendungan terbesar di Asia dengan luas daerah
aliran sungai 1.460 km2, memiliki volume aliran permukaan sebesar 2,5 milyar m3 per tahun (BBWS
2009). Data-data teknis mengenai Bendungan Jatigede adalah sebagai berikut :
HIDROLOGI
Luas DAS

: 1462 km2

Volume aliran air tahunan

: 2.5 x 109 m3

WADUK
Muka Air (MA) banjir max

: El. +262,0 m

MA Operasi max (FSL)

: El. +260,0 m

MA Operasi min (MOL)

: El. +230,0 m

Luas permukaan waduk (El. 262 m)

: 41,22 km2

Volume gross (El. +260 m)

: 980 x 106 m3

Volume efektif (antara El.+221 dan El +260)

: 877 x 106 m3

BENDUNGAN
Tipe

: Urugan batu, inti tegak

Elevasi mercu bendungan

: El. +265,0 m

Panjang bendungan

: 1.715 m

Lebar mercu bendungan

: 12 mTinggi bendungan max : 110 m

Volume timbunan

: 6,7 x 106 m3

SPILLWAY
Lokasi

: di tengah tubuh bendungan

Tipe

: Gated spillway with chute way

Crest

: Lebar 50m, El. + 247,0 m

Dimensi radial gates

: 4 bh (W=15,5 m ; H=14,5 m)

Qoutflow

: 4.442 m3/dt (PMF=11.000 m3/dt)

INTAKE IRIGASI
Lokasi

: Di bawah spillway

Irrigation Inlet Appron : El. +204,0 m dirubah menjadi + 221,0 m


Tipe

: Reinforced concrete conduit

Dimensi conduit

: D = 4,5 m; L = 400 m

TEROWONGAN PENGELAK
Lokasi

: under the spillway

Inlet level

: El. +164,0 m.

Tipe

: Circular lined reinforced concrete

Debit rencana (Q100)

: 3.200 m3/dt

Dimensi terowongan

: D = 10 m ; L = 556 m PLTA

Lokasi

: Right abutment

Power inlet apron

: El. +221,0 m

Headrace tunnel

: D = 4,5 m ; L = 3.095 m

Design head

: 170 m

Tipe turbin

: Francis.

Kapasitas terpasang

: 2 x 55 MW = 110 MW

Produksi rata-rata

: 690 GWH/tahun dengan debit rata-rata 73 m3/detik

Bagian penting utama setelah main dam adalah diversion tunnel. Terowongan yang paling sulit
dibuat ini memiliki panjang kurang lebih 546 m, diameter 10 m dan kemiringan 1.33%. Metode
pembuatan dilakukan dengan metode pegunungan yakni dengan cara pengeboran dan blasting, tentu
saja menggunakan bahan peledak. Sisa zat kimia dari peledakan harus segera diamankan agar tidak ada
sembarang orang yang berusaha menyalahgunakan potensinya. Penentuan blasting karena keadaan
geologi batuan sangat keras namun cukup fleksibel untuk dibentuk sehingga dibutuhkan penguat
dinding terowongan dengan menggunakan beton semprot, batu-batuan dan penyangga profil baja.
Penerapan teknologi terowongan di Indonesia masih sangat jarang apalagi di bidang
transportasi darat. Di bidang keairanpun, penerapan teknologi terowongan sebagai bangunan
pendukung misalnya pada pembangunan bendungan juga jarang dapat ditemui. Namun demikian,
dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas Tenaga Ahli Indonesia di bidang terowongan,
meningkatnya potensi masalah sosial berkaitan dengan pembebasan lahan, meningkatnya kesadaran
tentang lingkungan hidup dan meningkatnya perekonomian Indonesia maka sudah saatnya untuk
meningkatkan potensi penerapan teknologi terowongan baik untuk bangunan keairan maupun untuk
transportasi darat. Bendungan Jatigede yang sedang dibangun saat ini, menerapkan teknologi
terowongan sebagai saluran pengelak dan saluran untuk PLTA. Meski sering kali menemui kendala
dalam pelaksanaanya, terowongan pengelak bendungan Jatigede direncanakan, diawasi dan
dilaksanakan oleh Tenaga Ahli dan Tenaga Kerja Indonesia. Terowongan sebagai saluran pengelak
bendungan Jatigede direncanakan agar mampu mengalirkan debit inflow periode ulang 100 tahunan
sebesar 3.200 m3/detik dengan kapasitas pengaliran sebesar 1.882 m3/det dan mempunyai bentuk

bulat, berdiameter 10 meter dengan panjang terowongan sekitar 546 m. Lokasi terowongan sebagai
saluran pengelak berada dalam batuan breksi lapuk dan memotong patahan di beberapa tempat.
Berdasarkan data teknis, terowongan sebagai saluran untuk PLTA mempunyai bentuk bulat berdiameter
4,5 meter untuk mengalirkan debit rencana sebesar 61.84 m3/det untuk membangkitkan daya listrik
sebesar 110 MW. Panjang total terowongan ini mulai pintu intake sampai power house adalah sekitar
3.000 meter namun hingga akhir tahun ini, panjang terowongan yang akan diselesaikan hanya 120
meter di bagian hulu yang menembus batuan breksi lapuk dan claystone. Kondisi topografi, geologi,
metoda dan pelaksanaan perkuatan lereng galian terbuka, jenis portal, metoda dan pelaksanaan
penggalian underground, jenis pendukung, model perancah dan bekesting, jenis lining, proses
pengecoran beton, metoda dan pelaksanaan perbaikan batuan disekitar terowongan, kendala-kendala
lapangan, penerapan K3 dan modifikasi desain untuk kedua terowongan tersebut akan diuraikan disini
sebagai bahan untuk didiskusikan dan dikaji bersama. Tubuh bendungan direncanakan berupa urugan
batu berzona dengan inti kedap air tegak dilengkapi dengan filter sebagai drainase dan rip-rap di hulu
dan hilirnya. Bendungan Jatigede akan membentuk waduk dengan total volume tampungan 1,1 Milyar
m3 dengan tinggi maksimum 110 meter dari dasar sungai Cimanuk, panjang puncak 1.715 meter dan
total volume timbunan sebesar 6,7 Juta m3 . Terowongan telah dipilih sebagai saluran pengelak untuk
mengalirkan air sungai Cimanuk dari bagian hulu tubuh bendungan menuju bagian hilir agar penggalian
dan penimbunan untuk tubuh bendungan dapat dilakukan. Terowongan juga telah dipilih sebagai
saluran PLTA untuk membangkitkan tenaga listrik sebesar 110 MW. Desain terowongan bendungan
Jatigede sebagai pengelak mengalami modifikasi desain selama masa pelaksanaan. Data teknis
terowongan ini sampai bulan Agustus 2010 adalah sebagai berikut:
Lokasi

: dibawah bangunan pelimpah

Tipe terowongan

: penampang bulat dengan lapisan beton bertulang mutu beton tipe E

atau setara dengan K-300.


Panjang terowongan

: 546 m

Kemiringan dasar

: 0,013585

Elevasi dasar intake

: +164 m

Debit rencana inflow

: Q100 atau debit sebesar 3.200 m3/det.

Kapasitas debit keluar, Qout

: 1.882.71 m3/det.

Metoda penggalian

: sistem peledakan

Sistem pengisian void

: grouting.

Sistem lining

: Pengecoran per blok atau per segmen, @ 12 m.

Metoda penggalian untuk terowongan Pengelak dan PLN menggunakan sistem peledakan dengan tahaptahap pengerjaan sebagai berikut:
a) Survey and line marking
b) Drilling face
c) Charging
d) Blasting
e) Ventilating
f) Scalling
g) Mucking out
h) Steel rib installation untuk terowongan pengelak
i) Lattice girder installation untuk terowongan PLN
j) Shotcreting
k) Rockbolting
Penggalian kedua terowongan dilakukan dengan dua tahap yaitu penggalian upper half
kemudian disusul dengan penggalian lower half. Penggalian untuk terowongan pengelak dilakukan dari
dua arah yaitu dari arah hulu dan hilir, tembus di tengah terowongan. Sedangkan penggalian
terowongan untuk PLN dilakukan dari satu arah yaitu dari arah hulu ke hilir. Perkuatan permanen
berupa concrete lining untuk terowongan pengelak dilakukan setelah penggalian sepanjang terowongan
baik upper half maupun lower half dapat diselesaikan. Pekerjaan concrete lining dimulai dari bagian
tengah bentang terowongan yaitu dengan melakukan pemasangan beton bertulang untuk terowongan
bagian bawah (concrete lining bagian bawah). Dua blok dipasang paling dulu termasuk pemasangan ril
untuk tumpuan sliding form. Setelah beton kedua blok cukup umur, dilakukan perakitan atau

pemasangan dua unit sliding form diatas kedua blok beton tersebut. Sliding form digunakan untuk
pengecoran concrete lining bagian dinding dan atap terowongan. Pemasangan concrete lining bagian
bawah terowongan terus dilakukan secara berkesinambungan baik kearah hulu maupun kearah hilir
yang diikuti dengan concrete lining bagian dinding dan atap terowongan dengan jalan menggeser sliding
form ke lokasi pengecoran. Concrete lining untuk terowongan PLN sedang dilaksanakan yaitu pada dua
blok di dekat gate shaft menggunakan form biasa. Namun sliding form untuk concrete lining terowongan
PLN sudah ada dilapangan dan siap untuk dipakai pada pengecoran concrete lining blok-blok berikutnya.
Keruntuhan pada zona patahan merupakan kendala paling berat dalam pelaksanaan penggalian di
terowongan pengelak sedangkan selama penggalian di terowongan PLN keruntuhan tidak terjadi hingga
panjang penggalian terowongan mencapai 120 meter. Paling tidak empat kali keruntuhan telah terjadi
selama penggalian terowongan pengelak dan keruntuhan terbesar terjadi pada zona patahan di sekitar
tengah bentang terowongan pada hari Selasa tanggal 12 Januari 2010. Pada keruntuhan ini, batuan
boulder yang jatuh berukuran 3m3 , shotcrete, rockbolt yang terpasang rusak dan beberapa steel rip
bengkok. Sebuah excavator yang sedang melakukan pekerjaan mucking terjepit namun tidak sampai
terjadi korban jiwa. Keruntuhan di section ini telah membentuk rongga di bagian atap terowongan
setinggi lebih dari 16 meter. Akibat keruntuhan ini, pekerjaan penggalian terowongan pengelak terhenti
lebih dari 3 bulan untuk mencari cara penanganan yang tepat. Diskusi dengan melibatkan banyak pihak
yang kompeten terhadap masalah keruntuhan ini telah dilakukan sampai akhirnya dapat dilakukan
perbaikan pada zona runtuhan sehingga proses penggalian dapat dilanjutkan.

BAB III
KESIMPULAN

Berbagai aspek lingkungan telah dikaji dalam Studi Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL)
Bendungan Serbaguna Jatigede oleh tim peneliti dari UNPAD (1992). Aspek lingkungan Waduk Jatigede
yang perlu diketahui sekaligus diwaspadai karena dapat menjadi potensi yang dapat menimbulkan kasus
sebagaimana kasus-kasus bendungan di Indonesia adalah: Sosial ekonomi budaya | Sampai saat ini
beberapa permasalahan di daerah rencana genangan waduk masih belum tuntas. Hal ini berpotensi
mengganggu proses pengisian waduk dan jadwal penyelesaian pembangunan Waduk Jatigede secara
keseluruhan. Hal-hal yang masih belum tuntas, yaitu pembebasan lahan, pemindahan pemukiman
penduduk, pemindahan situs cagar budaya, pemindahan fasilitas umum dan sosial, pemindahan saluran
transmisi PLN dan pengganti lahan Perhutani.
Geologi
Daerah tapak proyek secara umum mempunyai struktur geologi tektonik yang intensif dan kompleks.
Adanya struktur yang kompleks ini menyebabkan daerah tapak proyek menjadi rawan terhadap gerakan
tanah atau longsoran.
Erosi dan Sedimentasi
Laju erosi dan sedimentasi di DAS Hulu Waduk Jatigede termasuk tinggi. Beberapa penelitian
menghasilkan kepastian bahwa keadaan DAS hulu Waduk Jatigede menjadi semakin kritis, sehingga
apabila tidak diambil tindakan penanggulangan, maka diprakirakan umur manfaat Waduk Jatigede
hanya 24 41 tahun saja.
Kualitas Air
Kondisi kualitas air didaerah Jatigede saat ini menunjukkan telah adanya gangguan, hal ini akan
memberikan dampak potensial terhadap kualitas air Waduk Jatigede. Dampak potensial kualitas air

terjadi karena adanya penurunan status mutu air yang diakibatkan terutama oleh limbah rumah tangga
dan limbah pertanian, sedangkan limbah industri masih belum separah di DAS Citarum. Sertifikat Amdal
yang diperoleh pada tahun 2003. Pada tahun 2008 dilakukan review terhadap kondisi yang lebih terkini
dan disahkan pada tahun yang sama. Pembebasan lahan milik penduduk sangat sarat dengan masalah
sosial, apalagi dengan rentang waktu pembebasan lahan yang sangat panjang, sehingga timbul berbagai
masalah berikut:
1. Pengelolaan data yang buruk sehingga sulit untuk mengkonfirmasi data-data pembebasan yang lama.
2. Peluang memanfaatkan kelemahan data base untuk kepentingan pribadi dengan mengklaim tanahnya
terlewat dalam pembebasan lahan di tahun sebelumnya.
3. Peluang memanfaatkan kelemahan peraturan, karena tiadanya peraturan yang melarang pengubahan
status lahan sebelum adanya ijin penetapan lokasi dari Bupati. Hal ini mengakibatkan timbulnya
pembangunan rumah secara liar bukan untuk ditempati (disebut rumah hantu), tetapi hanya menambah
nilai pembebasan lahan dengan nilai bangunan yang besar.
4. Memanfaatkan dampak lingkungan dalam masa pelaksanaan konstruksi untuk mendapatkan
pembebasan lahan, yang jika tidak dipenuhi dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.
5. Kecemburuan sosial masyarakat yang lahannya dibebaskan pada masa orde baru terhadap kondisi
sesudah reformasi politik, menimbulkan tuntutan tambahan pembayaran ganti rugi karena klaim bahwa
pembebasan dahulu dilakukan dengan tekanan pemerintah.
6. Kewajiban relokasi pemukiman, data jumlah KK pada pembebasan tanah bagi lahan pemukiman
tahun 19821986 yang mendasarkan pada Permendagri/15/1975 adalah sekitar 4.065 KK. Namun
nyatanya, penduduk pemilik lahan yang dibebaskan pada tahun berikutnya dengan dasar peraturan
yang berbeda yang seharusnya tidak berhak mendapatkan relokasi pemukiman, dengan pertimbangan
mereka penduduk miskin dianggap perlu mendapatkan relokasi walaupun dasar kebijakannya belum
ada, sehingga setiap tahunnya jumlah penduduk yang harus mendapat tunjangan dana bertambah. Hal
ini menimbulkan masalah dalam penyediaan anggaran untuk penyediaan lahan, perumahan dan
infrastruktur serta waktu tersisa yang semakin pendek karena melibatkan banyak Instansi di Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah. Diperlukan koordinasi yang intensif serta integrasi program dan anggaran
dari semua Instansi yang terlibat. Pembebasan lahan milik penduduk di daerah genangan dan untuk
fasilitas pendukung bendungan tidak dapat dijamin selesai sesuai waktu yang direncanakan karena
belum ada jalan keluar untuk penyelesaian rumah tumbuh yang tidak menimbulkan masalah hukum
serta kemungkinan timbulnya klaim tanah terlewat dengan pembebasan di tahun silam. Masalah
relokasi pemukiman akan menjadi bom waktu jika tidak segera dituntaskan dan dapat menghambat
pelaksanaan penggenangan waduk yang direncanakan pada tanggal 1 Oktober 2013. Belum lagi
Sumedang merupakan daerah puseur sunda atau pusat kebudayaan sunda, sehingga masyarakat
Sumedang dikenal sebagai masyarakat yang sangat menghargai kebudayaan Sunda serta situs-situs yang
merupakan peninggalan Kerajaan Sumedang Larang. Dalam inventarisasi yang telah dilakukan jumlah
situs yang ada yaitu 42 situs dengan 94 objek. Jumlah situs yang akan tergenang ada 34 situs dengan 77
objek. Jumlah situs yang tidak tergenang tetapi terkena langsung dampak pembangunan waduk Jatigede
ada 8 situs dengan 17 objek. Pemindahan situs direncanakan untuk dikumpulkan dan ditempatkan pada
lahan tertentu di luar genangan. Namun, ada keinginan berdasarkan kepercayaan bahwa ada situs yang
tidak boleh dipindahkan, namun harus berada di lokasi yang sama. Untuk mengakomodir hal tersebut
harus dibuatkan situs terapung yang membutuhkan biaya yang besar mengingat kedalaman waduk
terdalam adalah 110 meter. Situs-situs yang terkenal antaralain makam Prabu Guru Aji Putih, makam
Nyimas Ratu Inten/Dewi Nawang Wulan, makam Sanghyang Resi Agung, makam Embah Dalem Prabu
Lembu Agung dan patilasan Kerajaan Tembong Agung. Pemindahan situs juga menjadi hal yang harus
dilaksanakan secara mulus, karena menimbulkan gejolak sosial budaya yang dapat mengganggu proses
penggenangan waduk.

DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Bemby. Terowongan Sebagai Pengelak dan Saluran Untuk PLTA


di Bendungan Jatigede.2012.
Kondisi Eksisting Waduk Jatigede. Institut Pertanian Bogor.

Laporan Akhir Tahun Supervisi Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Jatigede.


2010, 2011 dan 2012. KSO PT Indra Karya, PT Indah Karya & Ass., PT
Tata Guna Patria, PT Wiratman dan PT Mettana. Consulting Engineers.
Terowongan sebagai saluran pengelak dan saluran untuk PLTA di
Bendungan Jatigede. 21 Maret 2013. Kementrian Pekerjaan Umum
Direkotorat Jenderal Sumber Daya Air dan SNVT Pembangunan Waduk
Jatigede.

Makalah berjudul Konstruksi Terowongan pada Zona Patahan, oleh Harya


Muldianto dan Sonny B. Wicaksono).

http://intl.sinohydro.com/

http://www.beritarayaonline.com/2013/06/progress-fisik-pembangunannproyek.html

http://ruanasagita.blogspot.com/2012/01/manfaat-bendungan.html

http://news.mongabay.com/2013/0607-dparker-jatigede-dam.html

http://luckydc.wordpress.com/2010/12/03/proyek-waduk-jatigede-danproyekjalan-tol-semarang-solo-seksi-i-part-1/

http://sanggapramana.wordpress.com/2010/07/29/grouting/

http://www.tripadvisor.co.uk/

http://www.poskotanews.com/2013/06/30/waduk-raksasa-jatigede-masukitahapakhir/

http://www.bbwscimancis.net/13B/berita/berita-umum/90-wadukjatigedeprogress-72,30.html

https://www.google.com/search?biw=1366&bih=604&sout=0&tbm=isch&sa=
1&q=dokumen+bendungan+jatigede+november+2013&oq=dokumen+b
endungan+jatigede+november+2013&gs_l=img.3...173890.182503.0.1
82692.31.23.0.0.0.0.955.1130.0j1j6-1.2.0....0...1c.1.31.img..31.0.0.R9wpVZWuRPM

http://sda.pu.go.id/

http://kabar.cimahicybercity.com/2013/04/waduk-jatigede-terkendalarumah-hantu.html

http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=104&Itemid=60

Anda mungkin juga menyukai