Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN


ENERGI SURYA

Oleh:
Prayanda Prilasa
NIM A1H012039

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar
biasa besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi
menerima sekitar 1000 W/m2 energi matahari. Kurang dari 30% energi tersebut
dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23%
digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi,
sebagian kecil 0,25% ditampung angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian
yang sangat kecil 0,025% disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuhtumbuhan. Energi matahari digunakan dalam proses pembentukan batu bara dan
minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang memakan jutaan tahun)
yang saat ini digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya untuk bahan
bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika, bahan sintesis lainnya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari.
Energi matahari dapat dimanfaatkan sebagai tenaga hidro elektrik yaitu hasil
sirkulasi hujan tenaga angin yang merupakan hasil perbedaan suhu antar daerah
dan sel surya (sel fotovoltaik) yang menjanjikan masa depan yang cerah sebagai
sumber energi listrik.
Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka bumi
ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi surya yang
dapat mengaktifkan melekul gas atmosfer sehingga terjadilah pembentukan cuaca.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber alternatif dewasa ini semakin
menjadi topik yang sangat menarik untuk terus dikaji dan dikembangkan. Hal ini
terjadi dikarenakan sumber energi yang berasal dari fosil selama ini telah
digunakan sebagai sumber utama energi dunia, secara terus menerus mengalami
suatu ancaman yang tidak terhindarkan yaitu bahwa suatu saat pastilah akan
menemui titik hilangnya yaitu akan habis atau mungkin masih ada akan tetapi
teknologi manusia belum dapat menjangkau keberadaan sumber energi tersebut

jauh di bawah permukaan bumi. Dan untuk dapat mengantisipasi bahwa suatu saat
dunia akan mengalami masa kegelapan kembali banyak ilmuwan yang berusaha
mencari dan memanfaatkan energi-energi alternatif yang nantinya akan berfungsi
sebagai sumber energi alternatif pengganti sumber energi fosil tersebut yang
sampai sekarang masih digunakan yaitu minyak bumi dan gas alam.
Sumber energi alternatif yang paling banyak diteliti dan coba untuk
dilakukan eksplorasi lebih jauh adalah energi matahari.

Hal ini menjadikan

perhatian para ilmuwan dikarenakan energi matahari ini terdapat melimpah di


bumi ini dan akan ada selama bumi ini ada, jadi kontinuitas dari energi ini
diharapkan dapat mengatasi masalah ancaman kehabisan energi yang bersumber
dari fosil. Dan hal inilah yang akan menjadi latar belakang dilakukannya
praktikum kali ini.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan Phyranometer


2. Mengetahui cara mengukur energi surya

I.

TINJAUAN PUSTAKA

Matahari atau juga disebut Surya adalah bintang terdekat dengan Bumi
dengan jarak sekitar 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari adalah
suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari
mempunyai khatulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah
ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih
pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98%
massa Tata Surya terkumpul pada matahari.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat
sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan
kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer, dan korona. Untuk terus bersinar,
matahari, terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui
reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton
massa setiap saat.
Matahari dipercaya terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa
matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai
ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt
per meter persegi setiap saat.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut ada 2 macam teknologi
sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik.
Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya),
mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman
pangan) dan memanaskan air.
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia
dan jika dieksploitasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan
kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari
dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk
memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depan energi surya hanya
dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan.

Solar Energi Panel dari NASA (National Aeronautic and Space


Administration) tahun 1997 mengklasifikasikan penggunaan energi matahari ke
dalam dua sistem koleksi yaitu koleksi alamiah dan sistem koleksi teknologi. Dari
pengklasifikasian di atas untuk koleksi alamiah yaitu air, angin, bahan bakar
organik, dan perbedaan temperatur lautan, sedangkan untuk koleksi teknologi
terdapat dua aplikasi utama dari energi matahari yaitu produksi listrik
(fotovoltaik) dan produksi panas thermal.
Fotovoltaik digunakan untuk mengkonversi intensitas radiasi matahari
menjadi energi listrik. Energi panas dihasilkan juga dari radiasi matahari dan
dapat dikumpulkan atau dipusatkan dengan pengumpul (kolektor). Energi panas
ini biasanya digunakan untuk kolektor matahari, pompa-pompa pemanas, dan
lain-lain.
Intensitas radiasi matahari akan berkurang oleh penyerapan dan
pemantulan oleh atmosfer saat sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di
atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet)
sedangkan karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang
gelombang yang lebih panjang (infra merah). Selain pengurangan radiasi bumi
langsung (sorotan) oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan
oleh molekul-molekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer.
Ada tiga macam cara radiasi matahari/surya sampai ke permukaan bumi
yaitu :
a. Radiasi Langsung (Beam/Direct Radiation)
Adalah radiasi yang mencapai bumi tanpa perubahan arah atau radiasi
yang diterima oleh bumi dalam arah sejajar sinar datang.
b. Radiasi Hambur (Diffuse Radiation)
Adalah radiasi yang mengalami perubahan akibat pemantulan dan
penghamburan.
c. Radiasi Total (Global Radiation)
Adalah penjumlahan radiasi langsung dan radiasi hambur. Misalnya
data untuk suatu permukaan miring yang menghadap tanah tertutup salju serta
menerima komponen radiasi karena pemantulan harus dirinci dulu kondisi

saljunya yaitu sifat pantulannya (Reflektansi). Karena itu radiasi total pada
suatu permukaan bidang miring bisa dihitung.
Energi radiasi matahari merupakan sumber energi alternatif yang
jumlahnya tidak terbatas, terutama untuk negara-negara tropis seperti Indonesia.
Oleh karena itu, pengembangan energi alternatif berbasis tenaga matahari akan
sangat menjanjikan. Salah satu cara pemanfaatan energi radiasi matahari tersebut
dilakukan berdasarkan sistem konversi fotovoltaik melalui suatu peranti
optoelektronik yang disebut sel surya (Sollar Cell). Sel surya merupakan salah
satu sumber energi alternatif dan dapat mengkonversi secara langsung energi
matahari menjadi energi listrik. Keuntungan penggunaan sel surya pada konversi
fotovoltaik diantaranya (Wolf, 1991) :
a. Mengkonversi langsung energi radiasi matahari menjadi energi listrik.
b. Ramah lingkungan, tanpa emisi saat dioperasikan, dan tidak memerlukan
bahan bakar.
c. Dapat digunakan di mana-mana dan dapat diintegrasikan pada bangunan
ataupun konstruksi yang lain.
d. Berbentuk modular sehingga jumlah sel surya yang dipakai dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut
tempat dan waktu. Menurut tempat variasi ini umumnya disebabkan oleh
perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Pada skala mikro
arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima. Perubahan jumlah
penerimaan radiasi surya menurut lintang disebabkan oleh sudut inklinasi bumi
(66,50) yang mengakibatkan perbedaan sudut datang. Di samping itu, jarak
matahari bumi tidak selalu tetap karena garis edar bumi mengelilingi matahari
berupa elips sehingga dikenal istilah jarak terdekat matahari (perihelion) yang
terjadi pada tanggal 5 Juli dan jarak terjauh (aphelion) pada tanggal 3-5 Januari.
Perbedaan jarak ini mengakibatkan perbedaan kerapatan fluks (intensitas) radiasi
surya yang sampai di permukaan bumi (Laktan, 2002).
Perbedaan menurut waktu dapat terjadi secara harian (diurnal) maupun
musiman. Perbedaan diurnal terjadi akibat gerak rotasi bumi. Sedangkan

perbedaan musiman disebabkan sudut inklinasi bumi yang mengakibatkan


perbedaan sudut datang pancaran radiasi surya pada lintang yang berbeda.
Sedangkan akibat lain dari adanya sudut inklinasi dan revolusi bumi adalah
pergerakan semu matahari di antara 23 0 LU dan 23 0 LS.
Radiasi surya yang memasuki atmosfer akan mengalami penyerapan dan
pemantulan kembali ke angkasa luar. Faktor dominan yang mempengaruhi
penerimaan radiasi surya di lingkungan atmosfer adalah keadaan awan (Apip,
2006).
Phyranometer adalah alat untuk mengukur irradiasi total permukaan.
Irradiasi total meliputi irradiasi difus dan irradiasi langsung. Phyranometer yang
dilengkapi dengan sabuk lingkaran digunakan untuk mengukur irradiasi difus.
Phyranometer sering digunakan dalam meteorologi, klimatologi, studi energi
surya dan fisika bangunan. Alat ini dapat dilihat di stasiun meteorologi. Biasanya
dipasang horizontal dan di samping panel surya, dan dipasang dengan permukaan
sensor pada bidang panel.

Gambar 1. Phyranometer

II.

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Phyranometer
2. Stopwatch
3. Termometer bola basah dan bola kering
4. Multimeter
5. Kalkulator
6. Alat tulis
7. Payung
8. Radiasi matahari

B. Prosedur Kerja

1. Meletakkan phyranometer dengan 2 perlakuan, yaitu :


a. Di bawah matahari langsung
b. Di tempat teduh (ternaungi)
2. Menghubungkan phyranometer dengan multimeter.
3. Mengenai perubahan radiasi surya tiap 15 menit.
4. Mencatat hasil pengamatan.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Waktu
Pengamatan
08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
09.45
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00
14.15
14.30
14.45
15.00
15.15
15.30
15.45
16.00

Radiasi (X10)
Langsung Teduh
131
111,75
131
111
126
109,6
131,4
110
137,5
111
131
110
139,5
109,8
138,4
109,9
142,0
110,5
135,8
109,8
121,7
107,8
118,2
107,1
162,0
107,2
136,4
109,6
138,7
110,5
135,0
108,4
140,3
110,6
117,3
106,9
135,5
109,2
130
109,6
109,1
105,8
109,6
105,6
114,0
107,0
106,4
105,3
110,8
106,3
123,3
108,7
120,8
107,4
106,6
105
104,9
104,3
104,5
104,1
-

Cuaca
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah berawan
Cerah berawan
Panas
Cerah
Berawan
Berawan
Berawan
Panas
Panas
Cerah berawan
Cerah berawan
Mendung
Mendung
Mendung
-

Suhu Lingkungan
TBB TBK RH
29
30
94
29
30
94
29
30
94
29,5
31
90
30
33
80
31
34
81
31
35
76
31
34
81
32
37
72
30
36
65
29
32
79
27,5
31
78
28
30
86
28
33
69
30
36
67
29
35
65
29
32,5
78
30
35
70
32
39,5
60
30
37,5
58
27
31
75
28,5
34
68
30
36
65
28
33
69
28
32
75
25
29
92
28
32
75
27
30
80
26
28
87
25
26
92
-

B. Pembahasan

Phyranometer adalah jenis actinometer digunakan untuk mengukur radiasi


matahari pada permukaan planar dan memiliki sensor yang dirancang untuk
mengukur kerapatan fluks radiasi matahari (dalam W/m2) dari bidang pandang
180 derajat. Istilah phyranometer berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari
kata pyr yang berarti api dan ano berarti di atas, langit.
Dalam phyranometer terdapat waterpass dan sensor cahaya (thermo
conjunction). Waterpass ini berfungsi untuk mengukur kedataran suatu tempat.
Sensor cahaya (thermo conjunction) berfungsi sebagai penangkap radiasi dari
sinar matahari.
Agar alat ini bisa bekerja secara optimum maka membutuhkan komponen
lain. Komponen tersebut adalah :
1. Multimeter
Alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm
meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (Oen-meter),
maupun arus (ampere-meter). Ada dua kategori multimeter digital atau DMM
(digital multi-meter) dan multimeter analog.

Gambar 2. Multimeter

2. Thermometer
Thermometer yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
thermometer bola basah dan bola kering. Berikut ini adalah cara kerja dari
kedua thermometer tersebut :
a. Thermometer bola kering digunakan untuk mengukur temperatur suatu
materi atau ruangan, hasil pengukurannya disebut temperatur bola kering,
tetapi lebih sering disebut temperatur saja. Air raksa yang ada di dalam
thermometer akan mengembang ketika ia menerima panas dari media
yang diukur, sehingga menunjukkan angka tertentu pada skala
thermometer.
b. Thermometer bola basah digunakan untuk mengukur temperatur bola
basah. Thermometer ini mempunyai prinsip kerja sama dengan
thermometer bola kering, tetapi penampung raksanya dibalut oleh kapas
yang dicelupkan ke air, sehingga temperatur bola basah selalu lebih
rendah dari temperatur bola kering. Hal ini disebabkan oleh kapas basah
yang membalut penampung raksa. Air akan selalu dingin dari temperatur
ruangan, karena air di ruangan selalu menguap sehingga lebih dingin.

Gambar 3. Thermometer bola basah-bola kering


Phyranometer tidak memerlukan sumber listrik untuk beroperasi dan
sering digunakan dalam meteorologi, klimatologi, studi energi surya, dan fisika

bangunan. Benda ini dapat dilihat di banyak stasiun meteorologi biasanya


dipasang horizontal dan di samping panel surya, biasanya dipasang dengan
permukaan sensor pada bidang panel. Prinsip kerja alat ini adalah sebagai berikut.
Sinar matahari/ radiasi yang datang secara langsung maupun yang dipancarkan
atmosphire (global radiasi solar) dan yang dihamburkan langit akan menembus
Glass dome.Radiasi dengan panjang gelombang sampai dengan 3,0 micron akan
diteruskan ke lempeng logam hitam dan putih. Lempeng logam hitam akan
mengabsorpsi panas radiasi sementara lempeng putih akan memantulkan radiasi
sehingga terjadi perbedaan temperatur diantara kedua jenis lempeng logam ini.
Perbedaan temperatur dari kedua lempeng ini dihubungkan ke circuit
thermojunctions yang mengubah besaran panas menjadi perbedaan tegangan
potensial diantara kedua ujung lempeng.
Ketika sinar matahari jatuh pada sebuah phyranometer, sensor thermopile
menghasilkan respons proporsional biasanya dalam 30 detik atau kurang: sinar
matahari, semakin panas mendapat sensor dan semakin besar arus listrik yang
dihasilkannya. Thermopile ini dirancang untuk secara tepat linier (jadi dua kali
lipat dari radiasi surya menghasilkan dua kali lebih banyak saat ini) dan juga
memiliki respons terarah : menghasilkan output maksimum ketika matahari
berada tepat di atas kepala (di tengah hari) dan nol output ketika matahari berada
pada cakrawala (di waktu fajar atau senja). Ini disebut respons konisius (atau
konius koreksi), karena sinyal listrik dari Phyranometer bervariasi dengan kosinus
sudut datang antara sinar matahari dan vertikal.
Dalam praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap radiasi langsung,
radiasi teduh, cuaca, temperatur bola basah, temperatur bola kering, dan RH.
Pengamatan dilakukan dari pukul 08.30 hingga 15.45 di Halaman Laboratorium
Teknik Pertanian Unsoed. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit sekali. Berikut
ini adalah hasil yang didapat selama praktikum yang ditampilkan dalam pentuk
grafik :

1. Perbandingan Radiasi Langsung dan RH terhadap Waktu

Perbandingan Radiasi Langsung dan


RH terhadap Waktu
Radiasi (W/m2)
RH (100%)

2000
1500
1000
Radiasi Langsung

500

RH
15:15

14:30

13:45

13:00

12:15

11:30

10:45

10:00

9:15

8:30

waktu

Gambar 4. Grafik perbandingan radiasi langsung dan RH terhadap waktu


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Radiasi paling tinggi pada
radiasi langsung terjadi pada pukul 11:30 yaitu 162 W/m2, sedangkan
radiasi paling rendah terjadi pada pukul 15:45 yaitu 104,5 W/m2. Untuk RH
paling tinggi adalah pada pukul 08:30 hingga 09:00 dengan RH sebesar
94%, sedangkan RH paling rendah adalah pukul 13:00 dengan RH sebesar
60%.
2. Perbandingan Radiasi Teduh dan RH terhadap Waktu

Radiasi (W/m2)
RH (100%)

Perbandingan Radiasi Teduh dan RH


terhadap Waktu
1200
1000
800
600
400
200
0

Radiasi Teduh
RH

Waktu

Gambar 5. Grafik perbandingan radiasi teduh dan RH terhadap waktu

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Radiasi paling tinggi pada
radiasi teduh terjadi pada pukul 08:30 yaitu 111,75 W/m2, sedangkan radiasi
paling rendah terjadi pada pukul 15:45 yaitu 104,1 W/m2. Untuk RH paling
tinggi adalah pada pukul 08:30 hingga 09:00 dengan RH sebesar 94%,
sedangkan RH paling rendah adalah pukul 13:00 dengan RH sebesar 60%.
3. Perbandingan Radiasi Langsung dan Teduh terhadap Waktu

Perbandingan Radiasi Langsung dan


Radiasi Teduh terhadap Waktu
Radiasi (W/m2)

2000
1500
1000
Radiasi Langsung

500

Radiasi Teduh
8:30
9:00
9:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30

Waktu

Gambar 6. Grafik perbandingan radiasi langsung dan teduh terhadap waktu


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Radiasi paling tinggi pada
radiasi langsung terjadi pada pukul 11:30 yaitu 162 W/m2, sedangkan radiasi
paling rendah terjadi pada pukul 15:45 yaitu 104,5 W/m2. Dari grafik diatas
dapat dilihat bahwa Radiasi paling tinggi pada radiasi teduh terjadi pada
pukul 08:30 yaitu 111,75 W/m2, sedangkan radiasi paling rendah terjadi pada
pukul 15:45 yaitu 104,1 W/m2.
Radiasi adalah energi yang dikeluarkan, dipancarkan atau diterima berupa
gelombang atau partikel-partikel elektromagnetik. Berdasarkan asal/sumbernya
radiasi dapat dibedakan ke dalam tiga klasifikasi yaitu :
1. Radiasi Solar
Adalah radiasi yang dikeluarkan oleh Matahari. Kira-kira 99,9% dari
radiasi ini berupa energi elektromagnetik dengan panjang gelombang antara
0,15 4,0 microns dengan presentasi tertinggi pada intensitas 0,4 0,7

microns berupa cahaya selebihnya berupa energi elektromagnetik Infrared


dan Ultraviolet. Radiasi Solar yang menembus lapisan terendah atmosphire
dapat juga dibedakan dalam beberapa kelas :
a. Radiasi Solar Langsung yaitu radiasi solar yang datang dari sudut bulat
cakram matahari
b. Radiasi Solar Global yaitu radiasi solar yang diterima oleh permukaan
horizontal berupa radiasi solar langsung dan radiasi yang dihamburkan
kearah bawah sewaktu melewati lapisan atmosphere.
c. Sky Radiasi yaitu radiasi solar yang dihamburkan ke arah bawah oleh
lapisan atmosphere (bagian kedua dari radiasi global).
d. Radiasi Solar yang Dipantulkan yaitu radiasi solar yang dipantulkan ke
arah atas oleh permukaan bumi dan dihamburkan oleh lapisan atmosphere
antara permukaan bumi dan titik pengamatan.
2. Radiasi Terrestrial
Adalah radiasi yang dikeluarkan oleh planet bumi termasuk
atmosphirenya, sehingga radiasi terrestrial dapat dibedakan dalam dua
kategori :
a. Radiasi Permukaan Terrestrial adalah radiasi yang dikeluarkan oleh
permukaan bumi.
b. Radiasi Atmosphere adalah radiasi yang dikeluarkan oleh atmosphere
3. Radiasi Total
Adalah jumlah radiasi solar dan terretrial. Kadangkala dibedakan
dalam dua pengertian sesuai kebutuhan, yaitu radiasi gelombang panjang dan
radiasi gelombang pendek.
Energi surya memiliki banyak keuntungan. Berikut ini adalah
beberapa keuntungan dari energi surya :
1. Dapat diperoleh secara gratis di alam
2. Energi yang terbarukan/tidak pernah habis
3. Bersih, ramah lingkungan
4. Umur panel surya panjang/investasi jangka panjang
5. Praktis, tidak memerlukan perawatan

6. Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia


7. Solar panel sebagai komponen penting pembangkit listrik tenaga surya,
mengubah sinar matahari menjadi tenaga listrik.
8. Instalasi solar panel pembangkit listrik tenaga surya adalah ramah
lingkungan, dan sangat menjanjikan.
9. Penggunaannya dari energi surya mampu menurunkan emisi/efek rumah kaca
yang umumnya dihasilkan oleh energi fossil.
10. Bila pemanfaatannya untuk bidang pertanian, maka mempunyai peluang
pasar yang belum banyak dilirik oleh pengusaha alat pertanian.
Selain memiliki beberapa keuntangan diatas energi surya juga memiliki
kerugian. Kerugiannya adalah pada saat ini penggunaan tenaga matahari (solar
panel) masih dirasakan mahal karena tidak adanya subsidi. Listrik yang kita
gunakan

saat

ini

sebenarnya

adalah

listrik

bersubsidi.

Bayangkan

pengusaha/penambangan minyak tanah, batu bara (yang merusak lingkungan),


pembuatan pembangkit tenaga listrik uap, distribusi tenaga listrik, yang semuanya
dibangun dengan biaya mahal.
Selain itu kebanyakan tipe sel surya memerlukan permukaan areal yang
luas untuk mencapai efisiensi rata-rata. Polusi udara dan kondisi cuaca
mempunyai pengaruh yang besar terhadap efisiensi sel surya. Penggunaan sel
surya sangat mahal dan permasalahan yang umum adalah bahwa sel surya hanya
mampu membangkitkan energi hanya pada sepanjang siang saja. Kemampuan sel
surya yang belum optimal dalam menghasilkan tenaga listrik, proses pembuatan
sel yang memerlukan operasi pembiayaan yang mahal, apalagi jika sel tersebut
masih harus diimpor bagi pembuatan modul sel surya.
Saat ini energi surya banyak dimanfaatkan dibidang pertanian. Berikut ini
adalah pemanfaatan energi surya dibidang pertanian :
1. Rumah Pengering
Pada kebanyakan dalam praktek, yang dikeringkan dengan rumah
pengering adalah hasil-hasil perkebunan seperti tembakau, karet, jagung dan
yang lain. Ukuran rumahnya pun berbeda-beda menurut keperluan dan
bahkan dalam kebanyakan hal dibuat lebih dari satu tingkat. Wadah bahan

(yang dikeringkan dalam rumah pengeringan) digunakan rak-rak, ataupun


tempat-tempat gantungan (disesuaikan keperluan). Adapun sumber panasnya
berasal dari pipa-pipa yang dialirkan menuju setiap ruang pengering. Media
yang melewati pipa panas tersebut bias berupa air,uap, maupun gas hasil
pembakaran. Pipa-pipa pemanas dipakai untuk memindahkan panas dari
dalam ke bagian luar dari pada pipa guna memanaskan udara di dalam ruang
pengering. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perpindahan
panasnya, maka pada pipa pemanas diberikan gelang-gelang dari bahan yang
bisa menghantarkan panas (memperbesar luasan kontak, pancar, maupun
konveksi).
Ketel uap maupun sumber pembangkit lainnya biasanya ditempatkan
di dalam ruang terpisah dengan ruang pengering (power house/power
station/power generator). Karena media/udara panas berat jenisnya lebih
ringan, maka kecendrungan gerakannya adalah dari bawah ke atas. Hingga
karenanya pipa-pipa pemanas meski harus diletakkan di bagian bawah dan
stack/cerobong diletakkan di bagian atas untuk menarik keluar udara maupun
uap air. Supply udara baru dari bawah (untuk dipanaskan dengan media
panas) harus bisa diimbangi dengan penarikan oleh cerobong untuk
mendapatkan pertukaran udara dengan baik sehingga mutu produk
pengeringan maupun prosesnya sendiri bisa berjalan dengan baik. Karena
besarnya spesifikasi, performasi, dan ukuran boiler (unit system pembakaran
uap), ruangan pengering, luasnya unit instalasi pemindahan panas, kapasitas
blower supply maupun penarik cerobong harus benar-benar dihitung sehingga
mutu, kapasitas produksi maupun proses produksinya bisa dijamin mampu
saing di pasaran.
Dengan adanya rumah pengering di desa tersebut, bisa meningkatkan
produksinya. Biasanya proses pengeringan bisa memakan waktu 4 5 hari,
dengan rumah pengering hanya membutuhkan 1-2 hari saja.
2. Kompor Matahari
Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan
menjemur hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat

menguntungkan bagi para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan


biaya untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda dengan petani di negaranegara empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk mengeringkan
hasil panennya dengan menggunakan oven yang menggunakan bahan bakar
fosil maupun menggunakan listrik.
Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan
panas yang diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah
cermin cekung besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat
digunakan untuk menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar.
3. Pompa Air
Pompa air (solar power supply for waterpump) digunakan untuk
pengairan irigasi di sawah.

IV.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penggunaan phyranometer yaitu dengan cara meletakkan alat tersebut pada


suatu tempat yang datar dan rata, setelah itu mengukur radiasi yang
ditampilkan dengan nilai-nilai melalui multimeter. Nilai dari radiasi ini
mempunyai satuan W/m2.
2. Pengukuran

energi

surya

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

phyranometer.

B. Saran

Sebaiknya dalam pengukuran radiasi di tempat teduh dilakukan pada


tempat yang benar-benar teduh bukannya dilakukan di tempat panas dengan
menggunakan alat bantu payung, karena hal tersebut akan mempengaruhi hasil
pengukurannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Energi Surya dan Prospek (On-line). http://dunia-listrik.blogspot


.com/2008/11/energi-surya-dan-prospek.html. Diakses 26 Desember 2012.
Anonim. 2009. Energi Surya Pembangkit Energi Matahari (On-line). http://
evhos.blogspot.com/2009/02/energi-surya-pembangkit-tenaga-matahari08.
html. Diakses 26 Desember 2012.
Apip, 2006. Radiasi Surya sebagai Unsur Sumber Daya Iklim dan Sumber Energi
Sistem Perairan Darat. Warta Limnologi, No. 39. Puslit Limnologi LIPI.
Arismunandar dan Wiranto. 1985. Teknologi Rekayasa Surya. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Basyarudin, B dan S. Effendy. 2007. Keterkaitan Cuaca di Indonesia dengan
Fenomena Bintik Matahari (SUNSPOT). Jurnal Agromet Indonesia, Vol 21,
No 1.
Chandler, C., P. Cheney, P. Thoms, L. Trabaud, D. Williams. 1983. Fire in
Forestry Vol. I. John Willey and Sons. Canada. 450pp.
Duffie, J.A and W. Becman. 1980. Solar Engineering of Thermal Process. John
Willey & Sons. London.
Laktan, B. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
173p.
Lockwood, J. G. 1979. World Climatology An Eviromental Approach. Whistable.
Kent. 330 pp.
Overstaeten, R.J. Van and R.P. Mertens. 1986. Physics, Teknology and use of
Photovoltaics. Adam Hilger LTD. England.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai