Oleh:
Prayanda Prilasa
NIM A1H012039
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar
biasa besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi
menerima sekitar 1000 W/m2 energi matahari. Kurang dari 30% energi tersebut
dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23%
digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi,
sebagian kecil 0,25% ditampung angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian
yang sangat kecil 0,025% disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuhtumbuhan. Energi matahari digunakan dalam proses pembentukan batu bara dan
minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang memakan jutaan tahun)
yang saat ini digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya untuk bahan
bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika, bahan sintesis lainnya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari.
Energi matahari dapat dimanfaatkan sebagai tenaga hidro elektrik yaitu hasil
sirkulasi hujan tenaga angin yang merupakan hasil perbedaan suhu antar daerah
dan sel surya (sel fotovoltaik) yang menjanjikan masa depan yang cerah sebagai
sumber energi listrik.
Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka bumi
ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi surya yang
dapat mengaktifkan melekul gas atmosfer sehingga terjadilah pembentukan cuaca.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber alternatif dewasa ini semakin
menjadi topik yang sangat menarik untuk terus dikaji dan dikembangkan. Hal ini
terjadi dikarenakan sumber energi yang berasal dari fosil selama ini telah
digunakan sebagai sumber utama energi dunia, secara terus menerus mengalami
suatu ancaman yang tidak terhindarkan yaitu bahwa suatu saat pastilah akan
menemui titik hilangnya yaitu akan habis atau mungkin masih ada akan tetapi
teknologi manusia belum dapat menjangkau keberadaan sumber energi tersebut
jauh di bawah permukaan bumi. Dan untuk dapat mengantisipasi bahwa suatu saat
dunia akan mengalami masa kegelapan kembali banyak ilmuwan yang berusaha
mencari dan memanfaatkan energi-energi alternatif yang nantinya akan berfungsi
sebagai sumber energi alternatif pengganti sumber energi fosil tersebut yang
sampai sekarang masih digunakan yaitu minyak bumi dan gas alam.
Sumber energi alternatif yang paling banyak diteliti dan coba untuk
dilakukan eksplorasi lebih jauh adalah energi matahari.
B. Tujuan
I.
TINJAUAN PUSTAKA
Matahari atau juga disebut Surya adalah bintang terdekat dengan Bumi
dengan jarak sekitar 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari adalah
suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari
mempunyai khatulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah
ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih
pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98%
massa Tata Surya terkumpul pada matahari.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat
sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan
kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer, dan korona. Untuk terus bersinar,
matahari, terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui
reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton
massa setiap saat.
Matahari dipercaya terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa
matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai
ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt
per meter persegi setiap saat.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut ada 2 macam teknologi
sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik.
Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya),
mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman
pangan) dan memanaskan air.
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia
dan jika dieksploitasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan
kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari
dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk
memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depan energi surya hanya
dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan.
saljunya yaitu sifat pantulannya (Reflektansi). Karena itu radiasi total pada
suatu permukaan bidang miring bisa dihitung.
Energi radiasi matahari merupakan sumber energi alternatif yang
jumlahnya tidak terbatas, terutama untuk negara-negara tropis seperti Indonesia.
Oleh karena itu, pengembangan energi alternatif berbasis tenaga matahari akan
sangat menjanjikan. Salah satu cara pemanfaatan energi radiasi matahari tersebut
dilakukan berdasarkan sistem konversi fotovoltaik melalui suatu peranti
optoelektronik yang disebut sel surya (Sollar Cell). Sel surya merupakan salah
satu sumber energi alternatif dan dapat mengkonversi secara langsung energi
matahari menjadi energi listrik. Keuntungan penggunaan sel surya pada konversi
fotovoltaik diantaranya (Wolf, 1991) :
a. Mengkonversi langsung energi radiasi matahari menjadi energi listrik.
b. Ramah lingkungan, tanpa emisi saat dioperasikan, dan tidak memerlukan
bahan bakar.
c. Dapat digunakan di mana-mana dan dapat diintegrasikan pada bangunan
ataupun konstruksi yang lain.
d. Berbentuk modular sehingga jumlah sel surya yang dipakai dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut
tempat dan waktu. Menurut tempat variasi ini umumnya disebabkan oleh
perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Pada skala mikro
arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima. Perubahan jumlah
penerimaan radiasi surya menurut lintang disebabkan oleh sudut inklinasi bumi
(66,50) yang mengakibatkan perbedaan sudut datang. Di samping itu, jarak
matahari bumi tidak selalu tetap karena garis edar bumi mengelilingi matahari
berupa elips sehingga dikenal istilah jarak terdekat matahari (perihelion) yang
terjadi pada tanggal 5 Juli dan jarak terjauh (aphelion) pada tanggal 3-5 Januari.
Perbedaan jarak ini mengakibatkan perbedaan kerapatan fluks (intensitas) radiasi
surya yang sampai di permukaan bumi (Laktan, 2002).
Perbedaan menurut waktu dapat terjadi secara harian (diurnal) maupun
musiman. Perbedaan diurnal terjadi akibat gerak rotasi bumi. Sedangkan
Gambar 1. Phyranometer
II.
METODOLOGI
1. Phyranometer
2. Stopwatch
3. Termometer bola basah dan bola kering
4. Multimeter
5. Kalkulator
6. Alat tulis
7. Payung
8. Radiasi matahari
B. Prosedur Kerja
III.
A. Hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Waktu
Pengamatan
08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
09.45
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00
14.15
14.30
14.45
15.00
15.15
15.30
15.45
16.00
Radiasi (X10)
Langsung Teduh
131
111,75
131
111
126
109,6
131,4
110
137,5
111
131
110
139,5
109,8
138,4
109,9
142,0
110,5
135,8
109,8
121,7
107,8
118,2
107,1
162,0
107,2
136,4
109,6
138,7
110,5
135,0
108,4
140,3
110,6
117,3
106,9
135,5
109,2
130
109,6
109,1
105,8
109,6
105,6
114,0
107,0
106,4
105,3
110,8
106,3
123,3
108,7
120,8
107,4
106,6
105
104,9
104,3
104,5
104,1
-
Cuaca
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah berawan
Cerah berawan
Panas
Cerah
Berawan
Berawan
Berawan
Panas
Panas
Cerah berawan
Cerah berawan
Mendung
Mendung
Mendung
-
Suhu Lingkungan
TBB TBK RH
29
30
94
29
30
94
29
30
94
29,5
31
90
30
33
80
31
34
81
31
35
76
31
34
81
32
37
72
30
36
65
29
32
79
27,5
31
78
28
30
86
28
33
69
30
36
67
29
35
65
29
32,5
78
30
35
70
32
39,5
60
30
37,5
58
27
31
75
28,5
34
68
30
36
65
28
33
69
28
32
75
25
29
92
28
32
75
27
30
80
26
28
87
25
26
92
-
B. Pembahasan
Gambar 2. Multimeter
2. Thermometer
Thermometer yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
thermometer bola basah dan bola kering. Berikut ini adalah cara kerja dari
kedua thermometer tersebut :
a. Thermometer bola kering digunakan untuk mengukur temperatur suatu
materi atau ruangan, hasil pengukurannya disebut temperatur bola kering,
tetapi lebih sering disebut temperatur saja. Air raksa yang ada di dalam
thermometer akan mengembang ketika ia menerima panas dari media
yang diukur, sehingga menunjukkan angka tertentu pada skala
thermometer.
b. Thermometer bola basah digunakan untuk mengukur temperatur bola
basah. Thermometer ini mempunyai prinsip kerja sama dengan
thermometer bola kering, tetapi penampung raksanya dibalut oleh kapas
yang dicelupkan ke air, sehingga temperatur bola basah selalu lebih
rendah dari temperatur bola kering. Hal ini disebabkan oleh kapas basah
yang membalut penampung raksa. Air akan selalu dingin dari temperatur
ruangan, karena air di ruangan selalu menguap sehingga lebih dingin.
2000
1500
1000
Radiasi Langsung
500
RH
15:15
14:30
13:45
13:00
12:15
11:30
10:45
10:00
9:15
8:30
waktu
Radiasi (W/m2)
RH (100%)
Radiasi Teduh
RH
Waktu
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Radiasi paling tinggi pada
radiasi teduh terjadi pada pukul 08:30 yaitu 111,75 W/m2, sedangkan radiasi
paling rendah terjadi pada pukul 15:45 yaitu 104,1 W/m2. Untuk RH paling
tinggi adalah pada pukul 08:30 hingga 09:00 dengan RH sebesar 94%,
sedangkan RH paling rendah adalah pukul 13:00 dengan RH sebesar 60%.
3. Perbandingan Radiasi Langsung dan Teduh terhadap Waktu
2000
1500
1000
Radiasi Langsung
500
Radiasi Teduh
8:30
9:00
9:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
Waktu
saat
ini
sebenarnya
adalah
listrik
bersubsidi.
Bayangkan
IV.
A. Simpulan
energi
surya
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
phyranometer.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN