Anda di halaman 1dari 16

EVIDENCE BASED MEDICINE

The Use of a Protein and Energy Dense Eicosapentaenoic Acid Containing


Supplement for Malignancy-Related Weight Loss in Children

Oleh :
dr. Fetria Melani

Pembimbing :
Dr.
Dr. dr. Maria Mexitalia

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS) I


DEPARTEMEN ILMU GIZI KLINIK FK UNDIP/
SMF GIZI KLINIK RSUP DR KARIADI
SEMARANG
2014

Pemberian Suplemen Padat Energi dan Protein yang Mengandung Asam


Eikosapentanoat untuk Keganasan Pada Anak yang Berakibat Penurunan Berat Badan

Latar belakang
Tujuan dari terapi gizi pada pasien kanker adalah untuk mencegah penurunan berat badan dan
memperbaiki kapasitas fungsional serta kulitas kehidupan. Bagaimanapun studi klinis selalu
menunjukkan bahwa berkurangnya berat badan sulit untuk diatasi pada kanker kakeksia.
Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi dengan eicosapentanoic acid (EPA) , suatu
asam lemak omega 3 memiliki efek antikakektik pada pasien kanker dewasa. Studi ini
mengevalusi efek klinis suplemen gizi padat energi dan protein yang mengandung EPA pada
kelompok pasien kanker pediatrik yang menerima terapi kemoterapi aktif.
Metode. Desain studi adalah prospektif, randomisasi, satu center, open-label. Lima puluh dua
pasien didiagnosa sebagai penuakit keganasan pediatrik dan menerima kemoterapi intensif.
Tiga puluh tiga pasien menerima suplemen gizi yang mengandung EPA selain makanan
biasa. Sembilan belas pasien kontrol tidak mendapatkan suplementasi. Pasien diperiksa dan
data mereka (berat badan, indeks massa tubuh, persentil berat badan dicatat secara teratur tiap
bulan selama 3 bulan. Sebuah subgrup pasien dievaluasi selama 6 bulan.
Hasil. Setelah 3 bulan, secara sigifikan lebih sedikit pasien pada kelompok intervensi
mengalami penurunan berat badan dibandingkan kontrol (P=0.001), IMT (P=0.002), dan
deviasi negatif pada persentil berat badan (P=0.021). Selain itu, tingkat remisi secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok intervensi dibanding kontrol (P=0.036).
Kesimpulan. Studi ini menunjukkan bahwa penurunan berat badan akibat kanker pada pasien
pediatrik yang diberi suplemen padat energi dan protein yang mengandung EPA berkurang.
Pediatr Blood Cancer 2009;52:571-574.
kata kunci : cachexia, kanker, anak, eicosapentanoic acid; gizi; asam lemak omega 3

Pendahuluan
Kakeksia dan malnutrisi adalah penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas
pasien kanker [1]. Saat diagnosis ditegakkan, kurang lebih 75% dari semua pasien kanker
ditemukan malnutrisi [2] dan antara 20% dan 40% dari mereka mengalami kematian karena
malnutrisi dan komplikasi [3]. Mempertahankan asupan makanan yang cukup membantu
untuk mempertahankan berat badan dan mengurangi risiko malnutrisi, gejala-gejala seperti
1

meningkatnya tingkat metabolisme, anoreksia, perubahan rasa, disfagia, nausea, muntah dan
diare, yang masing-masing dapat menimbulkan berkurangnya asupan makanan pada pasien
kanker kakeksia.
Meningkatkan asupan energi dan protein saja pada pasien kanker telah dilaporkan memiliki
pengaruh kecil terhadap berkurangnya berat badan dan massa otot pasien (4,5). Telah
ditunjukkan bahwa suplementasi makanan dengan eicosapentenoic acid (EPA) suatu asam
lemak tak jenuh ganda n-3 mungkin memberikan efek menguntungkan pada pasien kanker
dengan memodulasi beberapa aspek respon inflamasi yang berhubungan dengan perubahan
metabolik, penurunan BB,dan massa otot. Sebagai contoh, studi menunjukkan bahwa
suplementasi EPA dapat menurunkan produksi sitokin proinflamasi termasuk IL-6, IL-1, dan
TNF (6,7) dan meperbaiki progresifitas respon C-reactive protein (8).
Sebuah review sistematik baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian EPA selama periode
jangka panjang kepada pasien dengan kanker stadium lanjut berhubungan dengan perbaikan
parameter klinis, biologis dan kualitas kehidupan. Beberapa studi melaporkan efek
menguntungkan pada pasien kanker setelah pemberian suplemen gizi protein dan padat
energi yang mengandung EPA. Pada suatu studi inisial, pasien dengan kanker pankreas
diminta untuk mengkonsumsi suplemen gizi mengandung EPA selain asupan makanan biasa
(11,12). Pasien dinilai pada minggu ke 3 dan ke-7, yaitu berat badan, asupan makanan,
resting energy expenditure (REE), dan status performa. Setelah pemberian suplemen, pasien
dilaporkan mengalami penambahan berat badan pada minggu ke-3 dan ke-7. Asupan
makanan meningkat dan REE berkurang. Satus performa dan nafsu makan secara
keseluruhan juga membaik dengan suplemen khusus. Hasil serupa ditemukan pada pasien
kanker paru (13). Pasien kanker paru malnutrisi yang akan melakukan kemoterapi
mendapatkan suplemen EPA atau suplemen kontrol selama 60 hari. Hasil studi menunjukkan
bahwa hanya pasien yang menerima suplemen mengandung EPA yang memperlihatkan
peningkatan berat badan, asupan energi dan protein secara signifikan. Selain itu pasien-pasien
tersebut juga dilaporkan mengalami peningkatan nafsu makan dan kualitas kehidupan. Studi
selanjutnya dilakukan untuk menentukan pengaruh penggunaan suplemen EPA pra dan
perioperatif terhadap pasien yang mengalami penurunan BB dengan kanker sel skuamous
kepala dan leher (14). Pada studi ini, pra operasi, pasien dengan penurunan berat badan
minimal 5 % yang akan mengalami reseksi pembedahan dengan tujuan kuratif diberikan
suplemen khusus setiap hari dimulai paling tidak 2 minggu sebelum operasi. Hasil
menunjukkan bahwa pemberian suplemen dapat mengehentikan atau mengembalikan
penurunan BB dan meningkatkan massa otot (LBM) di populasi kanker ini. Pada studi
2

terbaru, pengaruh suplemen oral yang mengandung EPA dievalusi pada pasien dengan kanker
kolorektal stadium lanjut (15). Pasien-pasien yang sebelumnya telah menerima 1 rejimen
kemoterapi mendapatkan suplemen 3 minggu sebelum memulai kemoterapi dan dilanjutkan
selama 3 siklus terapi (9 minggu). Hasil menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada
kadar energi, sedangkan semua pengukuran kualitas kehidupan dipertahankan.
Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa konseling diet dan pemberian EPA mungkin
mengakibatkan status gizi dan kualitas kehidupan dapat dipertahankan.
Sebagian besar pasien kanker anak mengalami penurunan berat badan atau tidak mengalami
peningkatan BB yang sesuai dengan umur serta 50-80% pasien dengan kanker memiliki
morbiditas dan mortalitas signifikan sebagai akibat wasting progresif (16,17). Manfaat
menguntungkan gizi enteral yang mengandung EPA telah dilaporkan pada pasien dewasa
dengan kanker (11-15,17-19), namun perlu dilakukan studi lebih lanjut pada populasi
pediatrik. Oleh karena itu studi saat ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh klinis
suplemen oral protein dan padat energi yang mengandung EPA pasien kanker anak yang
mendapatkan terai kemoterapi aktif.

Material dan Metode


Studi ini berdesain prospektif, randomisasi, 1 center, open-label. Pasien anak yang
didiagnosa dengan penyakit malignansi dan menerima kemoterapi intensif secara konsekutif
dipilih untuk berpartisipasi dalam studi. Desain studi disetujui oleh Komite Etik Institusional.
Keluarga atau wali pasien memberikan persetujuan tertulis sebelum berpartisipasi dalam
studi. Sebelum randomisasi (baseline) dan secara teratur 1 bulan sekali setelahnya, pasien
diperiksa dan dicatat berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan persentil BB. Selain
itu status penyakit primer, serangan febrile neutropenia, dan status klinis dicatat.
Subyek dirandomisasi menggunakan skema randomisasi 2:1, untuk menerima suplemen oral
padat energi dan protein yang mengandung EPA (ProSure, Abbott Laboratories provided by
Abbott,Turkey), disamping asupan makanan normal (intervensi n=33) atau pemberian
makanan biasa (kontrol n=19) selama 3 bulan. Suatu subkelompok yang terdiri dari 23
subyek (intervensi n=15; kontrol n=8) ditambah 3 bulan pengamatan (sehingga total 6
bulan).
Tiap 240 ml suplemen oral mengandung 300 Kkal (1,268 kJ), 16 g protein, dan 1.09 g EPA
(berasal dari minyak sardin yang dihilangkan baunya). Suplementasi oral telah dijelaskan
sebelumnya (12) dan secara khusus didesain dan diberikan rasa yang disukai untuk pasien
dengan kanker (20,21). Dua rasa, pisang dan vanila, digunakan ada studi ini. Berdasarkan
3

hasil dari studi kanker dewasa sebelumnya (11-15,18,19), subyek pada kelompok intervensi
diperintahkan untuk mengkonsumsi 2 sajian suplemen per hari (pagi dan sore). Perawat
spesialisasi gizi bertanggung jawab untuk memeriksa apakah suplemen dikonsumsi secara
teratur.
Variabel primer yag diukur pada studi ini adalah persentase subyek yang mengalami
penurunan BB. Variabel pendukung termasuk persentase subyek yang mengalami penurunan
indeks massa tubuh dan persentase subyek yang mengalami deviasi negatif dari persentil
berat badan normal. Seluruh data dianalisa menggunkan prosedur Fisher Exact Test.

Hasil
Sejumlah lima puluh dua pasien (usia 7.5 3.0; mean SD) di randomisasi dalam studi.
Seperti yang terlihat pada tabel 1, pada baseline, kelompok-kelompok ekuivalen dalam
berbagai variabel. Pada kelompok intervensi, 18 pasien didiagnosa leukemia ( acute
lymphoblastic leukemia, 6 acute myeloid leukemia) dan 15 menderita tumor padat (4 nonHodgkin lymphoma, 3 neuroblastoma, 2 Wilms tumor, 2 tumor otak, 2 tumor tulang ganas, 1
soft tissue tumor, and 1 hepatoblastoma). Pada kelompok kontrol, 11 pasien didiagnosa
leukemia (7 acute lymphoblastic leukemia, 4 acute myeloid leukemia), dan 8 menderita tumor
padat (3 neuroblastoma, 2 soft tissue tumor, 1 tumor otak, 1 tumor ganas tulang, and 1
retinoblastoma).
Subyek mulai mengkonsumsi suplemen oral saat atau segera setelah diagnosis klinis kanker
ditegakkan. Perawat yang perpartisipasi dalam studi mengkonfirmasi semua pasien
mengkonsumsi seluruh suplemen setiap hari. Suplemen dikonsumsi melalui rute oral saja dan
tidak ditemukan adanya toleransi atau isu masalah rasa selama studi.

Persentase subyek yang menunjukkan penurunan berat badan, indeks massa tubuh dan
deviasi negatif dari persentil BB normal pada akhir bulan ke3 ditunjukkan di gambar 1.
Semua data dianalisa menggunkan prosedur Fisher's Exact Test. Secara signifikan didapatkan
lebih sedikit pasien yang mengalami penurunan BB (6.1% vs. 47.4%; P0.001), BMI (12.1%
vs. 52.6%; P=0.002), dan deviasi negatif pada persentil BB normal (6.1% vs.31.6%;
P=0.021) pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Bila hasil dari
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dibandingkan pada akhir bulan ke-6 (sub
kelompok N=23), persentase pasien yang menunjukkan berkurangnya BB secara signifikan
lebih rendah pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (6.7% vs.50%;
P=0.03); namun demikian tidak didapatkan perbedaan yang signifikan dalam hal penurunan
IMT atau deviasi negatif persentil BB normal (P >0.05).
Pada pasien dengan leukemia, hasil menunjukkan lebih sedikit penurunan BB yang signifikan
(5.6% vs. 54.5%; P=0.006) dan turunnya IMT (11.1% vs.54.5%; P=0.018) di kelompok
intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Namun demikian tidak ada perbedaan signifikan
dengan kelompok pasien dengan tumor solid (nilai P >0.05). Analisis dari distribusi serangan
febrile neutropenia menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok intervensi
dan kontrol dalam hal jumlah serangan atau persentase pasien yang mengalami serangan
(nilai P>0.05). Seperti yang terlihat pada gambar 2, setelah 3 bulan tingkat remisi pada pasien
kelompok intervensi secara signifikan lebih besar dibandingkan pasien kelompok kontrol
yang tidak diberikan suplemen gizi ((87.9% vs. 63.2%; P=0.036).

Diskusi
Penurunan BB dapat menjadi tanda awal kanker yang tidak terdiagnosa dan pada banyak
kasus penurunan awal berat badan merupakan kondisi yang mendorong kunjungan
pemeriksaan dokter yang pertama. Pada individu yang lain, penurunan BB terjadi ketika
kanker dan terapi kanker berlanjut. Penurunan BB lebih dari 15% pada pasien kanker
menimbulkan terganggunya fungsi fisiologis (17) dan berkaitan dengan berkurangnya respon
terhadap terapi (22), meningkatnya komplikasi dan infeksi, rendahnya kulaitas kehidupan dan
berkurangnya usia harapan hidup (23). Oleh karena itu penting bagi pasien kanker untuk
mempertahankan BB. Biasanya studi-studi tentang suplementasi oral gagal menunjukkan
peningkatan BB yang signifikan dibandingkan kontrol (4,5) memperlihatkan bahwa
walaupun asupan kalori harus dinaikkan pada pasien kanker, penambahan jaringan otot sulit
dicapai kecuali kelainan metabolik yang mendasari diperbaiki (17,19).
Temuan dari studi ini konsisten dengan data klinik sebelumnya yang menunjukkan hasil yang
serupa pada pasien dewasa dengan kanker pankreas (11,12), kanker paru (13), kanker kepala
leher (14), dan kanker kolorektal (15) yang menerima suplemen oral padat energi dan protein
yang mengandung EPA. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa penurunan BB, IMT, dan
deviasi negatif dari persentil BB secara signifikan lebih rendah bila menggunakan suplemen
selain standar perawatan biasa. Efek menguntungkan ini dikuatkan dengan peningkatan yang
secara statistik signifikan dalam jumlah pasien yang mengalami remisi pada kelompok pasien
yang mendapatkan suplemen. Studi ini juga menunjukkan bahwa suplemen khusus adalah
aman dan ditorensi dengan baik oleh pasien kanker anak.
Menariknya, pengaruh menguntungkan ini lebih cenderung terlihat pada pasien yang
didiagnosa leukemia dibandingkan tumor padat. Telah dilaporkan bahwa penambahan asam
lemak tak jenuh ganda membuat sel-sel leukemia lebih rentan terhadap peroksidasi lipid dan
lebih sensitif terhadap terapi obat (24). Walaupun spekulatif, mungkin pada studi ini,
6

perbedaan yang terlihat pada pasien tumor padat dan leukemia diakibatkan oleh perbedaan
selektif dalam sensitifitas sel kanker terhadap EPA. Dan yang penting pula, bahwa ukuran
sampel pada kelompok tumor padat lebih sedikit dibandingkan kelompok leukemia (23 vs
29).
Mekanisme kanker kakeksia bersifat kompleks, studi-studi menunjukkan bahwa pasien
dengan kanker mengalami respon protein fase akut yang meningkat dan tingginya kadar
sitokin proinflamasi seperti TNF, IL-1 dan IL-6 (8,25). Walaupun tidak dilakukan
pemeriksaan pada studi saat ini, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa suplementasi
dengan EPA dapat memperbaiki penurunan BB karena kanker melalui berbagai mekanisme,
termasuk penurunan regulasi produksi sitokin dan respon protein fase akut (6,8,18,30).
Kesimpulannya, studi ini memberikan data yang menunjukkan bahwa pasien pediatrik
dengan kanker yang diberi suplemen padat energi dan protein yang mengandung EPA
bersama dengan terapi standar memiliki luaran klinis yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pasien yang menerima terapi standar saja. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
suplemen ini aman, dan merupakan terapi tambahan dan sebagai bagian dari terapi
menyeluruh pasien kanker anak. Karena sebab kanker kakeksia adalah kompleks dan multi
faktor, penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengetahui apakah suplemen gizi ini
memiliki efek terhadap beberapa atau seluruh mekanisme biokimia pasien anak sebagaimana
yang dilaporkan pada studi pasien dewasa dengan kanker. Berdasarkan hasil studi ini, maka
studi randomisasi, buta ganda, kontrol plasebo harus dipertimbangkan untuk dilakukan.

EVIDENCE BASED MEDICINE


1. Apakah pertanyaan penelitian ini?
Apakah pengaruh klinik suplemen oral padat energi dan protein yang mengandung EPA
terhadap pasien kanker anak yang mendapatkan kemoterapi aktif?

P: Population:
anak-anak yang didiagnosa menderita kanker dan menerima kemoterapi intensif
Kriteria inklusi : Pasien anak yang didiagnosa dengan penyakit malignansi dan
menerima kemoterapi intensif
Kriteria eksklusi : Tidak ada

I: Index test :
- Kelompok perlakuan mendapatkan suplemen oral padat energi dan protein
yang mengandung EPA (tiap 240 ml sajian, mengandung 300 Kkal, 16 g
protein, dan 1.09 g EPA) disamping makanan biasa selama 3 bulan.
- Sub kelompok perlakuan diikuti hingga 3 bulan berikutnya.
- berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan persentil BB, status
penyakit primer, serangan febrile neutropenia, dan status klinis dicatat.

C: Comparison:
- Kelompok kontrol hanya mendapatkan asupan makanan seperti biasa.
- Sub kelompok kontrol diikuti hingga 3 bulan berikutnya.

O: Outcome:
- Persentase penurunan berat badan
- Persentase subyek yang mengalami penurunan IMT
- Perentase subyek yang mengalami deviasi negatif dari persentil berat badan
normal

2. Kemana penelitian ini ditujukan ?


Penelitian ini ditujukan untuk Clinical evidence, yaitu digunakan untuk membuktikan
bahwa pemberian suplemen padat energi dan protein yang mengandung EPA
8

bermanfaat untuk pasien kanker anak yang mengalami kemoterapi intensif, yakni
dalam mengurangi persentase penurunan berat badan.

3. Apakah PICO pada penelitian ini sudah cukup ?


Ya, PICO yang digunakan pada penelitian ini sudah cukup untuk menjawab
pertanyaan penelitian.

4. Seberapa jauh penelitian ini sudah dilakukan?

manfaat suplementasi nutrisi enteral yang mengandung EPA telah terbukti pada
studi populasi kanker dewasa :

Studi oleh Moses dkk : pasien kanker pankreas stadium lanjut dengan kakeksia
diberi suplemen oral padat energi dan protein yang mengandung EPA selama 8
minggu. Setelah intervensi terjadi peningkatan derajat aktifitas fisik dan total
energy expenditure (TEE) yang menggambarkan meningkatnya kualitas hidup. 1

Studi oleh Barber dkk : pasien adenokarsinoma pankreas yang tidak bisa direseksi
diberikan suplemen gizi per hari sebanyak 2 sajian. Tiap saji suplemen
mengandung 310 kalori, 16,1 g protein, 1,09 g EPA. Passien yang mendapatkan
suplemen tersebut mengalami peningkatan berat badan signifikan pada minggu
ke-3 dan ke-7. Status performa dan nafsu makan membaik pada minggu ke-3.
Kesimpulan studi ini adalah bahwa pemberian suplemen yang diperkaya EPA
dapat mengatasi kakeksia penderita kanker pankreas stadium lanjut. 2

Studi oleh Guarcello dkk : pasien dengan kanker paru stadium lanjut yang akan
menjalani kemoterapi disertai malnutrisi diberi suplemen oral padat energi dan
protein yang mengandung EPA sebanyak 2 sajian per hari selama 60 hari. Pasien
yang mendapatkan suplemen mengandung EPA mengalami peningkatan berat
badan, asupan energi dan protein, kualitas hidup, nafsu makan, prealbumin,
transferin, dan berkurangnya kadar CRP di sirkulasi.

Studi oleh Weed dkk : pasien dengan kanker sel skuamous kepala dan leher
mendapatkan suplemen oral padat energi dan protein yang mengandung omega-3
asam lemak EPA. Suplemen tersebut mengandung 300 Kalori, 16 g protein, 1 g
EPA tiap sajian, diberikan 2 sajian per hari selama 2 minggu sebelum operasi.
Hasilnya adalah bahwa suplemen yang mengandung EPA dapat menghambat

bahkan mengembalikan penurunan berat badan serta meningkatkan massa otot


pada pasien dengan kanker kepala dan leher sel skuamous. 3
-

Studi oleh Read dkk : pasien dengan kanker kolorektal stadium lanjut yang akan
menjalani kemoterapi diberikan suplemen oral padat energi dan protein yang
mengandung EPA (EPA-ONS) sebanyak 408 ml setiap hari. Terjadi peningkatan
asupan energi, kadar fosfolipid plasma EPA. Sedangkan kadar CRP menurun pada
akhir intervensi.4

Studi oleh Fearon dkk : pasien dengan kanker pankreas stadium lanjut diberikan
suplemen padat energi yang mengandung EPA dan antioksidan (vitamin E)
selama 8 minggu. Ternyata pada kelompok yang diberikan suplemen tersebut
terjadi peningkatan berat badan, massa otot, dan kualitas kehidupan yang lebih
baik.5

pemberian makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) lebih
bermanfaat pada pasien leukemia karena sel-sel leukemia lebih rentan terhadap
peroksidasi lipid dan lebih sensitif terhadap terapi obat.

5. Apa hasil penelitian ini ?


Pada kelompok intervensi, 18 pasien didiagnosa leukemia ( acute
lymphoblastic leukemia, 6 acute myeloid leukemia) dan 15 menderita tumor padat (4
non-Hodgkin lymphoma, 3 neuroblastoma, 2 Wilms tumor, 2 tumor otak, 2 tumor
tulang ganas, 1 soft tissue tumor, and 1 hepatoblastoma). Pada kelompok kontrol, 11
pasien didiagnosa leukemia (7 acute lymphoblastic leukemia, 4 acute myeloid
leukemia), dan 8 menderita tumor padat (3 neuroblastoma, 2 soft tissue tumor, 1
tumor otak, 1 tumor ganas tulang, and 1 retinoblastoma).
Subyek mulai mengkonsumsi suplemen oral saat atau segera setelah diagnosis
klinis kanker ditegakkan. Perawat yang perpartisipasi dalam studi mengkonfirmasi
semua pasien mengkonsumsi seluruh suplemen setiap hari. Suplemen dikonsumsi
melalui rute oral saja dan tidak ditemukan adanya toleransi atau isu masalah rasa
selama studi.
-

Secara signifikan didapatkan lebih sedikit pasien yang mengalami penurunan BB


(6.1% vs. 47.4%; P0.001), BMI (12.1% vs. 52.6%; P=0.002), dan deviasi negatif
pada persentil BB normal (6.1% vs.31.6%; P=0.021) pada kelompok intervensi
dibandingkan kelompok kontrol. Bila hasil dari kelompok intervensi dan
10

kelompok kontrol dibandingkan pada akhir bulan ke-6 (sub kelompok N=23),
persentase pasien yang menunjukkan berkurangnya BB secara signifikan lebih
rendah pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (6.7% vs.50%;
P=0.03); namun demikian tidak didapatkan perbedaan yang signifikan dalam hal
penurunan IMT atau deviasi negatif persentil BB normal (P >0.05).
-

Pada pasien dengan leukemia, hasil menunjukkan lebih sedikit penurunan BB


yang signifikan (5.6% vs. 54.5%; P=0.006) dan turunnya IMT (11.1% vs.54.5%;
P=0.018) di kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Namun
demikian tidak ada perbedaan signifikan dengan kelompok pasien dengan tumor
solid (nilai P >0.05).

Analisis dari distribusi serangan febrile neutropenia menunjukkan tidak ada


perbedaan signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol dalam hal jumlah
serangan atau persentase pasien yang mengalami serangan (nilai P>0.05).

Setelah 3 bulan tingkat remisi pada pasien kelompok intervensi secara signifikan
lebih besar dibandingkan pasien kelompok kontrol yang tidak diberikan suplemen
gizi ((87.9% vs. 63.2%; P=0.036).

A. VALIDITAS
1. Apakah pasien yang diberikan perlakuan dilakukan secara acak? Dan
apakah daftar pengacakan tersembunyi?
Pemilihan subyek dilakukan secara consecutive, namun dalam mendapatkan
perlakuan, pasien dipilih secara acak. Subyek dilakukan randomisasi dengan
skema randomisasi 2:1.
2. Apakah semua pasien yang ikut dalam penelitian diperhitungkan hingga
akhir? Dan apakah mereka dianalisis dalam kelompok-kelompok yang mereka
acak?
Ya, semua pasien yang ikut dalam penelitian diperhitungkan sampai akhir. Semua
data dari kelompok kontrol maupun intervensi dianalisis menggunakan prosedur
Fishers Exact Test.
3. Apakah pasien dan peneliti dalam keadaan blind terhadap terapi yang
mereka terima?

11

Tidak, karena kelompok intervensi mendapatkan tambahan suplemen oral selain


makanan biasa, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan asupan
makanan biasa.
4. Apakah pasien memiliki karakteristik dasar yang sama pada awal penelitian
?
Ya
5. Selain perlakuan yang dibandingkan, apakah semua pasien mendapatkan
perlakuan yang sama ?
Ya, subyek pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mendapatkan
asupan makanan biasa sesuai standar rumah sakit.

B. IMPORTANCE
1. Seberapa besar efek dari penelitian ini?
Luaran : persentase subyek yang mengalami penurunan berat badan, penurunan IMT dan
deviasi negatif dari persentil berat badan normal pada akhir 3 bulan.
Persentase

pasien

yang Kelompok intervensi

Kelompok kontrol

mengalami :
Penurunan berat badan

6.1%

47.4%

Penurunan IMT

12.1%

52.6%

Deviasi

negatif

dalam 6.1%

47.4%

persentil BB

Jadi pasien kanker anak yang mendapatkan tambahan suplementasi oral padat energi dan
protein yang mengandung EPA akan lebih sedikit mengalami penurunan berat berat
badan, IMT dan deviasi negatif persentil berat badan dibandingkan pasien yang tidak
mendapatkan tambahan suplemen tersebut.

C. APPLICABILITY
1. Apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada pasien yang dihadapi?
Ya, subyek penelitian ini adalah pasien kanker anak (tumor solid dan hematologi)
yang tidak berbeda dengan pasien yang ada.
2. Apakah perlakuan yang diberikan dapat dilakukan dengan mudah di
lingkungan saya ?

12

Tidak, karena suplemen oral tersebut tidak tersedia di RSDK. Ada suplemen yang
mirip komposisinya, namun kadar EPAnya hanya 0.29 g.
3. Apakah potensi manfaat yang ada pada terapi ini lebih besar dari potensi
bahaya untuk pasien saya ?
Terapi yang diberikan pada penelitian ini tidak membahayakan pada dosis yang
dianjurkan.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Moses AWG, Slater C, Preston T, Barber MD, Fearon KCH. Reduced total energy
expenditure and physical activity in cachectic patients with pancreatic cancer can be
modulated by an energy and protein dense oral supplement enriched with n-3 fatty
acids. Br J Cancer. 0000;90(5):996-1002.
2. Barber MD, Ross JA, Voss AC, Tisdale MJ, Fearon KCH. The effect of an oral
nutritional supplement enriched with fish oil on weight-loss in patients with
pancreatic cancer. Br J Cancer. 1999;81(1):80-6.
3. Weed HG, Gaff RL, Ferguson ML, Deluca KS, Hustead DS, Knox VL, et al. Impact
of a protein and energy dense nutritional supplement containing eicosapentaenoic acid
on weight-losing patients with head and neck cancer. ASCO. 2005;23(16S):8112.
4. Read JA, Beale PJ, Volker DH, Smith N, Childs A, Clarke SJ. Nutrition intervention
using an eicosapentaenoic acid (EPA)-containing supplement in patients with
advanced colorectal cancer. Effects on nutritional and inflammatory status: a phase II
trial. Support Care Cancer. 2007;15(3):301-7.
5. Fearon KCH, von Meyenfeldt MF, Moses AGW, van Geenen R, Roy A, Gouma DJ,
et al. Effect of a protein and energy dense n-3 fatty acid enriched oral supplement on
loss of weight and lean tissue in cancer cachexia: a randomised double blind trial.
Gut. 2003;52(10):1479-86.

14

1.
Moses AWG, Slater C, Preston T, Barber MD, Fearon KCH. Reduced total energy
expenditure and physical activity in cachectic patients with pancreatic cancer can be modulated by an
energy and protein dense oral supplement enriched with n-3 fatty acids. Br J Cancer. 0000;90(5):9961002.
2.
Barber MD, Ross JA, Voss AC, Tisdale MJ, Fearon KCH. The effect of an oral nutritional
supplement enriched with fish oil on weight-loss in patients with pancreatic cancer. Br J Cancer.
1999;81(1):80-6.
3.
Weed HG, Gaff RL, Ferguson ML, Deluca KS, Hustead DS, Knox VL, et al. Impact of a
protein and energy dense nutritional supplement containing eicosapentaenoic acid on weight-losing
patients with head and neck cancer. ASCO. 2005;23(16S):8112.
4.
Read JA, Beale PJ, Volker DH, Smith N, Childs A, Clarke SJ. Nutrition intervention using an
eicosapentaenoic acid (EPA)-containing supplement in patients with advanced colorectal cancer.
Effects on nutritional and inflammatory status: a phase II trial. Support Care Cancer. 2007;15(3):3017.
5.
Fearon KCH, von Meyenfeldt MF, Moses AGW, van Geenen R, Roy A, Gouma DJ, et al.
Effect of a protein and energy dense n-3 fatty acid enriched oral supplement on loss of weight and
lean tissue in cancer cachexia: a randomised double blind trial. Gut. 2003;52(10):1479-86.

15

Anda mungkin juga menyukai