BERANI
KATAKAN
NO
untuk
KORUPSI
PEDOMAN
PELAKSANAAN
KAWASAN
AGRIBISNIS
UNGGAS
LOKAL
WBK
KEMENTERIAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN
DAN KESEHATAN HEWAN
PEDOMAN PELAKSANAAN
KAWASAN AGRIBISNIS UNGGAS LOKAL
KATA PENGANTAR
Unggas (ayam dan itik) merupakan komoditas yang sangat berperan
dalam penyediaan protein hewani serta mendukung perekonomian masyarakat
di pedesaan karena melibatkan kurang lebih 20,9 juta rumah tangga peternak
serta menyumbang 64,7% terhadap produksi daging nasional. Peluang
pengembangan usaha budidaya unggas, khususnya unggas lokal masih
sangat terbuka dan mempunyai prospek yang baik. Pengembangan budidaya
unggas lokal dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan potensi
unggas lokal seperti tersedianya sumber daya genetik yang sangat banyak,
tersedianya pakan lokal, tidak membutuhkan lahan yang luas dan tenaga kerja
yang tersedia di pedesaan.
Kegiatan pengembangan kawasan agribisnis unggas lokal merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan unggas lokal
yang dikelola secara terpadu/terintegrasi melalui pendekatan kelompok pada
satu kawasan/wilayah pengembangan unggas lokal. Kegiatan ini diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan nilai ekonomis usaha budidaya
yang dilakukan oleh peternak sehingga populasi, produksi dan produktivitas
ternak dapat ditingkatkan.
Petunjuk Pelaksanaan ini merupakan acuan kegiatan guna mendukung
kelancaran operasionalisasi di daerah. Hal ini penting dicermati agar tujuan
dan sasaran pengembangan kawasan agribisnis unggas lokal dapat tercapai.
Oleh karenanya diperlukan optimalisasi peran pendampingan dari Daerah
termasuk kompetensi dan dedikasi para pendamping agar masyarakat di
lokasi pengembangan kawasan unggas lokal dapat menerima manfaat dari
adanya fasilitasi Pemerintah.
Jakarta,
Januari 2013
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran ................................................................. 3
C. Ruang Lingkup.......................................................................... 4
D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan................................................... 4
E. Jadwal Pelaksanaan................................................................. 4
F. Pengertian................................................................................ 5
II.
ORGANISASI PELAKSANA.......................................................... 7
A. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan........... 7
B. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi ................. 7
C. Dinas Peternakan dan Kesehatan Kab./Kota........................... 8
D. Kelompok.................................................................................. 9
III. PELAKSANAAN............................................................................. 10
A. Sosialisasi ................................................................................ 10
B Seleksi...................................................................................... 10
1. Kriteria Lokasi....................................................................... 10
2. Kriteria Kelompok................................................................. 11
3. Seleksi, Verifikasi dan Penetapan Kelompok....................... 12
C. Pengembangan Budidaya Babi Ramah Lingkungan................ 13
IV.
V. PEMBINAAN................................................................................... 19
VI. INDIKATOR KEBERHASILAN....................................................... 20
VII. MONITORING DAN EVALUASI..................................................... 22
A. Monitoring dan Evaluasi........................................................... 22
B. Pelaporan................................................................................. 23
VIII. PENUTUP....................................................................................... 24
IX. LAMPIRAN..................................................................................... 25
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jadwal pelaksanaan kegiatan...............................................
15
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
25
Lampiran 2
30
Lampiran 3
31
Lampiran 4
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Unggas lokal (ayam lokal dan itik) merupakan salah satu komoditas
yang berperan cukup besar dalam penyediaan protein hewani, serta
mendukung perekonomian masyarakat di pedesaan. Dilihat dari data
total rumah tangga pertanian sebesar 52,9 juta RTP, sebesar 60,9%
merupakan rumah tangga peternakan, dimana 65,7% merupakan rumah
tangga yang melakukan kegiatan budidaya unggas (1,5% ayam ras,
98,5% ayam buras dan itik). Budidaya unggas lokal yang dilakukan para
peternak di pedesaan belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan konsep Good Farming Practice
(GFP).
2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai yaitumeningkatnya pengetahuan semua
pemangku kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya secara
optimal dalam pengembangan budidaya unggas secara terintegrasi
dan berada dalam satu wilayah/kawasan.
3. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pengembangan kawasan agribisnis
unggas lokal adalah terlaksananya usaha budidaya unggas lokal
KEGIATAN
BULAN
F M A M J
J A S O N D
Persiapan
Koordinasi dan
Sosialisai
Pelaksanaan CP/CL
Penetapan Kelompok
Terpilih
Pengadaan Barang
Monitoring dan
Pembinaan
Pelaporan
F.
Pengertian
a. Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) :
Kawasan Agribisnis Unggas Lokal adalah usaha budidaya unggas
lokal (ayam lokal dan itik) yang dilakukan secara terintegrasi dari hulu
ke hilir yang dilakukan oleh beberapa kelompok pada suatu wilayah
hamparan (kawasan) yang potensial untuk pengembangan unggas
lokal dengan menerapkan prinsip tata cara beternak yang baik (Good
Farming Practice/GFP).
b. Good Farming Practice (GFP) :
Budidaya Ternak yang Baik, dalam pedoman ini dimaksudkan sebagai
cara budidaya ternak ayam buras atau itik yang baik berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
c. Budidaya Unggas :
Adalah semua kegiatan /proses produksi yang dilakukan untuk
memproduksi hasil-hasil ternak unggas sesuai dengan tujuannya.
d. Unggas Lokal :
Adalah ayam bukan ras/ ayam kampung/ayam lokal maupun itik lokal
yang berasal dari ayam/itik asli Indonesia yang telah didomestikasi
untuk tujuan produksi telur dan daging.
e. Unggas Lokal Unggul Berkualitas:
Adalah unggas lokal ayam atau itik yang memiliki keunggulan baik
berasal dari ternak asli maupun dari hasil persilangan dan telah
dilepas baik secara ekonomis maupun teknis sebagai Galur atau
Rumpun yang dihasilkan oleh pembibit (breeder) yang telah terdaftar
atau dibina oleh Dinas Peternakan.
f. Pakan :
Adalah campuran dari beberapa bahan pakan, baik yang sudah
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus
untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis dan umur ternak.
g. Vaksin :
Adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan zat
kekebalan tubuh, sehingga tubuh dapat menahan serangan penyakit.
h. Vaksinasi :
Adalah memberikan vaksin atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan prosedur tertentu kepada ternak, untuk
merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, sehingga tubuh
dapat menahan serangan penyakit
i. Kelompok Usaha :
Adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis
untuk mencapai tujuan yang sama
j. Pemberdayaan :
Adalah suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang
kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan, didorong
untuk menjadi mandiri melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri
dengan potensi dan kemampuan sendiri dan difasilitasi pihak luar
untuk menciptakan kondisi yang kondusif.
k. Pendampingan :
Adalah salah satu bentuk fasilitasi Pemerintah atau pihak lain kepada
masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya yang lebih baik
(better farming) untuk meningkatkan taraf kehidupannya (better living).
BAB II
ORGANISASI PELAKSANA
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan fasilitasi dan pemberdayaan kelompok
dengan komoditi yang dikembangkan ternak unggas lokal, dibentuk Tim
Pelaksana baik di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian maupun di masing-masing Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dengan
tugas dan peran masing-masing sebagai berikut:
A.
B.
daerah;
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal
proposal
permohonan
kegiatan
pengembangan
BAB III
PELAKSANAAN
10
agribisnis
unggas
lokal
tidak
menyalahi
dan
dengan
11
12
C.
mengembangkan
usaha
budidaya
produktif
baik
untuk
13
14
BAB IV
PENGADAAN SARANA PRODUKSI
A. Sarana Produksi Pengembangan Unggas Lokal
Dalam rangka memperkuat pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas
Lokal dilakukan melalui penguatan sarana usaha yang meliputi pengadaan
ternak unggas, bantuan sarana perbaikan kandang, peralatan kandang,
pengadaan pakan, vaksin dan obat-obatan, bahan dan alat biosekuriti.
Tabel -2. Proporsi penggunaan dana Kawasan Agribisnis Unggas Lokal
(KAUL) berdasarkan jenis usaha unggas lokal
NO
A.
B.
C.
JENIS KEGIATAN
USAHA PRODUKTIF*)
1. - Pembelian Pullet
VOLUME
750 - 850 ekor
PROPORSI
%
45 %
60 %
- Pembelian DOC/DOD
2. Pakan Konsentrat
PENGEMBANGBIAKAN
1. Pembelian DOC/DOD
unggas lokal unggul
berkualitas
6.000 - 6.800 Kg
40 %
30%
50%
4.500 - 6.000 Kg
50%
2. Pakan Konsentrat
AGROINPUT PENUNJANG
1. Obat dan vaksin
2. Bahan dan Alat
Biosekuriti
3. Peralatan Kandang
4. Mesin Tetas
25%
1 paket
15%
1 paket
25%
1 paket
17%
2 unit
43%
15
B.
Proses Pengadaan
Proses pengadaan sarana produksi tersebut dilakukan melalui proses
lelang yang mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor. 70 tahun 2012.
Tahapan proses pengadaan meliputi :
1. Persiapan
Agar proses kegiatan berjalan dengan lancar, efektif dan efisien
pengadaan harus direncanakan dengan matang. Rencana pengadaan
sarana produksi ini dituangkan dalam kerangka acuan kegiatan (KAK)
yang di susun oleh tim teknis. Di dalam KAK di jelaskan tentang tujuan
kegiatan, sasaran kegiatan, waktu pelaksanaan, jenis dan jumlah
barang, sfesifikasi teknis barang, besarnya total perkiraan biaya
pekerjaan dan waktu pelaksanaan.
2. Pembentukan Tim Pengadaan
Mengacu kepada Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 bahwa
pengadaan barang dilaksanakan oleh tim yang di bentuk oleh pimpinan
unit organisasi (KPA). Dalam proses pengadaan barang yang harus
dibentuk meliputi : tim pengadaan dan tim penerima hasil pekerjaan/
barang.
a. Tim pengadaan.
Pembentukkan tim pengadaan barang terdiri dari 3-5 orang yang
memenuhi persyaratan yaitu sudah memiliki sertifikat pengadaan
barang dan jasa. Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:
1) Menyusun rencana pemilihan penyedia barang;
2) Menetapkan Dokumen pengadaan;
3) Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
4) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah/Institusi
masing-
16
17
kepada
kelompok
untuk
selanjutnya
dikembangkan.
18
BAB V
PEMBINAAN
Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas
ternak unggas lokal.
Pembinaan teknis meliputi pengembangan budidaya ternak unggas lokal
yang dapat dilakukan dalam bentuk usaha pembesaran, pengembangbiakan,
penetasan, atau kombinasi diantaranya, dan dapat dikembangkan sebagai
usaha khusus maupun terintegrasi dengan usaha subsektor/ sektor lain.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan dapat dilakukan
kerjasama dengan peternak maju, baik dalam hal pengadaan, tatalaksana,
maupun pemasaran.
Pembinaan usaha oleh pemerintah difokuskan kepada pengembangan usaha
budidaya ternak unggas lokal. Jenis-jenis usaha yang dikembangkan oleh
kelompok peternak budidaya ternak unggas lokal searah dengan program
pengembangan kawasan usaha peternakan yang telah ditetapkan.
Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) di daerah akan
berhasil secara optimal apabila pemerintah daerah, swasta dan masyarakat
memberikan dukungan sepenuhnya. Pemerintah daerah harus mampu
membuka peluang usaha bagi masyarakat peternakan melalui peraturan dan
kebijakan daerah, penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti jalan,
saluran irigasi, pasar, listrik, serta alokasi dana yang memadai bagi kegiatan
pendampingan kelompok. Kegiatan pendampingan harus dilakukan secara
berkelanjutan. Disamping itu pemerintah daerah juga bertanggung jawab
dalam pembinaan lanjutan bagi kelompok peternak sasaran dalam bentuk
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
19
BAB VI
INDIKATOR KEBERHASILAN
Evaluasi keberhasilan terhadap implementasi kegiatan perlu dilakukan sebagai
umpan balik penyempurnaan kegiatan dan akuntabilitas publik. Penilaian
kegiatan ini dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
1. Aspek teknis
a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sekitar lokasi kelompok,
seperti: bibit ternak, limbah tanaman untuk pakan ternak, bahan pakan
lokal;
b. Rekayasa teknologi produksi yang diaplikasikan secara efektif dan efisien
seperti: mesin tetas, obat-obatan, alat dan mesin dsb;
c. Perkembangan jumlah populasi dan kepemilikan ternak;
d. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak melalui peningkatan
populasi dan berkurangnya resiko kematian terhadap populasi ternak di
kelompok tersebut.
2. Aspek Kelembagaan
a. Perkembangan jumlah anggota atau kelompok yang menerima manfaat;
b.
Perkembangan partisipasi kelompok/anggota dalam pengambilan
keputusan;
c. Mengakomodasi aspirasi anggota kelompok serta masyarakat sekitarnya;
d. Meningkatnya kerjasama dengan stakeholder, seperti dalam pengadaan
pakan dan lain-lain;
e. Meningkatnya keterlibatan kelompok/anggota dalam menanggulangi
resiko usaha;
f. Kelompok mampu melakukan analisa, merencanakan dan memonitor
sendiri kegiatan-kegiatan yang dilakukannya;
g. Tidak ada lagi pendampingan secara rutin dari pemeritah (kelompok
mandiri);
h. Mengukuhkan dan memperkuat sistem dan usaha kelompok.
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal
20
3. Aspek Usaha
a. Perkembangan permodalan kelompok, baik interal (dari usaha yang
dilakukan oleh kelompok itu sendiri);
b. Kemampuan kelompok untuk mengakses sumber pembiayaan modal
usaha dari sumber eksternal (perbankan, investasi masyarakat dan
kemitraan, dll);
c. Meningkatnya kapasitas usaha dan peran masyarakat di sekitar kelompok
dalam mengembangkan usaha, memanfaatkan peluang usaha, seperti
usaha jasa, usaha pupuk kandang, usaha pembesaran karkas unggas,
usaha simpan pinjam, dsb;
d. Perkembangan peningkatan pendapatan anggota kelompok;
e. Perkembangan usaha dan peningkatan skala usaha kepemilikan ternak;
f. Perkembangan usaha agribisnis masyarakat di sekitar kelompok
tersebut.
21
BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A.
dan
evaluasi
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan
untuk
22
B. Pelaporan
Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui kemajuan pengembangan
kinerja usaha kelompok di lapangan. Untuk itu perlu ditetapkan mekanisme
sistem pelaporan sebagai berikut :
1. Kelompok wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
setiap bulan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
2. Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dari kelompok pelaksana kegiatan untuk disampaikan ke
Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi setiap triwulan dengan ditembuskan ke Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Budidaya Ternak.
3. Dinas yang membidangi fungsi peternakan Propinsi melakukan
rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari
Kabupaten/Kota dan selanjutnya setiap triwulan menyampaikan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq.
Direktur Budidaya Ternak.
23
BAB VIII
PENUTUP
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal
(KAUL) ini disusun untuk dipedomani oleh pelaksana baik ditingkat pusat
maupun daerah dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan di
lapangan. Petunjuk pelaksanaan ini bilamana dipandang perlu dapat dijabarkan
lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan oleh dinas provinsi.
Diharapkan dengan adanya Pedoman pelaksanaan ini, semua pelaksana
kegiatan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kelompok pelaksana serta
stakeholder terkait dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik
dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan dengan mengacu
pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.
24
Lampiran - 1
SURAT PERJANJIAN KERJASAMA
NOMOR : ....................................
ANTARA
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS........ PROVINSI/KAB/KOTA
DENGAN
KELOMPOK TANI TERNAK ............................
DESA ....................., KECAMATAN ..................., KABUPATEN .................
PROVINSI .......................................................................
TENTANG
PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS UNGGAS LOKAL (KAUL)
TAHUN 2012
Pada hari ini ............... tanggal ................. bulan ..................... tahun dua
ribu dua belas bertempat di Kantor Dinas....Prov/Kab/Kota, Jalan ..........No.
Prov...Kab/Kota...... kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. ...................... :
2.
25
Kepala
Dinas.Prov/Kab/Kota
Nomor.tanggal.
26
Pasal 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan
mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya;
2. PIHAK PERTAMA berwenang mengadakan pemantauan, pengawasan
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;
3. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan pengembangan budidaya unggas lokal di pedesaan kepada
PIHAK PERTAMA, setiap bulan;
4. Dalam
melaksanakan
kegiatannya
PIHAK
KEDUA
berkewajiban
27
PIHAK
KEDUA
sehingga
mengakibatkan
tertundanya
b. Peperangan;
c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 7
LAIN-LAIN
1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini
menjadi beban PIHAK KEDUA;
2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan
bagian yang tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;
3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih
dahulu telah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.
28
Pasal 8
PENUTUP
Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan
penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun
dan dibuat rangkap 2 (dua) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum
yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA
Ketua Kelompok
PIHAK PERTAMA
Pejabat Pembuat Komitmen
Dinas.......Prop/Kab/Kota......
.....................................
.........................................
NIP..................................
29
Lampiran -2
BERITA ACARA PENITIPAN BARANG
Pada hari ini ..tanggal ..bulan tahun Dua Ribu Tiga Belas,
bertempat .. telah dilakukan penitipan barang ..
antara :
1. N a m a
Jabatan
Alamat
:
:
:
(nama)
Jabatan.
PIHAK KEDUA
(nama)
.......................................(ketua klp)
30
Lampiran -3
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
Nomor : ..
Pekerjaan : Pengadaan Sarana Produksi....................................
Pada hari ini ..tanggal ..bulan tahun Dua Ribu Tiga Belas,
bertempat .. telah dilakukan serah terima ..
antara :
1. N a m a
Jabatan
Alamat
:
:
:
(nama)
........................................(Jabatan)
(nama)
NIP.................................................
31
32
Awal
3
Jumlah Anggota
Kelompok
2
:
:
: I / II / III / IV
10
Permasalahan
Email : budidayaternakunggas@yahoo.co.id
Ketua Kelompok
., tgl
..
No.
Nama Kelompok
Kab/Kota, Provinsi
Laporan Triwulan
Lampiran - 4
11
Keterangan