Anda di halaman 1dari 3

Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu

Selatan, Kepulauan Seribu


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Pulau Untung Jawa


Kelurahan
Negara
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Kodepos
Luas
Penduduk
Kepadatan

Indonesia
Jakarta
Kepulauan Seribu
Kepulauan Seribu Selatan
14510
... km
... jiwa
... jiwa/km

Pulau Untung Jawa adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan,
Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia.

Daftar isi

1 Sejarah
o 1.1 Pindah
o 1.2 Serangan Nyamuk besar-besaran
o 1.3 Menjadi Desa Wisata Nelayan

Sejarah
Di usianya yang cukup tua (sekitar 6 generasi), Pulau Untung Jawa menyimpan "sekelumit
sejarah" seputar pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang. Saat Indonesia dikuasai Oleh Hindia
Belanda, ternyata pulau-pulau di wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa sudah dikuasai oleh
orang-orang pribumi yang berasal dari daratan Pulau Jawa. Sejak tahun 1920-an wilayah ini
dipimpin oleh seseorang yang biasa dipanggil dengan sebutan 'Bek' (Lurah-red) Fi'i dan Bek
Kasim, yang berdomisili di Pulau Kherkof dan memimpin beberapa pulau.
Penguasaan Belanda menjadikan nama-nama pulau yang ada dikepulauan seribu sekarang yang
kita kenal berbau Belanda, kemudian pasca kemerdekaan RI nama nama tersebut telah diubah.
beberapa nama pulau yang diganti adalah sebagai berikut :

Pulau Amiterdam menjadi Pulau Untung Jawa.

Pulau Middbur menjadi Pulau Rambut (suaka margasatwa).


Pulau Rotterdam menjadi Pulau Ubi Besar.
Pulau Sehiedam menjadi Pulau Ubi Kecil.
Pulau Purmerend menjadi Pulau Sakit kemudian diubah kembali menjadi Pulau Bidadari.
Pulau Kherkof menjadi Pulau Kelor.
Pulau Kuiper menjadi Pulau Cipir/Khayangan.
Pulau Kapal/Pulau Sibuk menjadi Pulau Onrust.

Pindah
Sekitar tahun 1930-an, karena kondisi daratan pulau yang abrasi (terkikis oleh air laut), Bek
Marah (nama Lurah tersebut) menganjurkan rakyatnya yang tinggal di Pulau Kherkof untuk
pindah ke Pulau Amiterdam (Untung Jawa).
Perjalanan dengan kapal layar sampailah di Pulau Amiterdam, dan penduduk asli pulau
menerima dengan tangan terbuka. Nama asli penduduk Amiterdam tersebut antara lain Cule,
Kemple, Derahman, Derahim, Selihun, Sa'adi, Saemin dll, mereka menganjurkan agar segera
memilih lahan untuk langsung 'digarap'. Akhirnya Pulau Amiterdam berganti nama menjadi
"Pulau Untung Jawa" yang berarti keberuntungan bagi orang orang dari daratan Pulau Jawa saat
itu.
Berakhirnya nama Amiterdam dan berakhir pula pulau kepemimpinan Bek Marah yang
kemudian digantikan oleh Bek Midih dengan masa jabatan selama kurang lebih 10 tahun, lalu
dilanjutkan kembali oleh Bek Markasan kemudian Bek Saenan.

Serangan Nyamuk besar-besaran


Sekitar tahun 1940-an tibalah kemalangan bagi penduduk Pulau Untung Jawa yakni datangnya
serangan nyamuk besar-besaran, karena tak tahan dengan penderitaan rakyatnya, Bek Saenan
menyarankan untuk bermukim ke Pulau Ubi Besar. Namun kiranya penderitaan seakan tiada
pernah ada hentinya. Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari hari yang biasa mereka dapat
dari Pasar Ikan Sunda Kelapa menjadi sangat sulit. Ini diakibatkan oleh penjajahan Nippon
(Jepang) saat itu.
Tahun 1945 perubahan besar terjadi diseluruh pelosok Nusantara karena Indonesia telah merdeka
dari belenggu penjajah. Perubahan inipun dirasakan oleh masyarakat kepulauan seribu pada
umumnya. Antara lain kata 'Bek' berubah menjadi Lurah begitu juga dengan kepemimpinannya.
Pemerintahan bukan lagi Hindia Belanda atau Jepang, melainkan Pemerintahan Indonesia.
Berubahnya mekanisme kepemerintahan, Bek Saenan pun digantikan oleh Lurah pertama yaitu
Lurah Maesan.
Hari berganti hari, bulanpun demikian, tanpa disadari Pulau Ubi Besar tak luput dari abrasi. Atas
prakarsa Lurah Maesan dengan persetujuan pemerintah mereka hijrah yang kedua kalinya ke
Pulau Untung Jawa.

Menjadi Desa Wisata Nelayan


Pada 13 Februari 1954, Lurah bersama penduduk berinisiatif mendirikan tugu peringatan
kepindahan yang terletak di tengah tengah pulau tersebut. Mulai saat itu semakin banyak
kemajuan yang dirasakan masyarakat Pulau Untung Jawa dan pemerintah DKI tidak tinggal diam
memperhatikan kemajuannya.
Lama sudah kepemimpinan Lurah Maesan dan kemudian dilanjutkan oleh lurah-lurah lainnya.
Nama-nama lurah yang memimpin di Pulau Untung Jawa sampai dengan sekarang ini adalah :
Maesan, Muran, sumawi, Marzuki, Safi'i, Abdul Manaf, Machbub Sanadi, Haman Sudjana,
Ambas, Slamet Riyadi S.sos, Agus Irwanto dan Eko Suroyo, S.Sos., M.Si.
Pemerintah dengan segala daya upaya yang didukung oleh masyarakat terus meningkatkan
pembangunan dan taraf kehidupan. Dan akhirnya mulai tahun 2002 Pulau Untung Jawa
dicanangkan sebagai Desa Wisata Nelayan

Anda mungkin juga menyukai