Anda di halaman 1dari 17

Dehidrasi

Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena pingsan setelah berolahraga. Pada
pemeriksaan fisik, tampak lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit,
temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera diberikan
infus cairan kristaloid (elektrolit). Hasil pmeriksaan laboratorium menunjukkan: kadar natrium:
130 mEq/L, Kalium: 2.5 mEq/L, dan Klorida: 95 mEq/L. Setelah kondisi membaik pasien
diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika Islam.

Sasaran Belajar
L.O.1 Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan
L.I.1.1 Larutan
L.I.1.2 Cairan

L.O.2 Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Tubuh
Manusia
L.I.2.1 Fungsi Cairan dan Elektrolit
L.I.2.2 Mekanisme Cairan dan Elektrolit pada Manusia

L.O.3 Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi (Gangguan Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit pada Manusia)
L.I.3.1 Definisi Dehidrasi
L.I.3.2 Jenis-Jenis Dehidrasi
L.I.3.3 Patofisiologi Dehidrasi
L.I.3.4 Gejala Klinis Dehidrasi
L.I.3.5 Penatalaksanaan Dehidrasi

L.O.4 Memahami dan Menjelaskan Mineral-Mineral pada Tubuh Manusia


L.I.4.1 Natrium
L.I.4.2 Kalium
L.I.4.3 Klorida

L.O.5 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam


L.I.5.1 Adab minum sesuai ajaran Islam
L.I.5.2 Hubungan Antara Adab Minum dengan Kesehatan

L.O.1 Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan


L.I.1.1 Larutan
Larutan merupakan campuran zat dengan sifat homogen yang terdiri dari solute dan solvent.
Solute dan solvent dapat berupa zat padat, zat cair, dan zat gas.
Macam-macam larutan dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Berdasarkan fasanya (wujud zat)

2) Berdasarkan kejenuhannya
Larutan
Belum jenuh
Jenuh

Sudah Jenuh

Secara Kualitatif
Solute masih bisa larut dalam solvent
Solute larut solute tak larut

Secara Kuantitatif
Qc < Ksp
Qc = Ksp

Keadaannya
berada
dalam
kesetimbangan
Mengendap semua (sudah terdapat Qc > Ksp
endapan)

3) Berdasarkan daya hantar listriknya


Kekuatannya bergantung pada nilai (koefisien ionisasi). Nilai berkisar antara 0-1.
Larutan
Elektrolit

Non elektrolit

Nilai
- Elektrolit kuat = 1; karena larutan terionisasi dengan
sempurna
- Elektrolit lemah 0 1
= 0; karena tidak ada yang terionisasi
3

4) Berdasarkan kepekatan
a) Larutan encer: larutan yang mengandung relative sedikit solute dalam larutan
b) Larutan pekat: larutan yang mengandung banyak solute dalam larutan
Fungsi Larutan :
Secara umum larutan berfungsi untuk membentuk suatu zat baru antara solut(zat yang
dilarutkan) dan solvent(zat pelarut). Selain itu, larutan juga berfungsi sebagai:
1. Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga
karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat.
a. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H
konjugasi bikarbonat (HCO 3 ).

CO

) dengan basa

H 2 CO 3 (aq) --> HCO 3(aq) + H + (aq)


Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari
maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan
oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi
asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit
gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita
alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat
membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas
terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini
mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan
hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b. Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya
dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi
hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) HbO 2 - + H +
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin

Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga
pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin
yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin.
Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang
diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH
darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan
monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ).
H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) --> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) --> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
L.I.1.2 Cairan
Cairan tubuh adalah cairan suspensi dalam sel, yang memiliksi sifat fisiologis homeostasis
yakni akan membuat agar keadaan cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Tubuh manusia
khusunya orang dewasa 60% dari berat badannya merupakan cairan. Presentasinya dapat
berubah bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan
seseorang, presentase tersebut semakin menurun. Hal tersebut karena ketika semakin menua
biasanya berhubungan dengan peningkatan presentase lemak tubuh. Orang yang memiliki lemak
lebih banyak memiliki cairan yang lebih sedikit karena kandungan air di dalam sel lemak lebih
rendah daripada air di dalam sel lainnya.
Ada dua kompartemen cairan dalam tubuh manusia, kompartemen ekstraseluler yang terdiri
dari plasma dan interstisial. Ada juga kompartemen interseluler.

1) Kompartemen Cairan Intrasel


Cairan intrasel dipisahkan dari cairan ekstrasel oleh membrane sel yang sangat
permeable terhadap air, tetapi tidak permeable terhadap sebagian besar elektrolit
dalam tubuh. Komposisi dari cairan intrasel terdiri dari kation kalium dan anion
phosphate dalam jumlah yang sangat besar. Ditambah ion magnesium dan sulfat
dalam jumlah sedang. Dalam intrasel juga mengandung sejumlah besar protein,
hamper empat kali jumlah protein plasma.
2) Kompartemen Cairan Ekstrasel
Dalam CES, dibagi menjadi 3 yaitu cairan interstitial, intravascular, dan transeluler.
Cairan interstitial adalah cairan antar sel, yang berada diantara sel-sel. Cairan
intravaskuler adalah cairan yang berada dalam pembuluh darah. Cairan transeluler
adalah cairan yang terkandung dalam rongga-rongga khusus interstisial dan plasma.
Keduanya dibatasi oleh membrane kapiler yang sangat permeable kecuali oleh protein
plasma sehingga protein di plasma lebih banyak terdapat daripada di interstisial.
Karena protein plasma mempunya muatan akhir negative, jadi pada plasma lebih
banyak terdapat kation (natrium) sedangkan pada interstisial lebih banyak terdapat
anion (klorida). Komposisi cairan ekstrasel diatur oleh ginjal sehingga akan menjaga
konsentrasi elektrolit tubuh.
Fungsi cairan:
a. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
b. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan
dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan
berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.
c. Membuang racun dan sisa makanan
6

Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam
tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan
pernafasan.
d. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam
tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat
pengaruh suhu udara dari luar tubuh.

e. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan
membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi
lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.

f. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam
bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar
tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan
terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
g. Sendi dan Otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan
cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
h. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai
berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

L.O.2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Tubuh
L.I.2.1 Fungsi Cairan dan Elektrolit
Peranan cairan intrasel:
1. Pada proses menghasilkan,menyimpan,dan penggunaan energi.
2. Proses perbaikan sel
3. Proses replikasi
4. Dan fungsi khusus: sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan
osmolalitas cairan ekstrasel
Peranan cairan ekstrasel : sebagai pengatur osmolaritas plasma

L.I.2.2 Mekanisme Cairan dan Elektrolit pada Manusia


Kestabilan cairan tubuh terjadi karena adanya pertukaran cairan dan zat terlarut yang terus
menerus dengan lingkungan eksternal, dan dalam berbagai kompartemen tubuh lainnya. Asupan
cairan yang sangat bervariasi harus disesuaikan dengan pengeluaran yang sebanding dari tubuh
untuk mencegah penurunan atau peningkatan volume cairan tubuh.
Sumber utama pemasukan cairan tubuh ada 2, pertama berasal dari air atau cairan dalam
makanan, yang normalnya akan menambah cairan tubuh sekitar 2100 ml/hari dan kedua berasal
dari sintesis di tubuh sebagai hasil olksidasi karbohidrat yang menambah sekitar 200 ml/hari.
Pengeluaran cairan tubuh dapat terjadi dari kehilangan air insensible melalui kulit dan paruparu, kehilangan air lewat keringat, feses, dan ginjal. Volume keringat yang normal kira-kira 100
ml/hari namun ketika cuaca yang sangat panas atau selama aktivitas berat, kehilangan cairan
melalui keringat bisa mencapai 1-2 liter per hari. Jika tidak diimbangi dengan asupan untuk
ditingkatkan dengan mengaktifkan mekanisme haus maka akan terjadi penurunan volume cairan
tubuh dan berakibat gangguan keseimbangan cairan tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh banyak diatur oleh system ginjal. Ginjal bertugas
untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi air dan elektrolit yang berlebihan.
Keterangan pemasukan dan pengeluaran air perhari.

kulit
Makan dan minum

0,9L/hari
paru

2,2L/hari
8

urin

1,5L/hari

feses

0,1L/hari

Metabolisme

0,3L/hari

L.O. 3 Memahami dan menjelaskan tentang dehidrasi.


L.I 3.1 Menjelaskan definisi dehidrasi.
Dehidrasi adalah keadaan dimana volume air berkurang tanpa disertai berkurangnya elektrolit
(Na+) atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya Na+ dicairan elektrolit. Akibatnya
terjadi peningkatan Na+ di ekstrasel, sehingga cairan intra sel akan masuk kecairan ekstrasel
(volume intra sel berkurang). 40% hilang dari ekstra sel dan 60% hilang di intrasel.
L.I.3.2 Jenis-jenis dehidrasi
1. Berdasarkan derajat
Dehidrasi ringan
Dehidrasi ringana dalah dimana kehilangan 5% cairan dari berat badan sebelum
sakit.
Dehidrasi sedang
Dehidrasi sedang adalah dimana kehilangan 5-10% cairan dari berat badan
sebelum sakit.
Dehidrasi berat
Dehidrasi berat adalah dimana kehilangan >10% cairan dari berat badan sebelum
sakit.
2. Berdasarkan tipe
Dehidrasi Isotonis
Dehidrasi Isotonis kekurangan air dan elektrolit terjadi dalam proporsi seimbang.
Dehidrasi Hipertonis
Dehidrasi Hipertonisa dalah kehilangan cairan melebihi kehilangan elektrolit.
Dehidrasi Hipotonis
Dehidrasi Hipotonis adalah kehilangan elektrolit melebihi kehilangan cairan.
L.I.3.3 Patofisiologi dehidrasi
1. Dehidrasi Isotonis
Kadar Na+ menurun atau normal, Cl- menurun, dan K menurun atau normal.
2. Dehidrasi Hipertonis
Kadar Na+ meningkat, Cl- meningkat, dan K bervariasi.
3. Dehidrasi Hipotonis
Kadar Na+ menurun, Cl- menurun, dan K bervariasi.

10

L.I.3.4 Gejala Klinis


Tanda
Kehilangan cairan
Warna kulit
Turgor kulit
Membrane mukosa
Haluaran urin
Tekanan darah
Denyut nadi

Ringan
<5%
Pucat
Menurun
Kering
Menurun
Normal
Normal

Sedang
5-10 %
Abu-abu
Tidak elastis
Sangat kering
Oliguria
Mulai rendah
Semakin meningkat

Berat
> 10 %
Bercak-bercak
Sangat tidak elastis
Pecah-pecah
Oliguria nyata
Semakin rendah
Cepat dan panjang

L.I.3.5 Penatalaksanaan dehidrasi :


Dehidrasi ringan, diberikan cairan per oral, berupa oralit, larutan gula-garam, air tajin, kuah
sayur atau cairan rumah tangga lainnya. Banyaknya cairan yang di anjurkan adalah 50ml/kg BB,
yang dapat di berikan dalam 4-6jam.
Dehidrasi sedang, di berikan cairan oralit per oral sebanyak 100ml/kg BB selama 4-6jam.
Adapun cairan-cairan yang dapat digunakan untuk mengobati dehidrasi adalah:
1. Cairan rehidrasi oral dengan komposisi:
NaCl (0,9% larutan saline 390ml
Glukosa (5% dalam air) 400ml
kCl (2mEq/ml) 10ml
NaOHCO3 (1mEq/ml) 30ml
Air sampai 1L
2. Cairan rehidrasi parenteral
Cairan rehidrasi parenteral yang biasa digunakan adalah Ringer Laktat, sebanyak
30ml/kg BB dalam 1jam pertama, dilanjutkan dengan 10ml/kg BB selama 7jam
berikutnya.
Untuk dehidrasi berdasrkan tipenya juga bisa diberikan:
1. Dehidrasi Isotonis : Diberilarutan NaCl 0,9 %
2. Dehidrasi Hipertonis : Larutan dextore 5 % NaCl normal, dextore 5 % dalam NaCl 0,45%.
3. Dehidrasi Hipotonis : Mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet Na+, bila perlu
pemberian cairan hipertonik.

11

L.O.4. Memahami dan Menjelaskan Mineral-Mineral pada Tubuh Manusia


L.I. 4.1 Memahami dan Menjelaskan Natrium
Natrium merupakan kation utama yang terdapat di cairan ekstraseluler (CES). Kadar
normal natrium pada tubuh diregulasikan oleh system ginjal dan dipengaruhi oleh hormone
aldosterone. Natrium merupakan solute utama pada plasma, sehingga tinggi/rendahnya kadar
natrium yang menentukan tinggi/rendahnya osmolaritas plasma. Kadar osmolaritas ini yang akan
menentukan keseimbangan elektrolit pada tubuh kita. Natrium penting dalam aktifitas saraf-saraf
otot dan pompa ion Natrium-Kalim ATP-ase. Dan natrium juga penting dalam mengatur
keseimbangan asam basa tubuh.
Konsentrasi normal natrium pada serum plasma yaitu 135-145 mEq/L. untuk perharinya
tubuh manusia membutuhkan pemasuka natrium sebesar 2-4 gram. Kadar normal natrium pada
urin yaitu 40-220 mEq/L per harinya. Natrium lebih banyak diekskresikan melalui system ginjal
dan sedikt dikeluarkan melalui keringat dan feses.
Gangguan Keseimbangan Natrium
1) Hiponatremia
Hiponatremia akan terjadi apabila konsentrasi natrium pada plasma kurang dari 135
mEq/L. berkurangnya konsentrasi natrium tersebut bisa disebabkan kehilangan natrium
atau penambahan air pada CES. Kehilangan natrium tersebut biasanya terjadi pada
dehidrasi hipo-osmotik dan berhubungan dengan penurunan volume CES.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiponatremia, berhubungan dengan
pengeluaran natrium klorida, antara laindiare dan muntah. Penggunaan diuretic yang
berlebihan juga dapat menyebabkan hiponatremia karena menghambat kemampuan ginjal
untuk mempertahankan natrium. Hiponatremia juga bisa terjadi akibat retensi air yang
berlebihan sehingga menyebabkan overhidrasi hipoosmotik. Biasanya keadaan ini
disebabkan karena sekresi hormone ADH yang berlebihan dan akhirnya akan
mereabsorbsi air dalam jumlah yang banyak.
2) Hipernatremia
Hypernatremia akan terjadi apabila kadar natrium pada CES melebihi 146 mEq/L.
berlebihnya konsentrasi natrium pada CES dapat disebabkan karena berkurangnya air
pada CES atau kelebihan natrium pada CES.
Jika yang terjadi adalah kehilangan air pada CES, maka akan terjadi dehidrasi
hiperosmotik. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus dan pada orang
yang melakukan olahraga berat berkepanjangan. Pada pasien diabetes insipidus, pasien
tidak dapat mengekskresi hormone ADH sehingga reabsorbsi air jadi berkurang dan akan
mengeluarkan urin encer karena banyaknya air yang dikeluarkan. Sedangkan pada oramg
12

yang berolahraga berat, banyak air yang keluar namun tidak disertai dengan asupan
pemasukan air sehingga akan meningkatkan osmolalitas CES.
Hypernatremia dapat juga terjadi akibat penambahan natrium klorida yang berlebihan
pada CES. Hal ini terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan natrium
klorida ekstrasel biasanya juga berhubungan dengan beberapa derajat retensi air oleh
ginjal.
Ketika menganalisis kelainan konsentrasi natrium dalam plasma dan penentuan terapi
yang akan dilaksanakan, maka perlu diperhatikan apakah kelainan ini disebabkan oleh
kehilangan atau penambahan natrium atau kehilangan atau penambahan air primer.
Sehingga terapi yang akan dilaksanakan dapat mengoreksi ketidakseimbangan cairan
yang terjadi.
L.I.4.2 Kalium
Kalium merupakan kation primer pada cairan intrasel. Kalium berfungsi dalam sintetis
protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaram hormone, transport cairan, dan
perkembangan janin. Kadar normal kalium pada plasma yaitu 3.5-5 mEq/L. ekskresi kalium
melalui ginjal sekitar 80-90% dan 10-20 % diekskresikan melalui feses. Pada keadaan normal,
tubuh membutuhkan pemasukan kalium 40-60 mEq [er hari. Dan kadar normal kalium pada urin
sebesar 20-120 mEq per hari. Untuk menjaga kestabilan kalium diperlukan keseimbangan
elektrokimia yaitu keseimbangan antara kemampuan muatan negative dalam sel untuk mengikat
kalium dan kemampuan kekuatan kimiawi yang akan mendorong kalium keluar dari sel.
Gangguan Keseimbangan Kalium
1) Hipokalemia
Seseorang akan mengalami hypokalemia apabila kadar kalium dalam plasma
kurang dari 3.5 mEq/L. penyebab hypokalemia dapat dibagi sebagai berikut:
1) asupan kalium yang kurang.
2) pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat.
3) kalium masuk ke dalam sel.
Pengeluaran kalium yang berlebihan pada keadaan muntah atau pemakaian selang
nasogastric, pengeluaran bukan melalui saluran cerna bagiannya atasnya melainkan
banyak keluar melalui ginjal. Hal itu karena muntah/selang nasogastric menyebabkan
alkalosis sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi glomerulus yang akan mengikat
kalium di tubulus distal.

13

Kalium dapat masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel., pemberian
insulin, peningkatan aktivitas beta adregenik (pemakaian 2-agonis), paralisis periodic
hipokalemik, dan hipotermia
2) Hiperkalemia
Seseorang dikatakan mengalami hyperkalemia apabila kadar kalium plasma lebih
dari 5 mEq/L. penyebab hyperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya kalium dari
intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal.
Keluarnya kalium dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolic. Dan
berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hipoaldosteronisme,
gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif.
L.I.4.3 Klorida
1. Sumber : garam dapur
2. Kadar normal : 96 - 106 mEq / L
3. Fungsi
Anion utama cairan ekstraseluler, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengatur
tekanan osmotik, peranan khusus dalam darah karena fungsinya pada pergeseran klorida,
membentuk asam hidroklorida dalam getah lambung.
4. Kelebihan : hiperkloremik
5. Kekurangan : hipokloremik
6. Eksresi
Tergantung oleh natrium, jika tubuh banyak kehilangan natrium, tubuh pun akan
kehilangan klor. Tetapi, klor juga dapat lebih banyak hilang pada saat kehilangan cairan
lambung oleh muntah-muntah atau pada obstruksi pilorus atau duodenum
Gangguan pada hipokloremia dan hiperkloremia mengikuti gangguan pada keseimbangan
natrium karena natrium dan klorida merupakan kation dan anion primer pada cairan ekstrasel.

14

L.O.5 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam


L.I.5.1 Adab minum sesuai ajaran Islam
1. Memulai minum dengan membaca basmallah.
Diantara sunnah Nabi adalah mengucapkan basmallah sebelum minum. Hal ini
berdasarkan hadits yang memerintahkan membaca bismillah sebelum makan. Bacaan
bismillah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan bismillah tanpa tambahan arRahman dan ar-Rahim.
Dalilnya:
Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wahai
anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah makanan yang berada di dekatmu. (HR Thabrani dalam Mujam Kabir)
2. Minum dengan tangan kanan.
Dalilnya:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika salah seorang dari kalian hendak
makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum
dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan
tangan kirinya. (HR. Muslim).
3. Tidak bernafas dan meniup air minum.
Dalilnya:
Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika kalian minum maka
janganlah bernafas dalam wadah air minumnya. (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no.
263)
4. Bernafas tiga kali ketika minum.
Dalilnya:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau mengatakan, Ketika Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum
sebanyak tiga kali. Dan beliau bersabda, Hal itu lebih segar, lebih enak dan lebih nikmat.

15

5. Larangan minum langsung dari mulut teko/ceret.


Dalilnya:
Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah melarang minum langsung dari mulut
qirbah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air minum yang lainnya. (HR Bukhari
no. 5627).
6. Minum dengan posisi duduk.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri,
maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya. (HR. Ahmad no 8135)
7. Menutup bejana air pada malam hari.
Tutuplah bejana-bejana dan wadah air. Karena dalam satu tahun ada satu malam, ketika
ituturun wabah, tidaklah ia melewati bejana-bejana yang tidak tertutup, ataupun wadah air
yang tidak diikat melainkan akan turun padanya bibit penyakit. (HR. Muslim)

L.I.5.2 Hubungan Antara Adab Minum dengan Kesehatan


Adapun penjelasan dari hadist HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728. Larangan
bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut
mengotori air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari
mulut dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan hal-hal semacam itu.
Minum dengan posisi duduk juga akan membuat air yang kita minum mengalami
penyaringan oleh sfinger sehingga dapat menghindari terjadinya pengendapan limbah-limbah di
saluran ureter. Sfinger adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air
kemih bisa lewat) dan menutup.Ia berfungsi untuk membantu kerja ginjal. Tanpa adanya
penyaringan oleh sfinger ini maka dapat menyebabkan munculnya penyakit kristal ginjal. Fungsi
sfinger sebagai penyaring air minum ini hanya dapat bekerja ketika kita minum dengan duduk
dan sfinger tidak akan berfungsi jika kita minum dengan berdiri.

16

Daftar Pustaka
FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa edisi ke-2.
Guyton AC, Hall JE. (2008). Fisiologi Kedokteran 11th Ed,ab. Setiawan dkk, Jakarta:
EGC
Kee JL, Paulanka BJ. (2000). Handbook of Fluid, Electrolyte, and Acid Base Imbalances.
Canada: Delmar, Thomson Learning
Mahmud, M H. (2007) Terapi Air. Jakarta: QultumMedia
Muscari, Mary E. (2005). Keperawatan Pediatric edisi ke-3
Price, Sylvia. (1995). Patofisiologi edisi ke-4
Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC
Siregar, P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I edisi kelima. (2009). Sudoyo dkk (eds), halaman 175-189

17

Anda mungkin juga menyukai