Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena pingsan setelah berolahraga. Pada
pemeriksaan fisik, tampak lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit,
temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera diberikan
infus cairan kristaloid (elektrolit). Hasil pmeriksaan laboratorium menunjukkan: kadar natrium:
130 mEq/L, Kalium: 2.5 mEq/L, dan Klorida: 95 mEq/L. Setelah kondisi membaik pasien
diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika Islam.
Sasaran Belajar
L.O.1 Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan
L.I.1.1 Larutan
L.I.1.2 Cairan
L.O.2 Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Tubuh
Manusia
L.I.2.1 Fungsi Cairan dan Elektrolit
L.I.2.2 Mekanisme Cairan dan Elektrolit pada Manusia
2) Berdasarkan kejenuhannya
Larutan
Belum jenuh
Jenuh
Sudah Jenuh
Secara Kualitatif
Solute masih bisa larut dalam solvent
Solute larut solute tak larut
Secara Kuantitatif
Qc < Ksp
Qc = Ksp
Keadaannya
berada
dalam
kesetimbangan
Mengendap semua (sudah terdapat Qc > Ksp
endapan)
Non elektrolit
Nilai
- Elektrolit kuat = 1; karena larutan terionisasi dengan
sempurna
- Elektrolit lemah 0 1
= 0; karena tidak ada yang terionisasi
3
4) Berdasarkan kepekatan
a) Larutan encer: larutan yang mengandung relative sedikit solute dalam larutan
b) Larutan pekat: larutan yang mengandung banyak solute dalam larutan
Fungsi Larutan :
Secara umum larutan berfungsi untuk membentuk suatu zat baru antara solut(zat yang
dilarutkan) dan solvent(zat pelarut). Selain itu, larutan juga berfungsi sebagai:
1. Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga
karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat.
a. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H
konjugasi bikarbonat (HCO 3 ).
CO
) dengan basa
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga
pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin
yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin.
Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang
diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH
darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan
monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ).
H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) --> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) --> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
L.I.1.2 Cairan
Cairan tubuh adalah cairan suspensi dalam sel, yang memiliksi sifat fisiologis homeostasis
yakni akan membuat agar keadaan cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Tubuh manusia
khusunya orang dewasa 60% dari berat badannya merupakan cairan. Presentasinya dapat
berubah bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan
seseorang, presentase tersebut semakin menurun. Hal tersebut karena ketika semakin menua
biasanya berhubungan dengan peningkatan presentase lemak tubuh. Orang yang memiliki lemak
lebih banyak memiliki cairan yang lebih sedikit karena kandungan air di dalam sel lemak lebih
rendah daripada air di dalam sel lainnya.
Ada dua kompartemen cairan dalam tubuh manusia, kompartemen ekstraseluler yang terdiri
dari plasma dan interstisial. Ada juga kompartemen interseluler.
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam
tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan
pernafasan.
d. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam
tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat
pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
e. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan
membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi
lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.
f. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam
bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar
tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan
terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
g. Sendi dan Otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan
cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
h. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai
berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
kulit
Makan dan minum
0,9L/hari
paru
2,2L/hari
8
urin
1,5L/hari
feses
0,1L/hari
Metabolisme
0,3L/hari
10
Ringan
<5%
Pucat
Menurun
Kering
Menurun
Normal
Normal
Sedang
5-10 %
Abu-abu
Tidak elastis
Sangat kering
Oliguria
Mulai rendah
Semakin meningkat
Berat
> 10 %
Bercak-bercak
Sangat tidak elastis
Pecah-pecah
Oliguria nyata
Semakin rendah
Cepat dan panjang
11
yang berolahraga berat, banyak air yang keluar namun tidak disertai dengan asupan
pemasukan air sehingga akan meningkatkan osmolalitas CES.
Hypernatremia dapat juga terjadi akibat penambahan natrium klorida yang berlebihan
pada CES. Hal ini terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan natrium
klorida ekstrasel biasanya juga berhubungan dengan beberapa derajat retensi air oleh
ginjal.
Ketika menganalisis kelainan konsentrasi natrium dalam plasma dan penentuan terapi
yang akan dilaksanakan, maka perlu diperhatikan apakah kelainan ini disebabkan oleh
kehilangan atau penambahan natrium atau kehilangan atau penambahan air primer.
Sehingga terapi yang akan dilaksanakan dapat mengoreksi ketidakseimbangan cairan
yang terjadi.
L.I.4.2 Kalium
Kalium merupakan kation primer pada cairan intrasel. Kalium berfungsi dalam sintetis
protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaram hormone, transport cairan, dan
perkembangan janin. Kadar normal kalium pada plasma yaitu 3.5-5 mEq/L. ekskresi kalium
melalui ginjal sekitar 80-90% dan 10-20 % diekskresikan melalui feses. Pada keadaan normal,
tubuh membutuhkan pemasukan kalium 40-60 mEq [er hari. Dan kadar normal kalium pada urin
sebesar 20-120 mEq per hari. Untuk menjaga kestabilan kalium diperlukan keseimbangan
elektrokimia yaitu keseimbangan antara kemampuan muatan negative dalam sel untuk mengikat
kalium dan kemampuan kekuatan kimiawi yang akan mendorong kalium keluar dari sel.
Gangguan Keseimbangan Kalium
1) Hipokalemia
Seseorang akan mengalami hypokalemia apabila kadar kalium dalam plasma
kurang dari 3.5 mEq/L. penyebab hypokalemia dapat dibagi sebagai berikut:
1) asupan kalium yang kurang.
2) pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat.
3) kalium masuk ke dalam sel.
Pengeluaran kalium yang berlebihan pada keadaan muntah atau pemakaian selang
nasogastric, pengeluaran bukan melalui saluran cerna bagiannya atasnya melainkan
banyak keluar melalui ginjal. Hal itu karena muntah/selang nasogastric menyebabkan
alkalosis sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi glomerulus yang akan mengikat
kalium di tubulus distal.
13
Kalium dapat masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel., pemberian
insulin, peningkatan aktivitas beta adregenik (pemakaian 2-agonis), paralisis periodic
hipokalemik, dan hipotermia
2) Hiperkalemia
Seseorang dikatakan mengalami hyperkalemia apabila kadar kalium plasma lebih
dari 5 mEq/L. penyebab hyperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya kalium dari
intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal.
Keluarnya kalium dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolic. Dan
berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hipoaldosteronisme,
gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif.
L.I.4.3 Klorida
1. Sumber : garam dapur
2. Kadar normal : 96 - 106 mEq / L
3. Fungsi
Anion utama cairan ekstraseluler, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengatur
tekanan osmotik, peranan khusus dalam darah karena fungsinya pada pergeseran klorida,
membentuk asam hidroklorida dalam getah lambung.
4. Kelebihan : hiperkloremik
5. Kekurangan : hipokloremik
6. Eksresi
Tergantung oleh natrium, jika tubuh banyak kehilangan natrium, tubuh pun akan
kehilangan klor. Tetapi, klor juga dapat lebih banyak hilang pada saat kehilangan cairan
lambung oleh muntah-muntah atau pada obstruksi pilorus atau duodenum
Gangguan pada hipokloremia dan hiperkloremia mengikuti gangguan pada keseimbangan
natrium karena natrium dan klorida merupakan kation dan anion primer pada cairan ekstrasel.
14
15
16
Daftar Pustaka
FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa edisi ke-2.
Guyton AC, Hall JE. (2008). Fisiologi Kedokteran 11th Ed,ab. Setiawan dkk, Jakarta:
EGC
Kee JL, Paulanka BJ. (2000). Handbook of Fluid, Electrolyte, and Acid Base Imbalances.
Canada: Delmar, Thomson Learning
Mahmud, M H. (2007) Terapi Air. Jakarta: QultumMedia
Muscari, Mary E. (2005). Keperawatan Pediatric edisi ke-3
Price, Sylvia. (1995). Patofisiologi edisi ke-4
Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC
Siregar, P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I edisi kelima. (2009). Sudoyo dkk (eds), halaman 175-189
17