Anda di halaman 1dari 17

GATAL DI KULIT

SGD 14
MODUL IMUN DAN KULIT
STEP 1
Prick test

Suatu test yang digunakan untuk menguji sensitivitas kulit


Oleh alergi inhalan (sesuatu yg lewat mulut/hidung), makanan atau
serangga.

CTM

Chlorampheniramine TriMaleat
Obat anti alergi/anti histamin yang berfungsi menstabilkan sistem imun
dlm tubuh
Proses metabolismenya diekskresikan melalui urin

Bengkak

Adanya cairan dlm jml besar yg abnormal di ruang jaringan interstisial di


tubuh.
Bisa merupakan respon radang maupun respon alergi

STEP 2
hipersensitivitas
sistem imun
STEP 3
hipersensitivitas
1. Definisi
Meningkatnya respon imun dlm tubuh sehingga kadang
menyebakan inflamasi dan kerusakan jaringan
Respon imun yg berlebihanensivitas terhadap antigen yang pernah
di pajankan atau dikenal
>>
Peningkatan reaktivitas atau sensivitas terhadap antigen yang
pernah di pajankan atau dikenal sebelumnya
Sumber: IMUNOLOGI DASAR;edisi ke delapan; FKUI; jakarta; 2009
2. Etiologi
Lingkungan
Makanan
Obat-obatan
Genetik

Psikis
>>
Penyebab anafilaksis antara lain: protein (Racun ular, serbuk sari,
makanan, serum, kelinci, atau kuda); obta-obatan (penisilin,
sefalospirin, tetrasiklin); dan polisakarida iron-dekstran, dekstran)
Sumber: Kapita selekta Kedokteran Klinik

3. Proses
Alergen Ig E menempel pda sel mast akan hancur
melepaskan zat mediator ( histamine) vasodilatasi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah menyebabkan plasma keluar kulit
jd kering muncul kemerahan
4. Gejala
Gatal
Bengkak
Eritema
Demam
Sesak napas
Bersin
Urtikaria akut ( gatal banget)
>>
Reaksi kulit berupa eritema, urtikaria, pruritus dan angiodema pada
mata, mulut dan lidah.
Edema laring dan epigloyis dan atau bronkospasme yang hebat.
Syok hipotensif sekunder akibat vasodilati dan perme ialitas kapiler
meningkat.
Muntah, mual, dan diare
Sumber: Kapita selekta Kedokteran Klinik
5. Pencegahan
Menghindari alergen
Kalau sudah terpapar diberi antihistamine
>>
Mengenali dan menghindari alergen penyebab
Penderita di beri tahu cara memakai anaphylaxis kit
Memakai gelang yang mencantumkan keterangan yang
diperlukan bagi petugas kesehatan saat terjadinya serangan.
Sumber: Kapita selekta Kedokteran Klinik
6. Tipe

Hipersensitivitas 1 : disebut juga reaksi cepat / anafilaksis.


Timbulnya sesudah tubuh terpapar alergen. menimbulkan respon
imun berupa Ig E dan penyakit alergi
H. 2 : disebut jg reasi sitotoksik, terjadi karena di bentuknya
antibodi jenis Ig E/ M thd antigen yg merupakan bag sel penjamu
H. 3 : reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen- antibodi
ditemukan dlm sirkulasi pembuluh darah
H. 4 :
DTH : mengaktifkan makrofag sbg sel efektor

T cell mediated cytolisis : kerusakan yg lansung membunuh sel


sasaran
>>
Pembagian Reaksi Hipersensitivitas menurut waktu timbulnya
reaksi:
A. Reaksi cepat
Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik. Mengjilang dalam 2
jam. Ikatan silang antara alergen dan IgE pada permukaan sel
mast menginduksi penglepasan mediator vasoaktif. Manifestasi
reaksi cepat berupa anafilaksis sistemik atau anafilaksisi lokal
B. Reaksi intermediet
Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang
dalam 24 jam. Diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu
yang di sebabkan oleh sel neutrofil atau NK.
C. Reaksi lambat
Reaksi lambat terlihat sampai sekitar 48 jam setelah terjadi
pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th. Pada
DTH, sitokinin yang di lepas sel T mengaktifkan sel efektor
makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh:
Dermatitis kontak, reaksi M tuberkulosis dan reaksi penolakan
tandur.
Pembagian reaksi hipersensitivitas menurut Gell dan Coombs
A. Tipe 1
Di sebut reaksi cepat atau anafilaksis, timbul segera sesudah tubuh
terpajan dengan alergen. Dan menimbulkan respon imun berupa
produksi IgE dan penyakit alergi seperti rintis alergi, asma dan
dermatitis atropi.
Ikatan silang antara antigen dan IgE yang di ikat sel mast dan basofil
melepas mediator vasoaktif
B. Reaksi Tipe 2
Di sebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi karena di bentuk
antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian
sel pejamu.
C. Reaksi tipe 3
Kompleks Ag-Abmengaktifkan komplemen dan respon inflamasi melalui
infiltrasi masif neutrofil.
D. Reaksi tipe 4
Baik CD4 maupun CD8 berperan dalam reaksi tipe IV. Sel T melepas
sitokin bersama dengan produksi mediator sitotoksik lainnya
menimbulkan respon inflamasi yang terlihat pada penyakit kulit
hipersensitivitas lambat. Contohnya Dermatitis kontak yang di induksi
oleh etilendiamin, neomisin, anestesi topikal, anti histamin topikal dan
steroid topikal.
Sumber: IMUNOLOGI DASAR;edisi ke delapan; FKUI; jakarta; 2009
7. Penata laksanaan
Menghindari alergen
Pemakaian kortikosteroid, antihistamine
CTM hanya menghilangkan gejala, apabila di pakai berkepanjangan
akan menurunkan respon imun tubuh

>>
Pemberian cairan intravena secara agresif
Antihistamin dan kortikosteroid dapat mencegah manifestasi kulit
kemudian atau mencegahnya kambuh kembali
Sumber: Kapita selekta Kedokteran Klinik

sistem imun
1. Definisi
Suatu sistem yg tersebar dlm tubuh manusia yg berfungsi melawan
mikroorganisme yg masuk dlm tubuh
>>
Gabungan sel, molekul, jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi
Sumber: IMUNOLOGI DASAR;edisi ke delapan; FKUI; jakarta; 2009
2. Jenis

Berdasar reaksi
Alami : sederhana, respon cepat, non spesifik, dan tidak tergantung
kontak sebelumnya dg patogen
Adaptif : efisien, spesifik, memiliki memori
Spesifik (adaptif): sistem imun yg punya ciri khas :
o Memiliki spesifisitas
o Mampu membedakan self and non self ( mengetahui
molekulnya sendiri dan benda asing)
o Mampu membentuk memori
Non spesifik (alami) : sistem imun yang tidak ditunjukan thd
mikroba tertentu.

>>
Sistem imun non spesifik/ bawaan
Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme, karena system imun spesifik memerlukan waktu sebelum dapat
memberikan responnya. Sistem tersebut disebut non spesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. Terdiri dari
Pertahanan fisik : Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan
bersin dapat mencegah berbagai kuman pathogen masuk ke dalam
tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selapu lender
yang rusak oleh karena asap rokok akan meningkatkan resiko
infeksi.
Pertahanan larut :
Pertahanan biokimia : Bahan yang disekresi mukosa saluran
napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga,
spermin dalam semen merupakan bahan yang berperan
dalam pertahanan tubuh. Asam hidroklorik dalam cairan
lambung, lisosim dalam keringat, ludah, air mata dan air
susu dapat melindungi tubuh terhadap kuman positif-Gram

dengan jalan menghancurkan dinding kuman tersebut. Air


susu ibu mengandung pula laktoferin dan asam
neuroaminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap
E. coli dan stafilokokus
Lisozim yang dilepas makrofag dapat menghancurkan
kuman negative-Gram dengan bantuan komplemen.
Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zat
besi yang dibutuhkan untuk hidup kuman pseudomonas.
Udara yang kita hirup, kulit dan salruran cerna,
mengandung banyak mikroba, biasanya berupa bakteri dan
virus, kadang jamur atau parasit. Sekresi kulit yang
bakterisidal, asam lambung, mucus dan silia di saluran
napas membantu menurunkan jumlah mikroba masuk ke
dalam tubuh. Dalam darah dan sekresi tubuh, enzim
lisosom membunuh banyak bakteri dengan mengubah
dinding selnya. Ig A juga merupakan pertahanan
permukaan mukosa.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, EDISI 4 jilid 1

Sistem imun Spesifik/ Didapat


Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda dianggap
asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama timbul dalam badan yang segera
dikenal system imun spesifik, akan mensesitasi sel2 imun tersebut. Bila sel
system tersebut terpajan ulang dengan benda asing yang sama , yang akhir
akan dikenal lebih cepat dan dihancurkannya .
Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing
yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerjasama yang baik
antara antibody, komplemen, fagosit dan antara sel T makrofag. Komplemen
turut diaktifkan dan ikut berperan dalam menimbulkan inflamasi yang terjadi
pada respons imun

a. Sistem imun Spesifik Humoral


Yang berperan adalah limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal
multipoten dalam sum2 tulang. Pada unggas sel asal tersebut berdiferensiasi
menjadi sel B di dalam alat yang disebut Bursa fabricius yang letaknya dekat
cloaca. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berproliferasi dn
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibody. Antibodi
yang dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibody ialah
mempertahankan tubuh terhadp infeksi bakteri, virus dan menetralkan toksik.
b. Sistem imun Spesifik Selular
Yang berperan dalam system imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T.
Fungsi sel T umumnya adalah :
Membantu sel B dalam memproduksi antibody
Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus

Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis


Mengontrol ambang dan kualitas system imun
Sel T juga dibentuk dalam sum2 tulang, tetapi diferensiasi dan proliferasinya
terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai factor asal timus. 90-95%
semua sel timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan
meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi dan kelenjar getah bening.
Fungsi utama system selular ialah pertahanan terhadap mikroorganisme yang
hidup intraseluler seperti virus, jamur, parasit, dan keganasan.

Sel T naf (virgin), adalah sel limfosit yang meninggalkan timus,


namun belum berdiferensiasi, belum pernah terpajan dengan antigen
dan menunjukkan molekul permukaan CD45RA. Sel ditemukan dalam
organ limfoid perifer. Sel T naf yang terpajan dengan antigen akan
berkembang menjadi sel Th0 yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi sel efektor Th1 dan Th2 yang dapat dibedakan atas dasar
jenis2 sitokin yang diproduksinya. Sel Th0 memproduksi sitokin dari
ke2 jenis sel tersebut seperti IL-2, IFN dan IL-4
Sel CD4+ (Th1 danTh2), Sel T naf masuk sirkulasi dan menetap di
dalam organ limfoid seperti kelenjar getah bening untuk bertahuntahun sebelum terpajan dengan antigen atau mati. Sel tersebut
mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-II oleh
APC dan berkembang menjadi subset sel Th1 atay sel Tdth (delayed
type Hipersensitivity) atau Th2 yang tergantung dari sitokin
lingkungan. Dalam kondisi yang berbeda dapat dibentuk dua subset
yang berlawanan.
IFN- dan IL-12 yang diproduksi APC seperti makrofag dan sel dendritik
yang diaktifkan mikroba merangsang diferensiasi sel CD4 + menjadi
Th1/Tdth yang berperan dalam reaksi hipersensitivitas lambat (reaksi
tipe 4 gell dan coombs). Sel Tdth berperan untuk mengerahkan
makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi
hipersensitivitas tipe lambat.
Atas pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast yang
terpajan dengan antigen atau cacing, Th0 berkembang menjadi sel Th2
yang merangsang sel B untuk meningkatkan produsi antibody.
Kebanyakan sel Th adalah CD4+ yang mengenal antigen yang
dipresentasikan di permukaan sel APC yang berhubungan dengan
molekul MHC II
Sel T CD8+ (cytotoxic T Limphocyte/CTL/T cytotoxic/T cytolytic/Tc, Sel
T CD8+ naf yang keluar dari timus disebut juga CTL/Tc. Sel tersebut
mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang
ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. Fungsi utamanya
ialah menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan menghancurkan
sel yang mengandung virus tersebut. Sel CTL/Tc akan juga
menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang
menimbulkan penolakan pada transplantasi. Dalam keadaan tertentu,
CTL/Tc dapat juga menghancurkan sel yang terinfeksi bakteri
intraseluler. Istilah sel T inducer digunakan untuk menunjukkan
aktiviitas sel Th dalam mengaktifkan sel subset T lainnya.

Sel Ts (T supresor) atau Tr(T regulator)/Th3, Berperan menekan


aktivitas sel efektor T yang lain dan sel B. Menurut fungsinya, sel Ts
dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts
nonspesifik. Tidak ada petanda unik pada sel ini, tetapi penelitian
menemukan adanya petanda molekul CD8. Molekul CD4 kadang
dapat pula supresif.
Kerja sel atas regulator diduga dapat mencegah respon sel Th1. APC
yang mempresentasikan antigen ke sel naf akan melepas sitikin IL-12
yang merangsang diferensiasi sel T naf sel efektor Th1. Sel Th1
memproduksi IFN- yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor.
Sel T regulator dapat mencegah aktivasi sel T melalui mekanisme yang
belum jelas (kontak yang diperlukan antara sel T regulator atau sel T
atau APC). Beberapa sel T regulator melepas sitokin imunosupresif
seperti IL-10 yang mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGFb yang mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, EDISI 4 jilid 1
Respon imun Nonspesifik (alamiah)
Pertahanan Fisik/Mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin,
merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi
Pertahanan Biokimia
pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam
lemak yg dilepas kulit mempunyai efek denaturasi
terhadap protein membrane sel, sehingga dapat mencegah
infeksi yg terrjadi melalui kulit.
Lisozim dlm keringat, ludah, air mata, dan ASI, melindungi
tubuh terhadap berbagai kuman Gram positif. Karena
dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding
bakteri.
Pertahanan Humoral
1. Komplemen (meningkatkan fagositosis0
2. Interferon(hipo protein, respon thd infeksi virus)
3. protein fase akut(thd virus akut)
Pertahanan Selular
Fagosit, makrofag, dan sel NK berperan dlm system imun
nonspesifik selular.

Respon imun Spesifik (didapat)


System Imun Spesifik Humoral
Sel B : IgG, IgA, Igm, Igd, IgE.

System Imun Spesifik Selular


Sel T : Th1, Th2, Ts/Tr/Th3, Tdth, CTL/Tc.

(Sumber : Imunologi
Baratawidjaja, FKUI)

Dasar,

Edisi

ke-7,

Karnen

Garna

3. Kelainannya
Autoimune
Immuno compromise : orang2 pada yg kelainan genetik, sistem
imunnya tidak bekerja dengan fungsi aslinya
>>
Penyakit Kompleks imun alergi
Rx Artus, rx serum sickness, alergik bronkoalveolaris
Penyakit Kompleks imun nonalergi
SLE, vaskulitis, glomeronefritis, artritis rheumatoid, & demam rematik
Penyakit Imunodefisiensi
HIV/AIDS
Kegagalan dari sistem imun :
1. Rx hipersensitivitas
: respon imun berlebihan.
2. Imunodefisiensi
: respon imun berkurang
3. Autoimun
: hilangnya toleransi diri : rx sistem
imun terhadap Ag jar sendiri
4. Faktor yg mempengaruhi sistem imun
Ketahanan tubuh dan usia : balita dan dewasa
Suhu : benda asing/ mikroba tidak bisa hidup di atas suhu normal
tubuh
Hormon : pria dan wanita
>>
o Ukuran antigen
o Bentuk antigen
o Cara pajanan antigen (cara masuk)
o Usia
o Kesehatan
o Pengalamam sebelumnya
( Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Guyton & Hall. Edisi 11. EGC. 2008 )
-

Prick test
>>
Definisi
: suatu jenis tes kulit untuk membuktikan adanya IgE
spesifik yg terikat pada sel mast kulit
Tujuan
: untuk mengetahui bahan makanan atau hirupan inhalasi yg
dapat menimbulkan urtikaria sehingga masuk dalam tes tersebut.
cara kerja

efek samping
:
rasa
ketidaknyamanan,
gatal
local
dan
pembengkakan biasanya hilang dalam 1 sampai 2 jam, rasa ngantuk,
kepala terasa ringan sehingga perlu berbaring.
Tipe reaksi hipersensitivitas
1. Tipe 1( reaksi tipe anafilaksis)
2. Tipe 1( reaksi tipe anafilaksis)
Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi,
dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan
akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe
cepat.
3. Tipe 2( reaksi tipe sitotoksit)
Di sini antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi dalam hal ini IgE dan
IgM dengan adanya komplemen akan diberikan dengan antigen,
sehingga dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. Reaksi ini
merupakan reaksi yang cepat menurut Smolin (1986), reaksi allografi
dan ulkus Mooren merupakan reaksi jenis ini.
4. Tipe 3 (reaksi tipe kompleksi imun)
Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk
kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic
factor yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau
kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil.
Pengejawantahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks,
keratitis karena bakteri.(stafilokok, pseudomonas) dan jamur. Reaksi
demikian juga terjadi pada keratitis Herpes simpleks.
5. Tipe 4 (reaksi tipe lambat)
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang berperan adalah
antibodi (imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang berperan
adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka
(sensitized T lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan
terlepasnya mediator (limfokin) yang jumpai pada reaksi penolakan
pasca keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks
dan keratitis diskiformis.
http:// irulbm07.blogspot.com/2009/01mekanisme-inflamsi
Perbedaan antigen-antibody
>>
ANTIGEN

Antigen

yang

juga

disebut

imunogen

adalah

bahan

yang

dapat

merangsang respons imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi
yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk merangsang
produksi antibodi. Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan
hapten. Bahan kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi
bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk
memacu respons antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh molekul besar.
Kompleks yang terdiri atas molekul kecil (disebut hapten) dan molekul besar
(disebut karier atau molekul pembawa) dapat berperan sebagai imunogen.
Contoh hapten ialah berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat
molekul kecil. Hapten biasanya dikenal oleh sel B, sedangkan molekul pembawa
oleh sel T. Molekul pembawa sering digabung dengan hapten dalam usaha
memperbaiki imunisasi. Hapten membentuk epitop pada molekul pembawa yang
dikenal sistem imun dan merangsang pembentukan antibodi (Gambar 47).
Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat
membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
antibodi; dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh
reseptor antibodi. Makromolekul dapat memiliki berbagai epitop yang masingmasing merangsang produksi antibodi spesifik yang berbeda. Paratop ialah
bagian dari antibodi yang mengikat epitop. Respons imun dapat terjadi terhadap
semua golongan bahan kimia seperti hidrat arang, protein dan asam nukleat
(Gambar 48).
Antigen poten alamiah terbanyak adalah protein besar dengan berat molekul
lebih dari 40.000 dalton dan kompleks polisakarida mikrobial. Glikolipid dan
lipoprotein dapat jugs bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian halnya dengan
lipid yang dimumikan. Asam nukleat dapat bertindak sebagai imunogen dalam
penyakit autoimun tertentu, tetapi tidak dalam keadaan normal.
Superantigen (Gambar 49) adalah molekul yang sangat poten terhadap
mitogen sel T. Mungkin lebih baik bila disebut supermitogen, oleh karena dapat
memacu mitosis sel CD4+ tanpa bantuan APC. Superantigen berikatan dengan
berbagai regio dari rantai P reseptor sel T. Ikatan tersebut merupakan sinyal
poten untuk mitosis, dapat mengaktifkan.sejumlah besar populasi sel T. Sampai
20% dari semua sel T dalam darah dapat diaktifkan oleh satu molekul superantigen. Contoh superantigen adalah enterotoksin dan toksin yang menimbulkan
sindrom syok toksin yang diproduksi Stafilokok aureus. Molekul tersebut dapat

memacu penglepasan sejumlah besar sitokin seperti IL-1 dan TNF dari sel T yang
berperan dalam patologi jaringan lokal pada syok anafilaktik oleh stafilokok.
Pembagian antigen
1.

Pembagian antigen menurut epitop


a. Unideterminan, univalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul.
b. Unideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut
ditemukan pada satu molekul
c. Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap
macamnya (kebanyakan protein).
d. Multideterminan, multivalen
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu
molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara
kimiawi) (Gambar 50)

2.

Pembagian antigen menurut spesifisitas


a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri

3.

Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T


a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu
untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein
termasuk dalam golongan ini
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul
besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan,
misalnya lipopolisakarida, ficoll, dek stran, levan, flagelin polimerik bakteri

4.

Pembagian atntigen menurut sifat kimiawi


a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan
bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan
respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons
imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas
imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat
protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah
sfingolipid
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila
diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya
tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita
dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
d. Protein
Kebanyakan

protein

adalah

imunogenik

dan

pada

umumnya

multidetertminan dan univalen

Antibodi ??]
II. ANTIBODI
Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung
berbagai bahan larut tanpa sal. Bahan larut tersebut mengandung molekul
antibodi yang digolongkan dalam protein yang disebut globutlin dan sekarang
dikenal sebagai imunoglobulin. Dua cirinya yang penting ialah spesifitas dan
aktivitas biologik.
Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B
yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara
spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein
tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka imunoglobulin ditemukan
terbanyak dalam fraksi globulin gams, meskipun ada beberapa imunoglobulin
yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta.

Enzim papain memecah molekul antibodi (dengan berat molekul 150.000


dalton) dalam fragmen masing-masing dari 45.000 dalton. Dua fragmen tetap
memiliki sifat antibodi yang dapat mengikat antigen secara spesifik, bereaksi
dengan determinan antigen serta hapten dan disebut Fab (fragmen antigen
binding) dianggap univalen. Fragmen ke 3 dapat dikristalkan dari larutan dan
disebut Fc (fragmen crystallizable) dan tidak dapat mengikat antigen. Fc
menunjukkan fungsi biologis sesudah antigen diikat oleh Fab.
Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar yang
terdiri atas 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang
identik serta dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida (Gambar 51).
Ada 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) yang terdiri atas 230 asam
amino

serta

jenis

rantai

berat

yang

tergantung

pada

kelima

jenis

imunoglobulin, yaitu 1gM, IgG, IgE, IgA dan IgD (Gambar 52). Rantai berat terdiri
atas 450-600 asam amino, sehingga berat dan panjang rantai berat tersebut
adalah dua kali rantai ringan.
Molekul imunoglobulin mempunyai rumus bangun yang heterogen, meskipun
hanya terdiri atas 4 unit polipeptida dasar.
A. Imunoglobulin G (IgG)
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum, dengan berat molekul
160.000 dalton. Kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari
semua imunoglobulin. IgG ditemukan dalam berbagai cairan, antara lain cairan
serebrospinal (CSS) dan juga urin.
i.

IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada


imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan.

ii. IgG

dan

komplemen

bekerja

Baling

membantu

sebagai

opsonin

(memudahkan fagositosis) pada pemusnahan antigen. IgG memiliki sifat


opsonin yang efektif karena sel-sel fagosit, monosit, dan makrofag,
mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG (Fcy-R) sehingga dapat
mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran, opsonin dalam
bahasa Yunani berarti menyiapkan untuk dimakan. Selanjutnya proses
opsonisasi

tersebut dibantu oleh reseptor untuk komplemen pada

permukaan fagosit.
iii. IgG juga berperan pada imunitas selular karena dapat merusak antigen sel
melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik sel
NK, eosinofil, neutrofil yang semuanya memiliki Fcy-R. Sel Nk merupakan

efektor dari Antibody Dependent Cell mediated Cytotoxicity (ADCC). ADCC


tidak hanya merusak sel tunggal, tetapi juga mikroorganisme multiselular
seperti telur skistosoma. Peranan efektor ADCC ini juga penting pada
penghancuran kanker, penolakan transplan dan penyakit autoimun,
sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil, berperan pada infestasi
parasit. Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis dan penyakit autoimun
IgG merupakan imunoglobulin terbanyak dalam darah, CSS dan peritoneal.
IgG pada manusia terdiri etas 4 subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4 yang
berbeda dalam ifat dan aktivitas biologik.
B. Imunoglobulin A (IgA)
IgA dengan berat molekul 165.000 dalton ditemukan dalam serum dengan
jumlah sedikit, tetap) kadarnya dalam cairan sekresi saluran napas, saluran
cerna, saluran kemih, air mata, keringat, ludah, dan air susu ibu lebih tinggi
dalam bentuk IgA sekretori (sIgA) yang merupakan bagian terbanyak. Komponen
sekretori melindungi IgA dari protease mamalia
i.

sIgA melindungi tubuh dari patogen oleh karena dapat bereaksi dengan
molekul adhesi dari patogen potensal sehingga mencegah adherens dan
kolonisasi patogen tersebut dalam sel pejamu

ii.

IgA juga dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit
dan makrofag memiliki reseptor untuk Fc (Fc-P) sehingga dapat
meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin. IgA
diduga juga berperan pada imunitas cacing pita

iii. Baik IgA dalam serum maupun dalam sekresi dapat menetralisasi toksin
atau virus dan mencegah terjadinya kontak antara toksin atau virus
dengan sel alat sasaran
iv.

IgA

dalam

serum

dapat

mengaglutinasikan

kuman,

mengganggu

motilitasnya sehingga memudahkan fagositosis (opsonisasi) oleh sel


polimorfonuklear
v.

IgA sendiri dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur altematif, tidak


seperti

halnya

dengan

IgG

dan

IgM,

yang

dapat

mengaktifkan

komplemen melalui jalur klasik. IgA sekretori (sIgA) dalam bentuk


polimerik menjadi stabil oleh ikatan polipeptida rantai J (Gambar 53)
Molekul IgA yang polimerik dan rantai J dibentuk sel plasma di dalam sel
epitel lamina propria selaput lendir. Pada saat IgA tersebut dilepas ke dalam

lumen saluran cerna, sel epitel juga melepas bagian sekretori (secretory piece)
untuk membentuk sIgA yang terlindung dad pencernaan oleh enzim.
Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri atas 80% IgA, 13% IgM dan 7%
IgG, yang semuanya berperan pada imunitas setempat. IgM juga dapat
dilindungi bagian sekretori dengan berat molekul 70.000 dalton sehingga dapat
berfungsi bila ada defisiensi sIgA.
Defisiensi IgA sering disertai dengan adanya antibodi terhadap antigen
makanan dan inhalan pada alergi. Di dalam air susu ibu ditemukan sIgA, di
samping laktoferin, transferin, lisozim, lipid, lactobacillus promoting factor,
fagosit dan limfosit yang berperan pada imunitas neonatus.
Kadar IgA yang tinggi dalam serum ditemukan pada infeksi kronik saluran
napas dan cerna, seperti tuberkulosis, sirosis alkoholik, penyakit coeliac, kolitis
ulseratif dan penyakit Crone. Fungsi IgA serum dalam bentuk monomerik belum
banyak diketahui. IgA terdiri atas 2 subkelas yaitu IgAI (93%) dan IgA2 (7%). Bila
produksi IgA pada permukaan mukosa diperhitungkan, maim IgA merupakan Ig
terbanyak.
A. Imunoglobulin M (IgM)
Nama M berasal dari macroglobulin dan berat molekul IgM adalah 900.000
dalton. IgM mempunyai rumus bangun pentamer dan merupakan Imunoglobulin
terbesar. IgM juga merupakan Ig yang predominan diproduksi janin. Kadarnya
yang meningkat dalam umbilikus menunjukkan sudah terjadinya infeksi sebelum
lahir. IgM merupakan Ig paling efisien dalam aktivasi komplemen (jalur klasik).
Molekulmolekul IgM diikat oleh rantai J (joining chain seperti halnya pada IgA)
pada fraksi Fc.
Kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor
antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada respons imun primer terhadap
kebanyakan antigen dibanding dengan IgG, karena itu kadar IgM yang tinggi
dalam darah umbilikus merupakan petunjuk adanya infeksi intrauterin (Gambar
54). Bayi yang baru dilahirkan hanya mengandung IgM 10% dari kadar IgM
dewasa, karena IgM ibu tidak dapat menembus plasenta. Janin umur 12 minggu
sudah mulai membentuk IgM bila sel B-nya dirangsang oleh infeksi intrauterin,
seperti sifilis kongenital, rubela, toksoplasmosis dan virus sitomegalo. Kadar IgM
anak akan mencapai kadar IgM dewasa pada usia satu tahun.

Kebanyakan antibodi alamiah seperti isoaglutinin, golongan darah AB, antibodi


heterofil adalah IgM. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen,
memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten antigen.
IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi terhadap
antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. IgD juga
diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada
antigen, tetapi belum jelas mekanismenya.
E. Imunoglobulin E (IgE)
Dalam serum IgE ditemukan dalam kadar rendah yang meningkat pada
penyakit alergi seperti asma, rinitis alergi dan dermatitis atopi. IgE mempunyai
berat molekul 200.000 dalton. Sampai sekarang tidak ditemukan subkelas IgE.
IgE disebut pula reagin dan merupakan Ig dengan jumlah paling sedikit dalam
serum, tetapi efeknya sangat efisien.
IgE mudah diikat selmast, basofil dan eosinofil yang pada permukaannya
memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgE (Fc-R). IgE dibentuk setempat oleh sel
plasma dalam selaput lendir saluran napas dan cerna. Alergen yang diikat dua
molekul IgE pada permukaan sel mast (cross-linking) akan menimbulkan influks
ion kalsium ke dalam sel. Hal itu menurunkan kadar adenosin monofosfat siklik
(CAMP) intraselular yang menimbulkan degranulasi sel mast (Gambar 55).
Selain pada alergi, kadar IgE yang tinggi ditemukan pada infeksi cacing,
skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis dan diduga berperan pada imunitas
parasit. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing tersebut diperoleh melalui
ADCC yang melibatkan eosinofil.
Kelas-kelas imunoglobulin dan sifat-sifatnya terlihat pada Tabel 17.
F. Antibodi monokional
Bila antigen tertentu dimasukkan ke dalam sistem imun hewan percobaan,
semua sel B yang mengenal banyak epitop pada antigen akan dirangsang dan
memproduksi

antibodi.

Darah

yang

diambil

dari

hewan

tersebut

akan

mengandung antibodi yang multipel yang akan bereaksi dengan setiap epitop.
Serum tersebut disebut poliklonal oleh karena mengandung produk yang berasal
dari banyak klon sel B. Memurnikan antibodi yang diperlukan dari serum tersebut
sangatlah sulit.

Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel dan karenanya identik
secara genetik. Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diproduksi oleh sel-sel
yang berasal dari satu klon sel. Kloning dapat dilakukan dengan mengencerkan
larutan sel demikian rupa sehingga dalam biakan sel hanya diperoleh satu sumur
yang hanya mengandung satu sel.
Protein mieloma adalah protein/imunoglobulin yang diproduksi neoplasma sel
plasma. humor ini tumbuh tanpa kontrol dan imunoglobulin tersebut ditemukan
dalam jumlah besar pada pasien dengan mieloma. Bila sel B tunggal menjadi
ganas, semua antibodi adalah identik.
Sel plasma yang diambil dari darah tidak akan tumbuh dalam biakan jaringan
dan akan mati dalam beberapa hari. Sebaliknya sel mieloma akan tumbuh terus
menerus dalam biakan jaringan. Satu sel plasma dan satu sel mieloma dapat
difusikan menjadi satu sel yang disebut hibridoma yang mempunyai sifat dari ke
2 sel asalnya dan akan membentuk antibodi monoklonal. Dalam antibodi
monoklonal semua molekulnya adalah identik (Gambar 56).
Antibodi monoklonal merupakan bahan standar yang banyak digunakan
dalam laboratorium untuk mengidentifikasi berbagai jenis sel, typing darah dan
menegakkan

diagnosis

berbagai

penyakit.

Kemajuan

sekarang

telah

memungkinkan untuk memproduksi antibodi monoklonal manusia melalui


rekayasa genetika dalam jumlah yang besar untuk digunakan dalam terapi
berbagai penyakit.

Px penunjang alergi

Prick test

Patofisiologi
Reaksi inflamasi
>>
Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cidera dan
melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun didapat. Merupakan
respon fisiologis.
Sumber: IMUNOLOGI DASAR;edisi ke delapan; FKUI; jakarta; 2009
Reaksi imun sama reaksi hipersensitivitas

Anda mungkin juga menyukai