Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Dasar Teori
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan
dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk
fungsi metabolisme yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak.
Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, dan yang larut
dalam air adalah vitamin B dan C (Dorland, 2006).
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6
yang dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari
glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak
memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis
dari prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak
dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatti, 2003). Di
dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks
anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui
mekanisme transport aktif (Sherwood, 2000).
Vitamin C mempunyai beberapa manfaat yaitu :
1. Vitamin C sebagai Penguat Sistem Imun Tubuh
Vitamin C dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Akan tetapi hal ini
masih kontroversial, dan belum ada kesepakatan yang jelas untuk
mekanismenya (Guyton, 2008).
2. Vitamin C sebagai Antioksidan
Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen pereduksi. Disebut
anti oksidan, karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini
mencegah senyawa-senyawa lain agar tidak teroksidasi. Walaupun
demikian, vitamin C sendiri akan teroksidasi dalam proses antioksidan
tersebut, sehingga menghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).
Reaksinya adalah sebagai berikut :

Vitamin C dapat dioksidasi oleh senyawa-senyawa lain yang berpotensi


pada penyakit. Jenis-jenis senyawa yang menerima elektron dan direduksi
oleh vitamin C, dapat dibagi dalam beberapa kelas, antara lain:

Senyawa dengan electron (radikal) yang tidak berpasangan, contohnya


radikal-radikal oksigen (superoksida, radikal hidroksil, radikal
peroksil, radikal sulfur, dan radikal nitrogen-oksigen).

Senyawa-senyawa yang reaktif tetapi tidak radikal, misalnya asam


hipoklorit, nitrosamin, asam nitrat, dan ozon.

Senyawa-senyawa yang dibentuk melalui reaksi senyawa pada kelas


pertama atau kelas kedua dengan vitamin C.

Reaksi transisi yang diperantarai logam (misalnya ferrum atau


cuprum)

Vitamin C dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan DNA,


dengan cara :

Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein (LDL), akan beraksi


dengan oksigen sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi berikutnya
akan menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan
proses radikal bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen
sehingga tidak terjadi interaksi antara lipid dan oksigen, dan akan
mencegah terjadinya pembentukan lipid hidroperoksida.

Untuk protein, vitamin C mencegah reaksi oksigen dan asam amino


pembentuk peptide, atau reaksi oksigen dan peptida pembentuk
protein.

Untuk DNA, reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan


kerusakan pada DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi (Padayatti,
2003).

3. Vitamin C sebagai Obat Anti-penuaan


Vitamin C juga terkenal dengan fungsinya sebagai pencegah penuaan.
Menurut Hahn (1996), vitamin C bila dikonsumsi secara teratur dapat
melindungi kulit dari proses oksidasi ataupun sengatan sinar ultraviolet,
yang merupakan penyebab kerusakan kulit. Proses vitamin C dalam
mencegah penuaan adalah dengan terus-menerus mensintesis kolagen
pada kulit.
Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar
vitamin C diantaranya adalah metode titrasi iodometri dan metode
spektrofotometri. Metode iodometri merupakan bagian dari analisis kuantitatif
secara volumetric yang dapat digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat
dengan cara mengukur volume yang sudah diketahui konsentrasinya untuk
ditambahkan ke dalam larutan secara ekuivalen. Metode ini didasarkan pada
proses titrasi oksidasi-reduksi antara asam askorbat (vitamin C) dengan iodium
(I2). Salah satu kelemahan metode titrasi adalah pengerjaanya yang relative
lama dan kurang teliti.
Pemakaian Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak dalam
analisis kuantitatif mempunyai beberapa keuntungan (Rohman, 2007).
1. Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik.Adakalanya
beberapa zat harus diubah dulu menjadi senyawa berwarna sebelum
dianalisa.
2. Selektif, pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang
gelombang untuk zat yang dicari.
3. Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1%
3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi.

4. Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.


Susunan

peralatan

Spektrofotometer

(Hendayana,1994):

1. Sumber cahaya
2. Monokromator
1) Prisma

2) Grating (kisi difraksi)

3. Cuvet
4. Detektor

Ultra-violet

dan

Sinar

Tampak

II.2

Uraian Bahan
1. Air Suling (Dirjen POM, 1979).
Nama resmi

: Aqua Destilata

Nama lain

: Air suling. Aquadest

Rumus molekul

: H2O

Berat molekul

: 18,02

Rumus struktur

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan


mempunyai rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai pelarut.

2. Alkohol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)


Nama Resmi

: Aethanolum

Nama Lain

: Etanol, alkohol

RM / BM

: C2H6O / 46,07

Rumus Struktur

Pemerian

: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak; bau khas; rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap

Kelarutan

: Sangat mudha larut dalam air, dalam kloroform P dan


dalam eter P

Khasiat

: Sebagai deinfekstan dan sebagai zat tambahan

Kegunaan

: Zat tambahan penangan khusus pada acid salicyl dan


mentol; sebagai larutan mensterilisasikan alat-alat dan
antiseptikum

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya;

Anda mungkin juga menyukai