BAB II
PEMBAHASAN
EKOSISTEM DARAT, HUTAN, DAN PERTANIAN
A. Pendahuluan
Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan eksternalnya di dominasi oleh
daratan. Telah kita ketahui bahwa luas permukaan bumi adalah 510.056.000 km2, sedang
luasnya 49.137.000 km2 berupa daratan (29,24%), sisanya berupa larutan. Berdasarkan
ketinggian dari permukaan laut, daratan dibedakan menjadi :
- Daratan rendah : 25 m/dpl
- Perbukitan/daratan tinggi : 500 m/dpl
- Pegunungan : 500 m/dpl
B. Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
a) Tanah
Permukaan bumi bersifat lunak dan plastis disebut tanah. Proses pelapukan yang
terjadi tergantung kepada sifat batuan dasar, iklim, dan vegetasi. Daerah yang curah
hujannya tinggi pelapukan lebih cepat.
Adanya variasi batuan dasar, iklim dan vegetasi, maka tanah yang dihasilkan juga
bervariasi, baik struktur, ketebalan tipe maupun sifatnya. Untuk lebih mengenal perhatikan
diagram di bawah ini :
Penampang tanah digambarkan sebagai berikut :
Jenis
Tanah Humus
Profil
Horizon
Horizon O
Keterangan
Terdiri
lapisan
organik, humus
Tanah Pelapukan
Horzion A
Tanah
Horizon B
Batu
Horizon C
Tanah
lapuk,
gembur,
warna
coklat hitam, hasil
pelapukan
batuan
mengandung
zat
organik
Tanah
lapuk,
lengket,
coklat
muda, merah bata
Tanah
lapuk,
bercampur kerakal
Batuan Dasar
Batuan dasar
sisa-sisa
batuan
yang belum lapuk
Batuan segar belum
lapuk
pemecahannya
Secara alami kesuburan tanah tidak merata sehingga pemanfaatannya juga tidak sama.
Ada tanah yang cocok untuk suatu jenis tumbuhan tetapi ternyata tidak cocok untuk
tanaman lain.
Pemanfaatan untuk pertanian biasanya harus menambah zat organik seperti pupuk
untuk menambah dan menjaga kesuburaan tanah.
Dalam tata guna tanah sebaiknya lahan-lahan yang subur yang cocok untuk pertanian
jangan digunakan untuk bangunan, perumahan industri, pabrik, untuk keperluan itu
hendaknya dipilih tanah yang kurang subur.
Berdasarkan laporan FAO tahun 1987, jenis lahan di Pulau Jawa berdasarkan ciri dan
kemiringannya dibedakan menjadi :
No
Jenis / kelas kemiringan
Luas (ha)
1.
Lereng dengan kelas kemiringan 0-8%
4.404.000
2.
Lereng dengan kelas kemiringan 8-30%
4.317.000
3.
Lereng dengan kelas kemiringan 30%
3.596.000
4.
5.
200.000
201.000
Jumlah total : 13.218.000
Masalah yang timbul yang berhubungan dengan lahan dan tanah mengakibatkan
permukaan dan pengerjaan tanah bagi pertanian, perkebunan, penggalian dan urutan untuk
berbagai keperluan pemukiman sehingga menimbulkan erosi dan tanah longsor.
Untuk menanggulangi bahaya yang lebih besar perlu diadakan tindakan-tindakan :
a. Pembuatan sengkedan
b. Mengubah geometri lereng
c. Penghijauan dan reboisasi
d. Pembuatan dinding penahan erosi
e. Pengerukan alur sungai
D. Ekosistem Hutan
Hutan merupakan ekosistem darat alami terjadinya berhubungan erat dengan iklim
regional, habitat, dan biota regional. Sehingga membentuk unit-unit komunitas yang luas.
Sedangkan pengertian hutan: Konsep ekologi menurut Departemen Kehutanan (1989)
adalah suatu ekosistem yang bercirikan liputan pohon yang cukupan luas, baik yang lebat
atau kurang lebat. Penekanan pada fungsi hutan sebagai ekosistem dengan ciri penutupan
pohon yang cukup luas dengan kerapatan pohon lebat dan kurang lebat.
Hutan merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan
dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem
yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis.
Fungsi Hutan :
1. Mencegah erosi dan tanah longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai pengikat
butiran-butiran tanah. Dengan ada hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke
permukaan tanah tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk ke dalam
tanah.
2. Menyimpan, mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di musim
hujan dan musim kemarau.
3. Sebagai sumber ekonomi. Hutan dapat dimanfaatkan hasilnya sebagai bahan
mentah atau bahan baku untuk industri atau bahan bangunan. Sebagai contoh,
rotan, karet, getah perca yang dimanfaatkan untuk industri kerajinan dan bahan
bangunan.
4. Sebagai sumber plasma nutfah keanekaragaman ekosistem di hutan
memungkinkan untuk berkembangnya keanekaragaman hayati genetika.
5. Mengurangi polusi atau pencemaran udara. Tumbuhan mampu menyerap karbon
dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Menurut Odum (1966) unit komunitas itu disebut bioma atau formasibiota. Menurut
Whitaker (1970), jika bioma-bioma yang sama tetapi terdapat di benua yang berlainan,
maka bioma-bioma tersebut disebut tipe bioma atau tipe formasi.
Menurut Resasudarmo, etal, 1985, tipe-tipe bioma di dunia adalah :
a. Hutan Hujan Tropis
Terdapat di daerah tropis basah dengan curah hujan tinggi (3500 mm)/tahun.
Penyebarannya meliputi : Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Asia Tenggara,
termasuk Indonesia dan Australia Timur Laut.
b. Hutan Musim Tropis
Terdapat di daerah tropik beriklim basah, tetapi dengan musim kemarau pohonpohon menggugurkan daunnya. Banyak dijumpai di India dan Asia Tenggara.
c. Hutan Hujan
Tedapat di daerah iklim sedang, antara lain : Pantai pasifik, Amerika Utara dan
Australia
d. Hutan Pegunungan Tropis
Terdapat di daerah-daerah pegunungan daerah tropika
e. Hutan iklim sedang selalu hijau
Dibedakan menjadi 2 macam :
- Hutan berdaun kecil dan tebal (Selerophyl forests)
- Hutan berdaun jarum yang selalu hijau (Needle-leaved evergreen forests)
Banyak terdapat di Amerika Serikat dan Eropa
f. Hutan gugur
Terdapat di daerah beriklim sedang, tetapi sedikit basah. Terdapat di Amerika
Serikat, Eropa dan Asia Timur.
g. Taiga
Hutan konifer yang terdapat di daerah terdingin dari iklim dingin. Terdapat di
bagian utara Amerika Utara.
h. Hutan Lumut / Hutan Tundra
Merupakan komunitas di pegunungan yang tinggi (2500 m). Pohonnya biasanya
kerdil dengan lumut kerak yang tebal. Misalnya hutan pegunungan di bagian tengah
Irian Jaya.
i. Hutan duri dan hutan kecil
j. Hutan kerdil beriklim sedang
Misalnya hutan di bagian barat California bagian selatan AS (Texas)
k. Semak berduri
l. Komunitas perdu berikim sedang
m. Savana
padang rumput di daerah tropika, di sana-sani terdapat pohon-pohon kecil
n. Komunitas pegunungan tinggi dan Kutub Utara
Contoh komunitas di pegunungan Jaya Wijaya, Himalaya
o. Komunitas Rawa
Komunitas ini berupa hutan mangrove yang dipantai tropis dan muara sungai
Jenis-jenis hutan secara umum :
1. Berdasarkan Populasi Jenis Tumbuhannya
a. Hutan Homogen
Hutan homogen adalah hutan yang ditumbuhi oleh satu jenis tumbuhan. Misalnya
hutan bambu, hutan akasia, hutan pinus, hutan jati, dsb.
b. Hutan Heterogen
Hutan heterogen adalah hutan yang ditumbuhioleh berbagai macam jenis
tumbuhan. Contohnya adalah hutan hujan tropis.
2. Berdasarkan Fungsinya
a. Hutan Suaka Alam
Hutan suaka alam adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk
melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah /
punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu
dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi
orang dan tempat penelitian.
b. Hutan Cadangan
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian dan
pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar hutan
cadangan.
c. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah hutan alam maupun hutan buatan yang memiliki fungsi
utama untuk perlindungan, terutama bagi keselamatan alam dan lingkungan.
Fungsi perlindungan tersebut misalnya:
1. Fungsi Hidrologis : difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah.
Artinya hutan lindung berfungsi sebagai penyaring setiap tetesan air yang
terserap ke dalam tanah dan kemudian menyimpannya sebagai air tanah
cadangan.
2. Menjaga tanah agar tidak terjadi erosi.
3. Fungsi Klimatologis : untuk mengatur iklim.
d. Hutan Produksi / Hutan Industri
Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua
golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang
alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia
yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan
manusia harus menebang pohon dengan sistem tebang pilih dengan memilih
pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
e. Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang berfungsi sebagai tempat wisata atau rekreasi.
Hutan seperti ini disebut juga dengan Taman Nasional atau Kebun raya.
Contohnya adalah Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman
Nasional Tesso Nilo, dsb.
3. Berdasarkan kondisi iklim, relief dan kesuburan tanah, hutan dibedakan :
a. Hutan hujan tropis , Hutan hujan tropis merupakan hutan dengan pepohonan yang
tinggi, berdaun lebar, selalu hijau, terdapat epifit, lumut, palm dan pohonnya
rapat. Hutan ini terdapat di daerah tropis seperti di Indonesia dan Brazil
b. Hutan musim, pada hutan ini pohon-pohonnya tidak terlalu rapat dan pada musim
kemarau daunnya meranggas.
c. Hutan Gugur.
d. Hutan Bakau / Mangrove, Hutan yang terdapat di daerah pantai dengan
tumbuhan mangrove.
Di Indonesia Ekosistem hutan, antara lain :
a. Hutan hujan
b. Hutan musim
c. Savana
d. Padang rumput
e. Hutan mangrove
Pada umumnya ekosistem hutan merupakan lahan terkaya, karena substrat yang
tertahan dengan adanya humus yang tebal. Disini flora dan fauna menunjukkan
keanekaragaman. Tetapi di hutan basah keadaan faunanya biasanya sedikit.
Hutan kerangas (heath forest) adalah hutan tropis yang kekayaan baik flora dan
faunanya miskin. Hal ini disebabkan karena kondisi tanah dan air tidak mendukung sebuah
hutan. Tanahnya biasanya berupa tanah pasir-padsel. Terdapat di Kalimantan.
Menurut Resosudarmo (etal-1985), hutan kerangas mudah sekali rusak dan bila telah
rusak sukar untuk dipulihkan kembali. Contoh hutan keranges di Bangka dan Belitung.
Repetfo (1987) menyatakan bahwa pemanfaatan hutan dengan penebangan intensif di
negara berkembang (Indonesia) yang disebabkan :
- Pola pembangunan
- Pertambahan penduduk
- Kebutuhan lahan pertanian
10
11
Definisi yang diberikan oleh soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002),
lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air
selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat
dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl).
Dari pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam
kelompok lahan kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun
campuran, perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang.
Lahan kering mempunyai potensi yang cukup luas untuk dikembangkan,
dengan luas yang mencapai 52,5 juta ha (Haryati, 2002) untuk seluruh indonesia
maka pengembangan sangat perlu dilakukan. Menurut Simposium Nasional tentang
Lahan Kering di Malang (1991) penggunaan lahan untuk lahan kering berturut
adalah sebagai berikut: hutan rakyat, perkebunan, tegalan, tanah yang sedang tidak
diusahakan, ladang dan padang rumput.
6. Pertanian Ecofarming
Ecofarming adalah bentuk budidaya pertanian yang mengusahakan sedapat
mungkin tercapainya keharmonisan dengan lingkungannya.Dalam hal tertentu
dalam ecofarming bisa saja memasukkan komponen pepohonan atau tumbuhan
berkayu lainnya sehingga dapat disebut agroforestri. Dalam eco-farming tidak
selalu dijumpai unsur kehutanan dalam kombinasinya, sehingga dalam hal ini
ecofarming merupakan kegiatan pertanian.
Selain itu ecofarming ini mempunyai pengertian sebagai merupakan sistem
budidaya tanaman yang berpihak kepada kelestarian lingkungan hidup serta
kesehatan konsumennnya. Pada dasarnya, sistem ini bukan merupakan sebuah
konsep baru, tetapi merupakan suatu cara bertani yang sudah dikembangkan
sebelum diterapkannya pertanian konvensional (revolusi hijau). Namun, keakraban
petani dengan sistem pertanian konvensional pada saat ini menyebabkan
pengetahuan tentang pola pertanian ekologis dan keterampilan dalam menerapkan
sistem pertanian yang sejak dulu telah dilakukan tersebut menjadi terlupakan.
Selain menghasilkan produk pertanian yang aman dikonsumsi, bergizi serta
baik bagi kesehatan, keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengembangan
sistem pertanian organik diantaranya adalah: meminimalkan polusi yang dihasilkan
dari kegiatan pertanian, meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian
dalam jangka panjang serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan.
Petani menunjukkan pupuk organik hasil produksinyaPertanian ekologis
mengacu kepada sistem pertanian yang mengikuti prinsip-prinsip dan logika-logika
organisme hidup yang semua elemen-elemennya (tanah, tanaman, ternak serangga,
petani, dll) berhubungan erat satu sama lain. Oleh karenanya pertanian ekologis
harus didasarkan pada pengertian yang mendalam dan pengelolaan yang cermat dari
interaksi - interaksi dan proses-proses tersebut.
Dengan demikian istilah pertanian ekologis tidak hanya berarti penolakan
terhadap penggunaan pupuk dan pestisida yang bersifat sintetis atau kimia.Petani
ekologis dapat banyak belajar dari mengamati hubungan saling ketergantungan
dalam suatu ekosistem alam, misalnya hutan. Semakin beragam komponen, maka
akan semakin stabil sebuah ekosistem yang ada di dalamnya.
Dalam melaksanakan program pengembangan masyarakat di daerah-daerah
terpencil yang berbatasan dengan kawasan konservasi YEL memperkenalkan sistem
pertanian ekologis melalui penerapan pertanian organik.Dalam menunjang aktivitas
penyebarluasan system pertanian ekologis, YEL didukung oleh mitra utamanya,
12
13
3.
4.
Produktivitas
Rendah
Tinggi
Manfaat langsung relatif untuk Rendah
Tinggi
manusia
Hubungan antara komponen biotik dengan abiotik tidak stabil karena selalu ada
campur tangan manusia. Dalam ekosistem alami terdapat hubungan yang harmonis antara
biotik dan abiotic, tetapi komponen biotik yang tidak beradaptasi (menyesuaikan) akan
tersingkir / punah. Ingat hukum seleksi alam Darwin.
Manusia selalu berusaha menstabilkan produktivitas lahan dengan menambahkan zatzat organik agar komponen biotiknya hidup dengan subur. Mengenai keanekaragaman
biotik rendah karena manusia hanya memelihara yang sesuai dengan kebutuhannya.
Energi/bahan yang dimasukkan sebagai subsidi pada agroekosistem adalah :
- Energi mekanik yang dipergunakan untuk pengolahan tanah/ekosistem
- Energi kimia yang berupa pupuk dan pestisida, penggunaan bibit unggul
- Energi listrik untuk sarana penunjang
Efisiensi di bidang pertanian dengan cara bertanam tmpang sari dan aneka tani
(Multiple eroping).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai lingkungan hidupnya sendiri. Tempat
makhluk hidup melakukan segala kegiatan hidupnya disebut habitat. Satuan makhluk
hidup dalam ekosistem meliputi individu, populasi, dan komunitas. Kesatuan komunitas
dengan lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik disebut ekosistem.
Terdapat beberapa macam ekosistem, salah satunya ekosistem darat yaitu ekosistem yang
lingkungan fisiknya berupa daratan. Ekosistem darat dibedakan atas beberapa
bioma(daerah habitat) seperti gurun, padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan
tundra.
B. SARAN
Dari tulisan makalah yang kami buat, kami berharap dapat menambah pengetahuan
kepada teman-teman, agar dapat mengetahui mengenai Ekosistem Darat. Kami juga
berharap, bahwa kita sebagai generasi penerus, tidak hanya membaca buku satu saja tapi
lebih banyak buku mengenai radiasi benda hitam, sehingga dengan begitu akan semakin
banyak ilmu dan pengetahuan yang dapat kita peroleh.