Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN

(KAK)

KERJA

DED TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA (TES)/SHELTER


KABUPATEN PANGANDARAN 1
TAHUN ANGGARAN

2014

K E M E N T E R I A N

P E K E R J A A N

U M U M

D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
SATUAN KERJA PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Jl. Kramat Raya No. 63 Jakarta Pusat Telp./Fax. 021.31920090 Email:pblstrategis@gmail.com

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERANCANGAN BANGUNAN TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA (TES)/SHELTER


TA. 2014
1. DASAR HUKUM
Perancangan Bangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES)/Shelter didasarkan pada:
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
c) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
e) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara;
g) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
h) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung.
2. LATAR BELAKANG
Kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografis, dan klimatologis menjadikan Indonesia sebagai negara
yang rawan bencana, baik bencana alam, maupun bencana non alam. Salah satu ancaman bencana yang
paling menonjol di Indonesia adalah bahaya yang timbul dari bencana berupa gempa bumi dan tsunami.
Gempa bumi yang berpotensi membangkitkan tsunami perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hampir
seluruh wilayah Indonesia rawan akan ancaman.
Dalam dua dekade terakhir telah terjadi sedikitnya 10 (sepuluh) kejadian bencana gempa dan tsunami di
Indonesia. Sembilan diantaranya merupakan peristiwa gempa dan tsunami yang sangat merusak dan
menimbulkan korban jiwa serta material, seperti gempa dan tsunami di Flores (1992), tsunami di Banyuwangi,
Jawa Timur (1994), Biak (1996), Maluku (1998), Banggai, Sulawesi Utara (2000), tsunami besar di Aceh
(Desember 2004), Tsunami di Nias (2005), Jawa Barat (2006), Bengkulu (2007), dan Mentawai (2009).
Seiring dengan perubahan paradigma penanganan bencana di Indonesia yang telah mengalami pergeseran,
yaitu penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek penanganan tanggap darurat, tapi lebih
menekankan pada keseluruhan manajemen risiko bencana. Sebagai respons dari perubahan paradigma
penanggulangan bencana tersebut maka diterbitkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana dimana didalamnya terdapat ketentuan umum yang menyebutkan bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang mengurangi risiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi.
Menimbang atas skala bencana dan ancaman jumlah korban yang besar, pemerintah telah melakukan
antisipasi untuk penanganan bencana tsunami ini dengan memasang alat-alat peringatan dini tsunami di
berbagai tempat yang dinilai berisiko tinggi. Selain itu, tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi korban yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami adalah membangun Bangunan
TES/Shelter yang dapat digunakan sebagai lokasi untuk evakuasi sementara pada sesaat setelah terjadinya
gempa dan tsunami. Segera setelah tsunami, masyarakat yang berada di TES/Shelter akan dipindahkan ke
tempat evakuasi akhir untuk waktu tertentu. Pada saat tidak terjadi bencana, bangunan ini dapat digunakan
untuk kegiatan kemasyarakatan yang lain.

3. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Tersusunnya rancangan bangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES)/Shelter yang mempunyai elevasi,
kekuatan dan ketahanan struktur yang memadai, sebagai fasilitas evakuasi sementara pada saat terjadi
bencana sebelum dipindahkan ke tempat evakuasi akhir.
Tujuan
Tersusunnya Dokumen DED TES/Shelter sebagai panduan pelaksanaan pembangunan Bangunan
TES/Shelter yang andal dan tahan gempa.
4. SASARAN
Tersusunnya rancangan bangunan TES/Shelter sesuai dengan konsep ayembara Desain Prototipe
Bangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES)/She
secara berkualitas, tepat waktu, dalam batas biaya
yang tersedia, serta diselenggarakan secara tertib administrasi., dengan melalui tahapan perancangan
sebagai berikut:
Menyusun Dokumen Pra-Rancangan;
Menyusun Dokumen Pengembangan Rancangan;
Menyusun Dokumen Rancangan Gambar Detail; RKS, dan RAB.
5. LINGKUP PEKERJAAN
1) Titik lokasi bangunan TES/Shelter yang akan direncanakan harus mendapatkan persetujuan dari
masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat, yaitu dengan melibatkan tokoh masyarakat, ormas, Instansi
Pemerintah Daearah terkait di sekitar lokasi TES/Shelter dengan tujuan agar bangunan tersebut nantinya
dapat digunakan sebagaimana mestinya, sehingga perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat.
2) Persiapan, seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan, termasuk pengukuran lapangan dan
penyelidikan tanah; menganalisia kontur tanah, prediksi ketinggian bencana tsunami, dan rendaman air
akibat bencana tsunami; membuat interpretasi secara garis besar terhadap Kerangka Acuan Kerja;
program kerja perencanaan; sketsa gagasan; mengurus perizinan sampai mendapatkan keterangan
rencana kota/kabupaten, keterangan persyaratan bangunan dan lingkungan, dan penyiapan kelengkapan
permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah
daerah setempat, dan konsultasi dengan Pemerintah Daerah setempat mengenai peraturan daerah/
perizinan bangunan;
3) Penyusunan Pengembangan Rencana, seperti membuat:
a. Rencana Arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi dwi dan trimatra;
b. Rencana Struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
c. Rencana Mekanikal-Elektrika, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
d. Garis Besar Spesifikasi Teknis (Outline Specifications);
e. Perkiraan Biaya.
4) Penyusunan Rencana Detail berupa uraian lebih terinci seperti membuat gambar-gambar detail, rencana
kerja dan syarat-syarat, rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan
konstruksi, dan menyusun laporan perencanaan;
5) Pembuatan Dokumen Perencanaan Teknis berupa rencana teknis arsitektur, struktur, mekanikal dan
elektrikal, tata ruang, dengan mempertimbangkan aspek kebencanaan dalam bentuk gambar rencana,
gambar detail pelaksanaan dan perhitungannya, rencana kerja dan syarat-syarat administratif, syarat
umum dan syarat teknis, rencana anggaran biaya pembangunan dan laporan perencanaan sehingga
menghasilkan keluaran sebagai berikut:

a. Perencanaan Struktur meliputi struktur bawah tanah/sub structure dan struktur atas/upper structure.
SASARAN KINERJA: Bangunan ini diharapkan memiliki kemampuan struktur untuk memelihara
kemungkinan terjadinya kerusakan yang signifikan pada saat terjadinya bencana sambil
memelihara keselamatan dan keamanan pengungsi. Beban yang diperhitungkan adalah;
hydrostatic forces, buoyant forces, hydrodinamic forces, impulsive forces, debris impact forces,
debris damming forces, uplift forces, dan additional gravity loads.
ATRIBUTE UTAMA: Pembuatan sistem penahan yang kokoh dan mampu menahan kekuatan
eksternal yang ekstrim, sistem struktur yang mampu mengalirkan kekuatan air yang datang, sistem
ductile yang mampu menahan beban ekstrim anti gagal, atau sistem berulang yang mampu
menghambat kegagalan sebagian bangunan tanpa terjadinyakeruntuhan total. Pembuatan dinding
penahan yang mampu menahan kekuatan ekstrim external, atau sistem struktur yang bisa
mengalirkan kekuatan air yang datang, ductile systems yang mampu menahan beban ekstrim anti
gagal dan sistem berulang yang dapat menghambat kegagalan sebagian bangunan tanpa
terjadinya keruntuhan total.
SISTEM PONDASI: Pertimbangkan effect scour dan penggunaan pondasi tiang yang dalam
PERKUATAN KOMPONEN BANGUNAN: Perkuatan atap, perkuatan sistem dinding, perkuatan
daerah akses, daerah yang memiliki potensial keruntuhan, dan daerah daerah yang berpotensi
bahaya.
b. Perencanaan Non Struktur meliputi:
PENEMPATAN SITE (SITING): Ditempatkan agar pengungsi dapat mencapai bangunan dalam
waktu yang tersedia antara terjadinya bencana dan kemungkinan keberadaan pengungsi pada
saat terjadinya bencana.
BESARNYA BANGUNAN (SIZING): Direkomendasikan 10 sqft (0,95 m2) per pengguna.
SUSUNAN RUANG (SPACING): Susunan ruang yang mempertimbangkan waktu peringatan,
kecepatan dan kepadatan penduduk.
ELEVASI: elevasi yang direkomendasikan adalah antisipasi atau perhitungan dari elevasi
ketinggian tsunami maksimal plus 30% plus 3 m. Untuk penghitungan elevasi, dapat digunakan
Peta Bahaya Rendaman Tsunami atau menggunakan hasil studi yang pernah ada.
ARSITEKTUR HIJAU: bangunan diharapkan memberikan kontribusi dalam upaya pelestarian
lingkungan dan green architecture.
PENGGUNAAN MATERIAL: Material bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan
kekuatan, keawetan dan kemudahan dalam konstruksi dan pemeliharaan.
c. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
Perencanaan Plumbing
Perencanaan Pemadam Kebakaran
Perencanaan Ventilasi
Perencanaan Elektrikal
Perencanaan Elektronika
Perencanaan Genset
Perencanaan Eskalator dan Lift
Perencanaan Test Commisioning

2.

3.

4.
5.

6.

perencanaan dan estimasi atau draft Rancangan Anggaran Biaya (RAB).


Laporan dan notulensi pembahasan Laporan ini diserahkan 30 hari kalender sejak penandatanganan
kontrak. Laporan digandakan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan dinyatakan diterima bila telah
dilakukan rapat koordinasi perencanaan dihadiri oleh unsur-unsur terkait di pusat dan disetujui oleh Tim
Teknis.
Laporan Tahap Rancangan Gambar Detil, RAB, RKS
DED disajikan dalam format A3 dan A1 dan digandakan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
Dokumen ini diserahkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum kontrak berakhir.
RAB disajikan dalam format A4 dan digandakan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Dokumen
ini diserahkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum kontrak berakhir.
RKS disajikan dalam format A4 dan digandakan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Dokumen
ini diserahkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum kontrak berakhir.
Back Up Perhitungan Volume
Back Up perhitungan volume disajikan dalam format A4 dan digandakan sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar. Dokumen ini diserahkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum kontrak berakhir.
Gambar 3 Dimensi
Disajikan dengan kualitas RENDER minimal resolusi HD 1200 pixel.
Executive Summary
Executive Summary berisikan profil Lokasi TES dan ringkasan proses perencanaan sampai dengan
tersusunnya DED, RKS, dan RAB. Dokumen ini disajikan dalam format khusus dengan ukuran 20x25cm,
sebanyak 1 eksemplar.
Dokumentasi Soft Copy

Selain laporan dalam bentuk hardcopy, Konsultan Perencana berkewajiban menyiapkan seluruh hasil
pekerjaannya dalam bentuk computer file yang dikemas ke dalam 1 (satu) unit External Hard Disk, Isinya
merupakan data dan informasi seluruh pekerjaan yang berisi data primer dan sekunder dilengkapi foto-foto
dokumentasi,, grafis presentasi, Executive Summary dan data yang bersifat statistik lainnya.

10. PENUTUP
Kerangka Acuan Kerja ini merupakan pedoman dasar yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh Konsultan
sepanjang keluaran akhir dapat dihasilkan secara optimal dan sesuai dengan yang diharapkan.
Format laporan diupayakan mengikuti standar pelaporan yang representatif, baik jenis kertas, tulisan, maupun
sampul dan lain-lain atau minimal mengikuti standar pelaporan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum yang berlaku.

Jakarta, 1 7 Juli 2014


Pejabat Pembuat Komitmen
Pelaksanaan Tempat Evakuasi Sementera,

Kusworo Darpito,ST., MDM


NIP. 197405162005021001

Anda mungkin juga menyukai