Anda di halaman 1dari 8

Mendekatnya suatu unsur hara dari larutan tanah ke permukaan akar dapat terjadi

melalui salah satu dari tiga proses, yaitu: (1) intersepsi akar (root interception) atau dengan
pertukaran kontak (contact exchange), (2) difusi ion-ion dalam larutan tanah, dan (3)
gerakan ion-ion oleh gerakan massa (mass movement) atau aliran massa (mass flow) larutan
tanah.

Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi kemampuan tanaman menyerap hara


adalah:

1. Konsentrasi oksigen dalam udara tanah. Energi yang diperlukan untuk serapan hara
berasal dari proses respirasi dalam akar tanaman. Untuk se-mua tanaman akuatik
ternyata proses respirasi ini tergantung pada suplai oksigen dalam udara tanah. Oleh
karena itu aerasi yang buruk akan menghambat proses penyerapan unsur hara
(Grable, 1966; Bolt, 1966) disamping mempengaruhi tingkat oksidasi beberapa
macam unsur hara.

2. Temperatur tanah. Penyerapan unsur hara berhubungan dengan aktivitas metabolik


yang selanjutnya sangat tergantung pada suhu. Konsentrasi hara dalam larutan tanah
yang lebih besar seringkali diperlukan untuk mencapai laju pertumbuhan
maksimum dalam kondisi tanah dingin dibandingkan dengan tanah-tanah yang
hangat. Hal ini telah terbukti dengan unsur hara P (Sutton, 1969).

3. Reaksi-reaksi antagonistik yang mempengaruhi serapan hara. Walaupun konsentrasi hara


pada permukaan akar bisa menjadi faktor paling kritis yang mempengaruhi laju
serapan pada kondisi lingkungan normal, reaksi-reaksi anatgonistik antara ion-ion
juga dapat menjadi penting. Kurva baku respon hasil tanaman terhadap penambahan
unsur hara tunggal pertama kali menunjukkan daerah respon pertumbuhan,
kemudian daerah ha-sil maksimum yang mendatar, dan akhirnya zone depresi hasil
kalau konsentrasi mendekati tingkat toksik. Kisaran hasil maksimum di daerah yang
mendatar tergantung pada hara (sempit untuk unsur mi-kro, lebar untuk unsur makro)
dan pada konsentrasi relatif unsur hara lainnya. Suatu teladan kondisi yang terakhir
ini adalah terjadinya depresi hasil akibat penambahan K pada tanah-tanah yang
miskin Mg. Efek antagonistik K terhadap serapan Mg dapat mengakibatkan depresi
hasil karena defisiensi Mg.

4. Substansi toksik. Suatu substansi yang mengganggu proses metabolisme tanaman juga
dapat mempengaruhi serapan hara. Substansi toksik seperti ini di antaranya adalah
konsentrasi Mn atau Al yang tinggi dalam tanah masam, konsentrasi garam terlarut
yang sangat tinggi, jumlah B yang berlebihan, dan lainnya.

Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap


sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson,
1994):
7
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.
Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro
maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara
menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan
unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam
tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk
ke
dalam tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
tanaman.

 Faktor yg pengaruhi kandungan BO tanah : iklim, vegetasi, topografi,


waktu, bahan induk dan pertanaman (cropping).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk
jenis
tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi,
temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor
iklim
terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan
bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu,
masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan
liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah
kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan
seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan
dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup
tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik
sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk
yang berumur 6 bulan.

 Karbon : CO2, CO3=, HCO3- CH4, karbon elementer


 Nitrogen : NH4+, NO2-, NO3-, gas N2
 Sulfur : S, H2S, SO3=, SO4=, CS2
 Fosfor: H2PO4-, HPO4=
 Lain-lain : H2O, O2, H2, H+, OH-, K+, Ca2+, Mg2+ dll

Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik
digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.

Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang tidak
resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi dihasilkan ion atau hara
yang tersedia bagi tanaman.

Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti:
lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten
terhadap proses dekomposisi.

Humus: campuran senyawa yg kompleks (tersusun oleh asam humat, as fulfat, ligno protein dll),
mempunyai sifat agak/cukup resisten (tahan) thd perombakan jasad renik (mikroorganisme),
bersifat amorf (tak mempunyai bentuk tertentu), berwarna coklat-hitam, bersifat koloid (<1 µm,
bermuatan) dan berasal dari proses humifikasi bahan organik oleh mikroba tanah.
Pengaruh humus (BO) thd sifat2 tanah:
• Pengaruh scr fisik:
– warna tanah menjadi lbh kelam. Coklat-hitam: menaikkan suhu.
– Meningkatkan agregasi (granulasi tanah) dan urobilitas agragat, aerasi
(penghawaan) lbh baik, draenasi perembihan, pelulusan) lbh baik, lbh tahan thd
erosi
– Mengurangi plastisitas pd tanah lempung (liat-clay), tanah lbh mudah diolah (lbh
gembur)
– Menaikkan kemampuan mengikat/menyimpan air
• Pengaruh scr kimia:
– Menaikkan KPK. (humus mempunyai KPK>200 me/100 gr.
– Merup slh satu sumber unsur hara (penting dlm daur/siklus unsur hara)
– Merup cadangan unsur hara utama N,P, S dlm bent organic dan unsure hara mikro
(Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca) dlm bent khelat (chelate) dan akan dilepaskan scr
perlahan-lahan.
– Meningkatkan aktivitas, jumlah dan populasi mikro dan makro organisme tanah
(O merup sumber energi/mknan) (bakteri, fungi, actinomycetes, cacing, serangga
dll)

Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap


tanaman. Peran utama unsur ini adalah :
- Merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun).
- Meningkatkan jumlah anakan
- Meningkatkan jumlah bulir/ rumpun
Kurang unsur N menyebabkan:
- Pertumbuhannya kerdil
- Daun tampak kekuning-kuningan
- Sistem perakaran terbatas
Kelebihan unsur N menyebabkan tanaman:
- Pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen)
- Mudah rebah
- Menurunkan kualitas bulir.
- Respon terhadap serangan hama/ penyakit.
Peranan Posfor
Secara detail fungsi posfor dalam pertumbuhan tanaman sukar di utarakan,
namun demikian fungsi-fungsi utama posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah
sebagai berikut :
- Memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai
- Menurunkan aborsitas
- Perkembangan akar halus dan akar rambut
- Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah
- Memperbaiki kualitas gabah
Kekurangan posfor menyebabkan tanaman
- Pertumbuhan kerdil
- Jumlah anakan sedikit w
- Daun meruncing berwarna hijau gelap
Peranan Kalium
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman.
Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim.
Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan:
- Ketegaran tanaman terjamin
- Merangsang pertumbuhan akar
- Tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit
- Memperbaiki kualitas bulir
- Dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor
- Mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu
Kekurangan Kalium menyebabkan :
- Pertumbuhan kerdil
- Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya.
- Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji.
- Permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata
- Munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna
hijau gelap.
Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar
magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat terendah
sehingga aktifitas fotosintesa terganggu.

Tanah bereaksi masam (pH rendah) adalah karena tanah kekurangan Kalsium (CaO) dan
Magnesium (MgO), ini disebabkan oleh:

• Curah hujan tinggi, pada daerah dengan iklim tropika basah, dengan curah hujan yang
tinggi, secara alami tanah akan menjadi masam akibat pencucian unsur hara yang ada.
• Pupuk pembentuk asam, Pupuk nitrogen seperti Urea, ZA, Amonium Sulfat, Kcl, ZK
adalah pupuk yang mempunyai pengaruh mengasamkan tanah.
• Drainase, Drainase yang kurang baik, genangan air yang terus menerus pada tanah yang
berawa, tanah pada keadaan yang demikian selalu asam.
• Adanya unsur berlebihan, Al (Alumunium), Fe (Besi) dan Cu (Tembaga) dalam kadar
yang berlebih, seperti disekitar pegunungan verbek atau daerah tambang nikel, besi dan
tembaga selalu di jumpai tanah asam.
• Proses dekomposisi bahan organik, Pada tanah berbahan organik tinggi seperti pada
tanah gambut selalu dijumpai tanah asam dengan pH rendah, hal itu karena proses
dekomposisi bahan organik yang dalam prosesnya akan mengusir dan mengeluarkan
unsur (Kalsium) CaO dari dalam tanah.

Kendala kendala utama bagi pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah mineral masam adalah
keracunan Al, Fe dan Mn (Widawati, 1999). Tingginya kandungan unsur-unsur tersebut akan
berbahaya bagi akar dan menghambat pertumbuhan akar serta translokasi P dan Ca ke bagian
atas tanaman (Sanchez, 1976). Selain itu tanaman kekurangan unsur hara makro terutama P.
Kekurangan zat hara tersebut disebabkan oleh terikatnya unsur tersebut secara kuat pada partikel
tanah seperti mineral lempung dan oksida-oksida besi dan aluminium membentuk Al dan Fe
fosfat sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Beberapa usaha yang ditempuh untuk
mengatasinya antara lain dengan pemupukan dan pemanfaatan bakteri pelarut fosfat (BPF).
Kapur Pertanian

Manfaat dan Kegunaan


1.Pada lahan pertanian
- Meningkatkan pH tanah menjadi netral
- Meningkatkan ketersedian unsur hara dalam tanah sehingga mudah diserap tanaman
- menetralisir senyawa-senyawa beracun, baik organik maupun an-organik
- meningkatkan populasi & aktivitas mikro organisme tanah yang sangat menguntungkan
terhadap ketersediaan hara tanah
Kapur Pertanian adalah yang dihasilkan dari pabrik pupuk ZA (Amonium sufat) yang bahan
bakunya berasal Phosopho gypsum(diperoleh dari pabrik asam fosfat) serta
Amoniak (NH3) dan karbon dioksida (CO2)
kapur pertanian berpengaruh positif pada pertumbuhan. Hal ini disebabkan antara lain :
1. Pengaruh langsung kalsium dan magnesium sebagai unsur hara.
2. Netralisir senyawa - senyawa beracun, baik organic maupun an-organic
3. Penekanan penyakit tanaman
4. Meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara
5. Rangsangan terhadap aktivitas mikro organisme tanah yang sangat menguntungkan terhadap
ketersediaan hara
6. Meningkatkan pH tanah, sehingga sangat cocok untuk tanah masam khususnya tanah gambut
7. Ukuran butiran kapur eks. PT. Petrokimia Gresik sangat kecil dan seragam, sehingga
mempermudah homogenitas dalam aplikasinya
8. Kapur produksi PT. Petrokimia Gresik dapat digunakan untuk lahan pertanian, Perikanan
maupun perkebunan
KAPTAN produksi PT. Petrokimia Gresik telah memenuhi syarat SNI 02-0482-1998 yaitu :
- CaCO3 : 85,27%
(SNI, kadar CaCO3 = 85% min)
- Al2O3 +F2O3 : 0,18%
(SNI, kadar Al2O3 + F2O3 = 3,5% max)
KENDALA TANAH MASAM
• Keracunan Al, Mn dan Fe
• Kekahatan Ca, Mg, Mo
• Pelapukan bahan organik lambat
• Ketersediaan N dan P kecil
• Aktivitas organisme rendah
• Produktivitas`tanah rendah
• Tidak semua tanaman dapat toleran
• Pertumbuhan tanaman terhambat
• tanah min bersifat tua
• Tanah organik belum matang

PH tanah aktual (pH H2O)


• menunjukkan konsentrasi H+ dalam larutan tanah, sesuai dengan kondisi alam
sebenarnya.
• Larutan pengekstrak adalah air suling (H2O) dengan perbandingan tanah dan H2O adalah
1:2,5
• Skema keseimbangannya :
H+ H+
- - H+
- H+ Na+
- Ca H+ Ca++
- K+ Mg++ K+Mg++ H2O
- fase padat larutan tanah
pH tanah Potensial (pH Kcl atau pH CaCl2)
• Menunjukkan nilai pH tanah setelah H+ dalam kompleks jerapan/didesak keluar dan
masuk ke dalam larutan tanah oleh kation lain.
• Merupakan pH tanah yang mungkin potensial dapat terjadi karena pengaruh lain
• Larutan pengekstrak adalah KCl 1 N atau CaCl2 1N atau CaCl2 1 N (1:2,5)
• Skema :
H+H+H+ Na+ K+K+K+ H+
H+ K+Cl- K+ K+ H+H+Cl-
Ca++ K+Ca++ H+
Na+ Ca++Mg++ Na+
Fase padat + larutan tanah fase padat + larutan tanah
• Konsentrasi H+ dalam larutan tanah meningkat maka pH turun

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kesuburan suatu tanah
diantaranya : (1) melihat citra tanaman di lapangan , (2) uji tanaman, (3) uji biologi dan
(4) uji tanah.

Citra Tanaman di Lapang


Penilaian kesuburan tanah berdasarkan citra tanaman di lapang dapat dilakukan dengan
melihat langsung (visual) dari penampakan pertumbuhan tanaman yang abnormal di
lapangan. Kelainan pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh karena kekurangan beberapa
unsur hara, dapat juga disebabkan oleh kelebihan unsur hara (keracunan) dalam tanah.
Penggunan alat penolong berupa gambar (foto) berwarna akan sangat membantu untuk
pengenalan tanaman sehat atau tanaman tersebut terhadap tanaman pengganggu kahat
suatu unsur hara. Gejala kahat unsur hara dapat berupa : a) terhambatnya pertumbuhan
tanaman, b)kelainan dalam warna daun tanaman, kahat N ; daun kuning membentuk huruf
V, kahat phospat ditandai dengan daun kuning keputihan, kahat Fe tepi daun berwarna
ungu kemerahan, c) nekrosis (matinya jaringan) misalnya keringnya pinggiran daun pada
tanaman kedelai akibat kekurangan kalium dan yang terakhir d) bentuk yang abnormal dari
bagian-bagian tanaman.

Uji tanaman
Uji tanaman ini didasarkan pada anggapan/asumsi bahwa unsur hara di dalam tanaman
berhubungan dengan unsur hara di dalam tanah. Dari hasil uji tanamandidapat kadar dari
unsur hara dalam tanah, dimana hal ini dapat digunakan sebagai dasar atau patokan untuk
menilai kesuburan tanah. Kadar tersebut kemungkinan berada pada suatu titik yang kritis,
dimana telah diperlukan pemupukan. Misalnya kadar phospor sekitar 0.3 % dalam daun
jagung yang berada di bawah tongkol terbawah adalah berada pada titik kritis.
Uji biologi
Uji biologi terhadap kesuburan tanah dapat dilakukan sebagai berikut : 1) percobaan di
lapangan, 2) percobaan Green house dan 3) percobaan mikrobiologi. Percobaan lapangan
merupakan percobaan yang dilakukan dengan sejumlah perlakuan pemupukan dengan
beberapa ualangan serta menggunakan tanaman indikator. Percobaan green house yaitu
percobaan pengujian tanah dengan menggunakan sejumlah tertentu tanah dalam pot
dengan menggunakan tanaman tertentu sebagai indikator. Sedangkan percobaan
mikrobiologi didasarkan atas asumsi bahwa adanya beberapa jenis mikroorganisme tanah
mempunyai kelakuan hampir sama dengan tumbuhan tingkat tinggi, selanjutnya
mikroorganisme tersebut sensitif terhadap kekurangan unsur hara. Sebagai contoh
Azotobacter dimana tumbuha ini akan terhambat pertumbuhan maupun perkem-bangannya
bila dalam keadaan tanah kekurangan unsur Kalium, Phospor dan Kalsium.

Uji Tanah
Uji tanah adalah berdasarkan konsep bahwa tanaman akan memberikan respon/ reaksi
terhadap pemebrian pemupukan dimana bila kadar hara tersebut kurang atau jumlah yang
tersedia tidak cukup untuk pertumbuhan tanaman yang normal. Sebagai contoh adalah
jumlah Kalium yang dapat dipertukarkan merupakan indikasi dari Kalium tersedia untuk
tanaman. Semakin tinggi jumlah dari kalium yang dapat dipertukarkan dalam tanah,
semakin berkurang respon tanaman tersebut terhadap pemupukan Kalium. Keadaan ini
dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut:
Saat ini ada dua jenis uji tanah yang sering dikembangkan sehubungan dengan status
unsur hara dalam tanah yaitu : (1) Uji total, adalah mengetahui total unsur yang terdapat
dalam tanah dengan tidak memandang bentuk dan tingkat ketersediaan sesuatu unsur hara
untuk tanaman (2) Uji partial adalah memberikan keterangan mengenai tingkat
ketersediaan sesuatu unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
Dalam uji tanah ini sangat diperlukan seseorang yang benar-benar ahli dan
berpengalaman serta terlatih secara tehnis dan sepenuhnya mengerti prinsip-prinsipilmiah
yang mendasari prosedur lapangan umum.

Anda mungkin juga menyukai