Anda di halaman 1dari 2

Klon Karet Unggul untuk 2006 - 2010

(naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

(sumber : SINAR TANI Edisi 28 Maret – 3 April 2007)

Indonesia mentargetkan produksi karet alamnya mencapai 4 juta ton pada tahun 2025.
Produksi karet alam Indonesia sekarang baru 2 juta ton dengan luas areal 3,26 juta ha.
Target tersebut menurut Cicilia Nancy Peneliti di Balai Penelitian Karet Sembawa bisa
tercapai bila minimal 85 persen areal perkebunan rakyat telah menggunakan klon unggul.
"Saat ini baru 40 persen yang telah menggunakan klon unggul," tambahnya kepada Sinar
Tani di Sembawa, Sumatera Selatan.
Klon-klon unggul karet yang direkomendasikan Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian
Sembawa untuk periode 2006-2010 terdiri dari dua kelompok. Pertama, kelompok klon
anjuran komersial adalah sekelompok klon dengan data yang lebih lengkap dan sudah dapat
dikembangkan oleh pengguna. Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon IRR 42
dan IRR 112 masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai benih bina.
Kedua, Klon harapan, merupakan kelompok klon yang mempunyai potensi
pertumbuhan dan produksi tinggi tetapi belum berupa benih bina.
Klon-klon anjuran komersial terdiri dari tiga katagori. Pertama klon penghasil lateks:
BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260. Kedua, klon penghasil lateks
kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, I RR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,
IRR 112 dan IRR 118. Ketiga, Klon penghasil kayu: IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78.
Klon penghasil kayu menurut Nancy cocok dikembangkan di kawasan hutan. Sedangkan
klon harapan: IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119,
IRR 141, IRR 208, IRR 211 dan IRR 220.
Untuk batang bawah pembuatan bibitnya dianjurkan menggunakan biji berasal dari klon
AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260 dan RRIC 100. Agar diperoleh mutu biji yang baik
maka tanaman yang dapat diambil bijinya adalah tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun
dan dipelihara sesuai standar. Pada umumnya biji yang dapat dimanfaatkan berasal dari
perkebunan besar atau proyek-proyek peremajaan karet rakyat dengan hamparan yang
cukup luas.
Potensi Produksi dan Sifat Skundernya
Data potensi produksi lateks diambil berdasarkan produksi komulatif selama 5 tahun, 10
tahun dan 15 tahun sadap. Potensi tersebut menggambarkan produksi pada awal sadap
yaitu hasil sadapan kulit perawan; dan produksi lanjutan, yaitu hasil sadapan kulit pilihan.
Rataan potensi hasilnya cukup tinggi yakni dari 1.640 - 2180 kg/ha (lihat tabel). Padahal rata-
rata produksi karet nasional hanya sekitar 600 kg/ha.
Di samping memiliki produksi lateks yang tinggi, klon karet unggul ini juga memiliki sifat
skunder yang baik, antara lain pertumbuhan lilit batang pada masa tanaman belum
menghasilkan maupun tanaman menghasilkan relatif cepat, tebal kulit baik. Di samping itu,
juga memiliki ketahanan terhadap angin, kering alur sadap, respon terhadap stimulan dan
resisten terhadap beberapa penyakit.

Partisipatif
Persoalannya menurut Nancy seringkali petani tidak memiliki sejumlah dana untuk
melakukan peremajaan tanamannya dengan Klon unggul. Terlebih lagi kalau harga karet
tengah tinggi seperti sekarang sampai 2 dolar/kg. "Petani akan terus menyadap pohon
karetnya dan enggan melakukan penyadapan," jelasnya.
Untuk itu Balai Penelitian Karet Sembawa menurut Nancy mengembangkan Model
Peremajaan Karet Partisipatif, yakni melibatkan perbankan atau lembaga lain yang mau
membiayai. Salah satunya yang sudah berjalan adalah pola yang dikembangkan PT
Sumatera Prima Fiberboard (PT SPF). Perusahaan ini membantu petani dengan bibit karet
unggul dan membeli kayu karet tuanya. Direktur Operasi PT SPF John Hendarso
mengatakan kayu-kayu karet tua itulah yang dijadikan fiberboard. "Sebagian besar untuk
pasaran ekspor," katanya.

Anda mungkin juga menyukai