SUDIROHUSODO MAKASSAR
Alamat Korespondensi:
Andi Faizal Fachlevy
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar,
HP: 085242102092
Email: strauss.levi3@gmail.com
Abstrak
Kanker Ovarium adalah penyakit keenam sebagai salah satu penyakit berbahaya yang memiliki insiden
dan kematian yang tinggi didunia pada wanita, penelitian ini bertujuan untuk menilai besar risiko kanker
ovarium terkait usia menarkhe,paritas,riwayat keluarga,penggunaan bedak,dan indeks massa tubuh pada
pasien yang dirawat di RSUP Wahidin Sudiro Husodo Tahun 2011. Metode yang digunakan adalah
analisis univariat, odds ratio, serta analisis regresi logistik. Dari 204 responden didapatkan hasil, risiko
tinggi kanker ovarium adalah usia menarkhe <12 tahun (OR = 2,104,CI 95% :1,061-4,174), Riwayat
Keluarga dengan kanker (OR = 2,133, CI 95%: 1,147-3,696), Penggunaan bedak di wilayah genital setiap
hari atau seminggu sekali (OR = 2,053, CI 95%: 1,130-3,71), IMT 30kg/m2 (OR=2,036, CI 95%: 1,0863,818),sedangkan paritas <2 kali memiliki risiko rendah terhadap kanker ovarium (OR=1,533,95% CI:
0,797-2,948). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kanker ovarium adalah usia menarkhe <12
tahun (pvalue 0,020) dengan propabilitas 73% untuk menderita kanker ovarium. Penelitian lebih lanjut
untuk mengungkap etiologi penyakit sangat diperlukan, pola makan dan pola hidup yang berkaitan
dengan aktifitas hormonal dicurigai sebagai pemicu terjadinya kanker ovarium.
Kata Kunci: Kanker Ovarium, Usia Menarkhe, Paritas, Riwayat Keluarga, Penggunaan bedak, IMT
Abstract
Ovarian cancer is the sixth disease as one of the dangerous diseases that have a high incidence and
mortality in women in the world, this study aims to assess the risk of ovarian cancer related to age of
menarche, parity, family history, use of powder, and body mass index in patients treated in the
department of Wahidin Sudiro Husodo Year 2011. The method used is the univariate analysis, odds
ratios, and logistic regression analysis. Of the 204 respondents obtained results, a high risk of ovarian
cancer is the age of menarche <12 years (OR = 2.104, CI 95% :1,061-4, 174), family history of cancer
(OR = 2.133, 95% CI: 1.147 to 3.696), use of powder in the genital area every day or once a week (OR =
2.053, 95% CI: 1.130 to 3.71), BMI 30kg/m2 (OR = 2.036, 95% CI: 1.086 to 3.818), whereas parity <2
times the risk low against ovarian cancer (OR = 1,533,95% CI: 0.797 to 2.948). Variables that most
influence on ovarian cancer is menarkhe age <12 years (p value 0.020) with propabilitas 73% for
ovarian cancer. Further research to uncover the etiology of the disease is necessary, diet and lifestyle
associated with hormonal activity is suspected as a trigger of ovarian cancer.
Key words: ovarian cancer, age of menarche, parity, family history, use of talcum powder, body mass
index
PENDAHULUAN
Kanker Ovarium adalah penyakit keenam sebagai salah satu penyakit berbahaya
yang memiliki insidens dan kematian yang tinggi didunia pada wanita (Parkin DM dkk
2007). Lebih dari 200.000 kematian yang tercatat setiap tahun, yang dominan diantara
perempuan dengan ekonomi lemah di masing-masing negara berkembang dan maju
(Sierra-Torres CH dkk 2008). Negara yang memiliki angka tertinggi adalah sub sahara
Afrika, termasuk Afrika Selatan (40/100.000). Di Afrika, kebanyakan penderita dengan
kanker Ovarium umumnya terdeteksi pada stadium penyakit yang tinggi (59,3%
stadium III). Dimana penurunan insidens dan kematian kanker Ovarium terdokumentasi
di negara maju seperti Amerika, Kanada, dan Skandinavia, trend ini tidak nyata terlihat
pada negara berkembang dikarenakan kurangnya atau kurang efisiennya program
screening (Moodley M dkk 2008). Namun data terbaru menunjukkan bahwa kanker
ovarium merupakan penyebab kematian kanker dikalangan perempuan di Amerika
Serikat dan Eropa Barat dan memiliki angka kematian tertinggi dari semua kanker
ginekologis (Aletti et al, 2007).
Tumor ovarium dapat diklasifikasikan sebagai karsinoma peritoneum primer,
kanker tuba Fallopii, tumor germinative, tumor ovarium epitel jinak (adenoma), tumor
potensial rendah ganas (tumor borderline), atau tumor epitel ganas (adenokarsinoma);.
Sedangkan yang paling banyak jenis tumor ovarium epitel adalah jinak, tidak menyebar,
dan biasanya tidak menyebabkan penyakit serius, kanker epitel ovarium (KEO) adalah
kanker paling umum kesembilan di kalangan perempuan, termasuk kanker kulit nonmelanoma, peringkat kelima kematian yang terkait kanker. Memang, menurut American
Cancer Society, KEO adalah penyebab kematian terbanyak daripada jenis kanker lain
dari sistem reproduksi wanita. Di Amerika Serikat, 21,990 kasus KEO baru, dan 15,460
KEO-kematian terkait diprediksi akan terjadi pada tahun 2011. Skenario epidemiologi
untuk KEO tidak jelas, setidaknya sebagian, mulai dari tidak efisiennya strategi
diagnosis / prognosis terutama karena kurangnya gejala khusus pada tahap awal KEO.
Sebagai akibatnya, sekitar 70% KEO didiagnosis pada tahap lanjutan ketika biasanya
metastatik tumor telah mengakuisisi fenotipe yang resistan terhadap obat. (Cancer Facts
and Figures 2011).
Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan SPSS. Dilakukan analisis univariat untuk
mengetahui karakteristik responden. Analisis Bivariat untuk melihat besar risiko
variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis multivariat untuk mengetahui
variabel independen yang paling berpengaruh pada kejadian kanker ovarium.
HASIL
Karateristik Responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa menunjukkan karakteristik responden di RSUP DR.
Wahidin Sudirohusodo yang menjadi sampel pada penelitian ini. Berdasarkan distribusi
kelompok umur yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu
sebanyak 62,7% dan paling sedikit adalah 31-40 tahun yaitu sebanyak 10,8%..
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak terdapat pada
tingkat pendidikan diploma yaitu sebanyak 39,7 % dan paling sedikit pada responden
dengan tingkat pendidikan SMU/MA/Kejuruan yaitu sebanyak 2,9 %. Distribusi
berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak adalah tidak bekerja / IRT yaitu
61,3 % dan paling sedikit pada respoden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS/TNI
yaitu 18,1 %.
Analisis Bivariat
Tabel 2 Berdasarkan hasil penelitian besar risiko kanker ovarium terhadap usia
menarkhe didapatkan nilai OR sebesar 2,054 pada tingkat kepercayaan (CI) =95%
dengan lower limit = 1,061 dan upper limit = 4,174. Karena nilai lower limit dan upper
limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,104 dianggap bermakna antara usia
menarkhe dengan kejadian kanker ovarium. Dengan demikian responden yang memiliki
usia menarkhe < 12 tahun memiliki risiko 2,104 kali dibandingkan dengan wanita yang
tidak memiliki usia menarkhe <12 tahun .
Hasil penelitian besar risiko kanker ovarium terhadap paritas, didapatkan nilai OR
sebesar 1,533 pada tingkat kepercayaan CI =95% dengan nilai Lower Limit = 0,797 dan
upper limit = 2,948. Karena nilai lower limit dan upper limit mencakup nilai satu, maka
nilai 1,533 dianggap tidak bermakna.
Hasil penelitian besar risiko kanker ovarium terhadap Riwayat Keluarga
didapatkan nilai OR sebesar 2,133 pada tingkat kepercayaan (CI) =95% dengan lower
limit = 1,147 dan upper limit = 3,969. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak
mencakup nilai satu, maka nilai 2,133 dianggap bermakna antara riwayat keluarga
dengan kejadian kanker ovarium. Dengan demikian responden yang memiliki riwayat
keluarga dengan kanker memiliki risiko 2,133 kali dibandingkan dengan wanita yang
tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker .
Hasil penelitian besar risiko kanker ovarium terhadap Penggunaan Bedak
didapatkan nilai OR sebesar 2,053 pada tingkat kepercayaan (CI) =95% dengan lower
limit = 1,130 dan upper limit = 3,731. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak
mencakup nilai satu, maka nilai 2,053 dianggap bermakna antara penggunaan bedak
dengan kejadian kanker ovarium. Dengan demikian responden yang memiliki riwayat
penggunaan bedak setiap hari atau seminggu sekali memiliki risiko 2,053 kali
dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat penggunaan bedak.
Hasil penelitian besar risiko kanker ovarium terhadap indeks massa tubuh
didapatkan nilai OR sebesar 2,036 pada tingkat kepercayaan (CI) =95% dengan lower
limit = 1,086 dan upper limit = 3,818. Oleh karena nilai lower limit dan upper limit
tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,036 dianggap bermakna antara Indeks Massa
Tubuh dengan kejadian kanker ovarium. Dengan demikian responden yang memiliki
indeks massa tubuh 30kg/m2 memiliki risiko 2,036 kali dibandingkan dengan wanita
yang memiliki indeks massa tubuh <30kg/m2.
Analisis Multivariat
Pada tabel 3 ada 4 variabel yang diikutkan dalam uji regresi logistik diketahui 1
variabel yang signifikan memiliki pengaruh terhadap kejadian kanker ovarium yaitu
riwayat keluarga dengan nilai p value (0,015) dan secara statistic bermakna. Diantara
keempat variabel tersebut faktor umur menarkhe memiliki pengaruh paling kuat
terhadap kejadian kanker ovarium dengan OR = 2,349 berarti kejadian kanker ovarium
pada wanita dengan usia menarkhe < 12 tahun adalah 2,349 kali lebih besar
dibandingkan wanita dengan usia menarkhe 12 tahun.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa usia menarkhe dini diduga
merupakan risiko kanker ovarium, hal ini berhubungan dengan produksi hormon oleh
ovarium yaitu estrogen, estrogen sendiri terdiri dari 3 jenis hormon yaitu estradiol,
estriol, dan estrion.
Estradiol dan estriol diduga bersifat karsinogenik, hal ini berhubungan dengan
poliferasi jaringan ovarium dimana kedua hormon ini memegang peranan penting.
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa menarkhe merupakan pertanda bahwa ovarium
telah mulai menghasilkan hormon estrogen. Dan pada faktanya bahwa usia menarkhe
dini (<12 tahun) menyebabkan usia menopause yang lebih lama, Sehingga keterpaparan
estrogen seorang wanita yang memiliki menarkhe dini lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang memiliki menarkhe normal.
Hasil analisis bivariat dengan uji Odds Ratio (OR) diperoleh nilai OR=2,104, pada
tingkat kepercayaan (CI)=95% diperoleh nilai Lower Limit (LL) = 1,061 dan Upper
Limit (UP) = 4,174. Oleh karena nilai LL dan UL tidak mencakup nilai 1 maka nilai
2,104 dianggap bermakna secara statistik, dengan demikian responden yang menarkhe
pada umur < 12 tahun memiliki risiko 2,104 kali lebih besar untuk mengalami kanker
ovarium daripada responden yang menarkhe pada umur 12 tahun.
Walaupun usia menarkhe yang terlalu dini dikaitkan dengan lamanya terpapar
oleh hormon estrogen dalam meningkatkan risiko kanker ovarium namun teori yang
kuat mengkaitkan menarkhe dengan kanker ovarium adalah teori gonadrotopin,karena
hormon gonadrotopin adalah hormon penting selama dan pra pubertas, dimana hormon
LH berfungsi mematangkan ovarium dan memicu ovulasi serta sintesis dan sekresi
estrogen dan progesteron pada wanita sehingga pubertasi pada wanita sangat
dipengaruhi oleh hormon ini, adapun teori ini didasarkan pada pengetahuan dari
percobaan binatang dan data epidemiologi. Hormon hiposa diperlukan untuk
perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rhodentia. Pada
percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar
hormon gonadotropin meningkat.
Peningkatan kadar hormon gonadrotopin ini ternyata berhubungan dengan makin
bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut. Walaupun teori ini telah
mencoba menjelaskan pengaruh peningkatan hormon gonadrotopin terhadap kanker
ovarium, namun teori ini masih menjadi perdebatan selain karena teori ini didasarkan
pada uji coba binatang mamalia, namun struktrur anatomi dan fisiologi tubuh manusia
jauh berbeda bila dibandingkan dengan binatang rodentia, selain itu kadar estrogen
rendah pada tubuh manusia memicu peningkatan kadar hormon gonadrotopin dalam
tubuh manusia, dikarenakan salah satu fungsi hormon gonadrotopin (LH) adalah
meningkatkan sintesis dan pelepasan estrogen dan progestin, sehingga hal ini dapat
menyebabkan peningkatan yang pesat pula pada hormon estrogen.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh
seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium sehingga
menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi epitel ovarium. Walaupun ada
beberapa hipotesis yang menghubungkan antara paritas dengan kanker ovarium namun
etiologi pasritas dengan kanker ovarium belum begitu jelas. Beberapa hipotesis
mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru menjadi faktor protektif terhadap kanker
ovarium, salah satunya adalah adalah hipotesis incessant ovulation yang menyebutkan
bahwa pada saat terjadinya ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk
proses perbaikan kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini
terjadi berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan
kata lain masa istirahat sel tidak adekuat,maka proses perbaikan tersebut akan
mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik.
Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita yang memiliki paritas 2 kali akan
menurunkan risiko terkena kanker ovarium.
Hasil bivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR) diperoleh nilai OR =
1,533 dengan nilai Lower Limit (LL) = 0,797 dan Upper Limit (UL) = 2,948, oleh
karena nilai LL dan UL mencakup nilai 1 maka nilai 1,533 dianggap tidak bermakna.
Sehingga paritas bukan merupakan faktor risiko kanker ovarium.
Adanya riwayat keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker
payudara merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker ovarium pada seorang
wanita. Dimana terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker ovarium.
Hasil analisis bivariat dengan uji odds ratio diperoleh nilai OR = 2,133 dengan
Lower Limit (LL) = 1,147 dan Upper Limit (UL) = 3,969 pada interval kepercayaan
(CI) = 95%, oleh karena nilai LL dan UL tidak mencakup nilai 1, sehingga nilai 2,133
dianggap bermakna secara statistik, sehingga riwayat keluarga merupakan determinan
terjadinya kanker ovarium.
22
128
54
10,8
62,7
26,5
42
125
37
32,8
61,3
18,1
10
8
39
81
66
204
4,9
3,9
2,9
39,7
32,4
100
Variabel
Usia Menarkhe
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Paritas
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Riwayat Keluarga
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Penggunaan Bedak
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
IMT
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Kanker Ovarium
Kasus
Kontrol
OR
95%CI
p
value
54
14
79,4
20,6
88
48
64,7
35,3
2,104
1,061-4,174
0,036
66,2
33,8
1,533
0,797-2,948
0,260
51
17
75,0
25,0
90
46
48
20
70,6
29,4
72
64
52,9
47,1
2,133
1,147-3,969
0,016
43
25
63,2
36,8
62
74
45,6
54,4
2,053
1,130-3,731
0,018
49
19
72,1
27,9
76
60
55,9
44,1
2,036
1,086-3,818
0,033
Tabel 3.
Variabel
Penelitian
Menarkhe
Riwayat Keluarga
IMT
Penggunaan
Bedak
Constant
Y=1,02
p=0,73
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
0,854
0,808
0,722
0,742
0,367
0,330
0,318
0,335
5,430
5,974
5,135
4,912
1
1
1
1
0,020
0,015
0,023
0,027
2,349
2,243
2,058
2,100
-2,682
0,507
27,972
<0,001
0,068
DAFTAR PUSTAKA
Langseth H, Hankinson SE, Siemiatycki J, Weiderpass E. Perineal use of talc and risk
of ovarian cancer. J Epidemiol Community Health (2008);62:35860.
La Vecchia C. Epidemiology of ovarian cancer : a summary review. Eur J Cancer
Prev.(2007); 10: 125-9
La Vecchia C. Oral contraceptives and ovarian cancer: an update, 2004-2008. Eur J
Cancer Prev. (2008);15:11724.
Modesitt SC, Van Nagell JR,jr. The Impact of Obesity on the incidence and treatment
of gynecologic cancers: a review. Obstet Gynecol Surv. (2010); 60: 683-92
Moodley M, Moodley J, Chetty R, Herrington CS. The Role Of Steroid Contraceptive
Hormones in the Pathogenesis of Invasive Ovarian Cancer: A Review. Int J
Gynecol Cancer 13: 103-110, (2008)
Muchtar. Pengenalan dini kanker ovarium. Makalah ilmiah PIT XII POGI Palembang,
(2001)
Nesrin R, Lukanova A, Kaaks R. Endogenous hormones and ovarian cancer:
epidemiology and current hypotheses. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev.
(2005);14:98-107.
Oehadian A. Kanker Ovarium. Dalam: Handjoyo M. Diagnosis dan tatalaksana sepuluh
jenis kanker terbanyak di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
(1991);149-68
Ozols RF,Rubin SC,Thomas GM,Robboy SJ.Epithelial Ovarian Cancer.In : Hoskin
WJ,Perez CA, Young RC, et al, Principles and Practise of Gynecologic
Oncology. Lippincott Williams & Wilkins.Philadelphia. (2005)
Parkin DM, Pisani P, Ferlay J, Global Cancer Statistic. Ca Cancer J Clin 49: 33-64,
(2007)
Rezkini P. Derajat differensiasi histopatologik pada Kejadian kanker Ovarium. Undip
Semarang.(2009)
Sahil FM. Penatalaksanaan kanker ovarium pada wanita usia muda dengan
mempertahankan fungsi reproduksi.USU. (2007)
Sierra-Torres CH, Trying SK. Risk Contribution Of Sexual Behaviour and Cigarette
Smoking to Ovarian Neoplasia. Int J Gynecol Cancer 13: 617-625, (2008)
Shelley ST, Heller DS, Westhoff C, Gordon RE, Katz N. The relationship between
perineal cosmetic talc usage and ovarian talc particle burden. Am J Obstet
Gynecol (2008);174:150710.
Subiantoro. Ketahanan hidup penderita kanker ovarium di RSUPNCM Jakarta.UI.
(2011)
Surbakti E. Pendekatan Faktor Risiko sebagai rancangan alternatif dalam
penanggulangan kanker ovarium di RS Piringadi. Medan. (2006)
Tchabo NE, Liel MS, Kohin EC: Applying proteomics in clinical trials: Assessing the
potential and practical limitation in ovarian cancer. Am J Pharmacogenomics
(2005), 5:141-8.
Uche-Nwachi,Endoctryn System and Nutrition,J.Nutrition (2007) ID Artikel 35778
Willmott LJ, Fruehauf JP: Targeted therapy in ovarian cancer. J Oncol (2010), 9, ID
Artikel 740472.
Zuraidah E. Faktor risiko kanker ovarium jenis ephitelia di RSUN Dr.Cipto
Mangunkusumo. Jakarta.(2005)