PEMBIMBING :
dr. I Ketut Puspa Ambara, Sp.OG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul G1P0A0H0 Uk 39-40 Minggu/T/H/IU Dengan
Preeklampsia Berat ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Praya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
1. Dr. I Ketut Puspa Ambara, Sp.OG, selaku Ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD
2.
3.
4.
5.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta
kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk
menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab
kematian perinatal adalah preeklampsia. Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar
dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal 1.
2
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian ibu dan
janin yang cukup tinggi di Indonesia. Di Indonesia menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2009 angka kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi yaitu 390 per
100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar 58,1% karena perdarahan dan eklamsi
kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang memadai 1.
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, hipertensi dalam
kehamilan diklasifikasikan menjadi hipertensi kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi
kronik dengan superimposed preeklampsia, hipertensi gestasional disebut juga transient
hypertension1,2.
Selain infeksi dan perdarahan, preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia khususnya negara-negara
sedang berkembang. Pada negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara
0,3 % sampai 0,7 %, sedang di negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05 %
sampai 0,1 %. Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian
ibu berkisar 1,5 % sampai 15 % 1,3.
Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Perinatal (AKP) akibat
preeklampsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklampsia. Angka kejadian dapat
diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan
kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai
nilai prediksi 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 20011,4:
1. Hipertensi Kronik
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 2 minggu pasca persalinan.
2. Preeklampsia-eklampsia
Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan di sertai dengan
proteinuria.
Eklampsi adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang dan atau koma.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Adalah Hipertensi kronik yang disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension)
Adalah hipertensi yang timbul pada saat kehamilan tanpa disertai proetinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tandatanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Proteinuria ialah adanya
300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick1.
Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang
edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu
dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema
generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. Primigravida yang mempunyai
kenaikan berat badan rendah < 0,34 kg/minggu, menurunkan resiko hipertensi, tetapi
meningkatkan resiko berat badan bayi rendah1.
2.2 Klasifikasi
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai
dengan proteinuria.
Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik/diastolik
140/90 sampai < 160/110 mmHg dengan proteinuria +1 dipstik. Preeklampsia ringan
ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah
kehamilan 20 minggu1,5.
2. Preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria 5. Preeklampsia berat dibagi
menjadi (a) Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia, dan (b) Preeklampsia berat
dengan impending eklampsia. Disebut impending eklampsia bila preeklampsia berat
disertai gejala gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah
muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah1,2,3,4.
Tabel Perbandingan Preeklampsi Ringan dan Berat4.
Abnormalitas
Tekanan darah diastolik
Proteinuria
Nyeri Kepala
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Oliguria
Kejang ( eklampsia)
Kreatinin Serum
Trombositopenia
Peningkatan enzim hati
Restriksi
pertumbuhan
fetus
Edema pulmo
Ada
2.3 Epidemiologi
Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang. Pada negara sedang berkembang
frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % sampai 0,7 %, sedang di negara-negara maju
angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05 % sampai 0,1 %.
Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu
berkisar1,5 % sampai 25 %, sedangkan kematian bayi antara 45 % sampai 50 %. 2 Eklampsia
menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10 % dari total kematian maternal.
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:1,2,
Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
yang memodulasi sistem imun, sehingga tidak bereaksi terhadap hasil konsepsi.
HLA-G ini berfungsi untuk melindungi tropoblas dari lisis oleh Natural Killer (NK)
ibu.
Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya
HLA-G di sel desidua di daerah plasenta, menghambat invasi tropoblas dalam
desidua, yang penting dalam memudahkan vasodilatasi pembuluh darah dan matriks
di sekitarnya.
4. Teori Adaptasi Kardiovaskuler
Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopressor,
akibat adanya perlindungan dari sintesis prostaglandin oleh sel endotel. Refrakter
artinya tidak peka atau dibutuhkan kadar yang lebih tinggi untuk menimbulkan
vasokonstriksi.
Pada hipertensi dalam kehamilan, endotel kehilangan daya refrakternya terhadap
bahan vasopressor, sehingga terjadi peningkatan kepekaan terhadap rangsangan dari
bahan-bahan tersebut, hingga dalam tahap pembuluh darah menjadi sangat peka
hanya glukosa.
7. Teori stimulus inflamasi
9
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa lepasnya debris fibroblas akan merangsang
terjadinya inflamasi.
Pada kehamilan normal, hal ini juga terjadi, namun dalam batas wajar, sehingga
Tekanan darah menjadi normal beberapa hari pasca persalinan, kecuali pada
beberapa kasus preeklampsia berat kembalinya tekanan darah normal dapat terjadi
2-4 minggu pasca persalinan.Tekanan darah bergantung terutama pada curah
jantung, volume plasma, resistensi perifer, dan viskositas darah1,2.
Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran
tekanan darah 140/90 mmHg dalam 2 kali pengukuran selang 6 jam. Dipilihnya
tekanan diastolik 90 mmHg yang disertai proteinuria, mempunyai korelasi dengan
kematian perinatal tinggi. Mengingat proteinuria berkorelasi dengan nilai absolute
tekanan darah diastolik, maka kenaikan (perbedaan) tekanan darah tidak dipakai
sabagai kriteria diagnosis hipertensi, hanya sebagai tanda waspada 1,2.
c. Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :1,2
Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia mengakibatkan
bersifat irreversibel.
Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh
darah. Dapat diatasi dengan pemberian dopamin agar terjadi vasodilatasi
pembuluh darah ginjal.
Proteinuria
12
13
l. Neurologic
Perubahan neurologic dapat berupa :
Nyeri kepala yang disebabkan oleh hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan
vasogenik edema.
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus.
Gangguan visus dapat berupa pandanngan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan, dan ablasio retinae (retinal detachment).
Hiperrefleksi sering dijumpai pada pre-eklampsia berat, tapi bukan faktor
dan eklampsia.
m. Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload
akibat hipertensi dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia.
n. Paru
Penderita preeklampsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema paru.
Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan endotel pada
pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis. Dalam menangani edema
paru, pemasangan Central Venous Pressure (CVP) tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari pulmonary capillary wedge pressure.
o. Janin
Pre-eklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin
yang
disebabkan
oleh
menurunnya
perfusi
utero-plasenta,
hipovolemia,
Ibu hamil
14
dan fisiologi
Volume plasma
Ginjal
Normal
Hipervolemia
-
Preeklampsia
Hipovolemia
Penurunan aliran darah ke ginjal
Kerusakan glomerulus permiabilitas
Tekanan osmotik
koloid
kehamilan 8 minggu
plasma/tekanan
permiabilitas vaskuler
onkotik
Hematokrit
Menurun
Trombosit
Hepar
(hipervolemia)
Normal
Normal
Neurologik
Normal
Meningkat (hipovolemia)
< 100.000 sel / mm3
Subkapsular hematom nyeri epigastrium
Peningkatan enzim hati
- Vasogenik edema nyeri kepala berat
- Spasme arteri retina gangguan visus,
ablasio retina
Kejang edema
Kardiovaskuler
Afterload menurun
CO meningkat
(peningkatan kadar
serebri, spasme
estrogen dan
rogesteron
Paru
vasodilatasi perifer)
Peningkatan preload
(hipervolemia)
Normal
15
Pembagian preeklampsia ringan dan berat tidaklah berarti adanya dua penyakit ang
jelas berbed, sebab seringakali ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat
mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma1,2.
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang
sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dahulu. Timbulnya
hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun, sayangnya
penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh
adanya gangguan nyeri kepala, gangguan pengelihatan atau nyeri epigastrium, maka
penyakit ini sudah lanjut1,2.
Batasan :
Timbulnya hipertensi 160 /110 mmHg disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan setelah 20 minggu.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila didapatkan hipertensi dalam
kehamilan dengan satu atau lebih gejala di bawah ini berikut:3
a. Tekanan darah sistolik 160 dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan darah
ini tidak menurun meskipun ibu hamil sedah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring
b. Proteinuria lebih 5 gr/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan
pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula glisson)
g. Edema paru paru dan sianosis
h. Hemolisis mikroangiopatik
i. Trombositopenia berat : < 100.000 sel / mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauterin terhambat
l. Sindrom HELLP
2.8 Penatalaksanaan
A. Sikap terhadap penyakitnya: pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan
dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada
16
Diazepam
c.Fenitoin
Obat anti kejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium sulfat
(MgSO47H2O). Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin
pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi
neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps, sehingga pada pemberian
magnesium sulfat, akan menggeser kalsium yang kerja magnesium sulfat. Magnesium
sulfat menjadi pilihan pertama untuk kejang pada preeklampsia atau eklampsia. Cara
pemberian magnesium sulfat antara lain:15
Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/ 6 jam; atau diberikan 4-5 gram i.m.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam.3
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah satu obat
berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin
Diuretik tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru, payah jantung
kongestif atau anasarka. Diuretik yang dipakai adalah furosemid.
Pemberian antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut off)
tekanan darah untuk pemberian antihipertensi. Beberapa sumber menggunakan cut off
160/110 mmHg, ada pula yang menentukan cut off >126mmHg1,5.
Jenis antihipertensi yang sering digunakan di Indonesia adalah Nifedipin, dosis
awal :10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam.
Nifedipin tidak boleh digunakan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,
sehingga hanya boleh diberikan per oral1,5.
laboratoriik memburuk
Perawatan konservatif gagal
Perawatan selama 24 jam, tekanan darah tetap 160 / 110 mmHg
Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan
18
Janin
- Adanya tanda-tanda fetal distress
- Adanya tanda-tanda intrauterine growth restriction (IUGR)
- NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
- Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
Adanya tanda-tanda Sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengan
cepat
Pengobatan Medikamentosa :1,5
1.
2.
3.
d. Diet biasa
e. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin (KTG/USG)
Perawatan Konservatif dianggap gagal bila :5
Polindes
Hipertensi
Preeklamsi
Preeklamsi
Hipertensi
Karena
Ringan
Berat/Eklamsi
Kronik
Kehamilan
Rawat jalan
1x seminggu
Pantau TD,
proteinuria,
kesejahteraa
n janin
Tunggu
persalinan
aterm
Rawat jalan
Istirahat
baring
Diet biasa
Tak perlu
obat-obatan
Bila tidak
ada
perbaikan,
rujuk
Pastikan
gejala dan
Rawat jalan
Istirahat
tanda
cukup
Bila TD >
preeklamsi
160 mmHg
berat.
Nifedipin 10
beri
mg dan
antihipertensi
Tidak ada
MgSO4 40 g
perbaikan
IV dalam 10
rujuk
menit.
Siapkan
peralatan
untuk kejang
21
Puskesmas
Idem
Jika keadaan
Idem
<36 minggu
Kateter urine
Rujuk ke RS
Idem
Rujuk RS
memburuk
rawat jalan
>160/110
tangani
1x semingg
Tidak ada
mmHg beri
sebagai
antihipertensi
Pikirkan
perbaikan
preeklamsi
superimposed
rawat atau
Rumah Sakit
Idem
Bila TD
Kendalikan
rujuk ke RS
Evaluasi
seperti diatas
Bila terdapat
hipertensi
seperti pada
preeklamsi
Idem
Penanganan
kejang
preeklamsi
Terminasi
preeklamsi
dengan
berat, atau
MgSO4 dosis
aterm
Jika terdapat
kehamilan
tanda-tanda
awal dan
preeklamsi,
jika terjadi
pertumbuhan
dosis
pertumbuhan
preeklamsi
janin
berat
terhambat
terminasi
pemeliharaan
Antihipertens
janin
i
Persalinan
atau gawat
segera
Perawatan
terminasi
postpartum
terhambat,
janin
kehamilan
22
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Usia
Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
RM
MRS
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. S
22 tahun
IRT
Islam
Sasak
Embung Tangar, Banyu Urip
123096
04 November 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama : nyeri perut menjalar ke pinggang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Praya pada 04 November 2014 pkl. 12.00 WITA, merupakan
rujukan Puskesmas Mangkung dengan G1P0A0H0 39-40 minggu/T/H/IU letkep dengan
Preeklampsia Berat. Pasien mengatakan mulai merasakan nyeri perut menjalar ke
pinggang sejak pukul 20.00 wita (3 November 2014) dan tidak lama kemudian
mengeluh keluar air yang merembes sekitar 1 jam kemudian. Lendir campur darah(-),
pergerakan janin masih dirasakan. Pasien tidak mengeluh mual ataupun muntah, nyeri
ulu hati ataupun gangguan penglihatan. Pasien juga mengeluhkan kedua kaki bengkak
sejak sekitar 1 bulan yang lalu.
23
Infus RL flash I
24
: 30-01-2014
: 30-10-2014
: 4x di puskesmas
: 14 Oktober 2014
: TD 120/90 mmHg, TFU 30 cm
: Tidak pernah USG
: : Suntik 3 bulan
IV.
STATUS OBSTETRI
L1 : Bokong
L2 : puka
L3 : kepala
25
L4 : 4/5
TFU
DJJ
HIS
VT
: 33 cm ; TBJ : 3255 g
: 148 x/menit
: (+)
: 6 cm, eff. 50 %, ketuban (-), presentasi kepala HI, teraba masih tinggi,
denominator belum jelas, tidak teraba bagian terkecil janin atau tali pusat.
V.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HB
: 12,7 g/dl
RBC
: 5,21 M/dl
HCT
: 49,0 %
WBC
: 11,22 K/dl
PLT
: 135 K/dl
HbsAg
: (-)
Proteinuria
: +2
SGOT
: 21,5 u/l
SGPT
: 27 u/l
GDS
: 111 g%
26
VI.
VII.
DIAGNOSIS
G1P0A0H0 39-40 minggu/S/L/IU dengan preeklampsia berat
TINDAKAN
Planning Diagnostik
- Cek Darah Lengkap, fungsi hati (SGOT dan SGPT), GDS , Urine lengkap
Planning Terapi
- Primary dan secondary survei
Airway
- O2 kanul 2 lpm
Breathing
- penilaian hambatan jalan nafas
Circulation
- pemasangan IV line ( IVFD RL 20 tpm)
Disability
- penilaian kesadaran
- Kelola preeklampsia
Pasang RL, Drip MgSO4 40% 4 gram
- Pemberian obat antihipertensi - Nifedipin 10 mg/8 jam
- Pemberian Antibiotik Ampicilin 2 gr/IV
- Pemasangan DC
- Konsul SPV pro observasi kemajuan persalinan
Planning Monitoring
- Observasi kesejahteraan ibu dan janin
Planning Edukasi
- KIE keluarga pasien mengenai hasil pemeriksaan, penyakit yang dialami
-
27
TIME
04-11-2014
SUBJECTIVE
Utama : Nyeri
OBJECTIVE
perut Status Generalis
Keluhan
12.00 wita
menjalar ke pinggang
Kesadaran
: compos mentis
: E4V5M6
Frekuensi
G1P0A0H0
reguler, kuat
39-40
nadi:
88
preeklampsia
Suhu: 36,6oC
mengatakan
mulai
Pasien -
PLANNING
O2 sungkup 2 lpm
IVFD RL 20 tpm
Nifedipin 3x1 tab
Co SPV:
Drip MgSO4 40%
Perawatan ruangan
observasi
x/menit,
ASSESSMENT
G1P0A0H0
39-40
minggu/S/L/IU
dengan preeklampsia
berat
merasakan
pukul
20.00
wita
(3 -
Jantung:
Paru:
kemudian.
wheezing (-)
Lendir
campur
Ekstremitas:
hati
tungkai
ataupun
gangguan
bawah,
akral
teraba
28
penglihatan.
Pasien
juga
mengeluhkan
kedua
kaki
hangat
L1 : Bokong
L2 : puka
Manajemen
di
PKM
L3 : kepala
Mangkung (09.00 wita)
L4 : 4/5
TFU : 33 cm ; TBJ : 3255 g
Infus RL flash I
DJJ : (+) 11-12-12
HIS: (+) 2x/10-30
Skin test ampicillin jam
VT
: 6 cm, eff. 50 %,
10.30 wita (-)
ketuban (-), presentasi kepala HI,
Injeksi ampicillin jam
teraba masih tinggi, denominator
10.40 wita
belum jelas, tidak teraba bagian
terkecil janin atau tali pusat.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung,
ginjal,
Pemeriksaan Laboratorium
HB
: 12,7 g/dl
RBC
: 5,21 M/dl
HCT
: 49,0 %
WBC
: 11,22 K/dl
sebagai berikut :
PLT
: 135 K/dl
1. Ini
HbsAg
: (-)
Proteinuria
: +2
29
HPHT
: 30-01 2014
Taksiran Persalinan : 30-10-2014
Riwayat ANC : 4x di posyandu
ANC terakhir : 14 Oktober 2014
Riwayat USG : Riwayat KB : Rencana KB : suntik 3 bulan
04-11-2014
13.25 wita
17.30 wita
SGOT
: 21,5 u/l
SGPT
: 27 u/l
GDS
: 111 g%
KU : sedang
Kes : E4V5M6
TD : 160/110 mmHg
N : 86 x/menit, reguler, kuat
RR : 23 x/menit, dangkal
T : 37,6 0C
HIS : (+) 3x/10-30
DJJ : (+) 12-12-12
G1P0A0H0
39-40 -
KU : baik
Kes : E4V5M6
TD : 160/110 mmHg
N : 90 x/menit, reguler, kuat
RR : 24 x/menit,
T : 37,30 C
HIS : (+)
DJJ : 12-11-11
UO : 500 cc
Tampak vulva membuka,perineum
menonjol, dan tekanan anus
G1P0A0H0
39-40 -Observasi kesra ibu dan janin
minggu/S/L/IU
- pimpin persalinan
dengan Preeklampsia
berat
minggu/S/L/IU
dengan
berat
preeklampsia
kemajuan
persalinan
30
18.00 wita
20.00 wita
05-11-2014
08.00
KU: baik
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/mt
RR : 20x/mt
T : 36,6
Kontraksi uterus : (+) baik
TFU: Setinggi pusat
Perdarahan aktiv pervaginam: (-)
Mobilisasi (+), makan-minum (+),
lokhia rubra (+), BAK(+), BAB (-).
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita G1P0A0 39-40
minggu /T/H/IU dengan preeklampsia berat, selanjutnya akan dibahas:
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik
preeklampsia berat tanpa impending eklampsia karena tidak disertai gejala gejala subjektif
berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah muntah, nyeri epigastrium, dan
kenaikan progresif tekanan darah1,2,3,4
Dari riwayat ANC sebelumnya, tidak pernah didapatkan riwayat tekanan darah tinggi.
Selama kehamilan pasien melakukan 4 kali ANC dan hasilnya normal. Pasien ANC terakhir
tanggal 14/10/2013. Hipertensi baru diketahui kini ketika pasien ke PKM mangkung karena
sakit perut yang menjalar sampe pinggang yaitu TD 140/90 mmHg, selain itu dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan proteinuria +2, sehingga jika dilihat dari tanda tersebut
maka sudah tepat bahwa pasien didiagnosis dengan preeklampsia berat.
Pada pasien ini preeklamsia yang diderita belum mengarah ke komplikasi seperti
HELLP syndrome. Terbukti dari hasil pemeriksaan enzym hepar yang kadarnya masih dalam
batas normal dan jumlah platelet masih dalam batas normal.
Penatalaksanaan pada pasien ini telah dilakukan dengan baik sesuai dengan protap.
Penatalaksanaan di RSUD Praya sudah tepat yaitu dengan melakukan perawatan intensif,
kombinasi antibiotik, antihipertensi, sehingga pasien dapat tertangani dengan baik dan
selamat serta ibu dan bayi dalam keadaan yang baik pula.
32
BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang yaitu G1P0A0H0 39-40 minggu /T/H/IU dengan Preeklampsia berat.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan di RSUD Praya sudah tepat yaitu dengan terapi aktif dan
terminasi kehamilan secepatnya, pemberian MgSO4, dan perawatan intensif terhadap
komplikasi yang terjadi
3. Pencegahan antepartum berupa ANC yang dilakukan perlu diperbaiki, terutama kinerja
provider agar ANC lebih teratur. Bila ANC dilakukan dengan ideal, kemungkinan adanya
komplikasi bisa dihindari.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono., 2010. Ilmu Kebidanan chapter 40 : hipertensi dalam kehamilan,
p 530-554. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
2. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition, section VII : obstetrical
complication, chapter 34 : Hypertensive Disorders in Pregnancy. 2010. Mc-Graw Hill :
USA.
3. Gibbs, Ronald S.et al. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition chapter : 16 Hypertensive Disorders of Pregnancy. 2008. Lippincott Williams & Wilkins : USA
4. Fortner, Kimberly B., et al. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The,
3rd Edition section II Obstetrics, chapter 14 - Hypertensive Disorders of Pregnancy.
2007. Lippincott Williams & Wilkins : USA
5. Doddy, A. K., et al. 2008. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi RSU
Mataram. RSU Mataram : Mataram
34