Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

GANGGUAN PSIKOTIK NON-ORGANIK YTT (F29)


IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki


Umur

: 32 tahun

Agama

: Islam

Status

: belum menikah

Pekerjaan

: Tidak ada

Alamat

: Jl. Gunung Latimojong Lr. 36/40 A, No. 12, kel. Mardekaya

Pendidikan

: SMA

Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan ke-3 pada tanggal 06 Juni 2014
Alloanamnesis diperoleh dari :
Nama

: A.A

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Dinas Perhubungan

Alamat

: Jl. Gunung Latimojong Lr. 36/40 A, No. 12, kel. Mardekaya

Hubungan

: Adik kandung

LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRSJ/terapi:
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang:
a. Keluhan dan Gejala:
Pasien masuk rumah sakit untuk yang ke tiga kalinya dengan keluhan
mengamuk yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengamuk dengan
ingin menyerang keluarganya, memukul adiknya, pasien suka curiga
dengan orang lain dan meminta orang lain untuk bertanggung jawab atas
nasib hidupnya, pasien juga berhenti bekerja karena curiga dengan
rekannya yang akan menghentikannya bekerja, pasien mengaku sebagai
dr. Ashari, pasien juga sering bicara sendiri dan tidak nyambung, berteriak
serta berbicara kotor, pasien juga tampak memegang jimat dan tidak mau
dilepas.
b. Hendaya / Disfungsi:
-

Hendaya Sosial: (+)

Hendaya Pekerjaan: (+)

Hendaya penggunaan waktu senggang: (+)

c. Faktor stressor psikososial:


Tidak jelas

d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis


sebelumnya:
Trauma kepala (-), infeksi (-), kejang (-),
Alkohol (-), NAPZA (-), rokok (+)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya:
Pasien dirawat pertama kali pada tahun 2007 dan dirawat selama 3 bulan
kemudian Pada tahun 2011 pasien terakhir kali dirawat di RSKD dengan
keluhan sering gelisah dan dirawat selama 2 minggu. Riwayat pengobatan
tidak jelas dan berapa lama. Setelah sembuh pasien tidak teratur minum obat.
Saat sembuh pasien mencari-cari pekerjaan, dan sempat menjadi satpam.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal
Pasien lahir di Ujung Pandang pada tanggal 19 April 1983, lahir normal,
cukup bulan, dan ditolong oleh bidan. Pada saat hamil ibu pasien tidak
mengalami permasalahan dalam persalinan, cidera atau kecacatan
kelahiran. Pasien merupakan anak yang diinginkan.
b. Riwayat Masa Kanak-kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik dan sama dengan anak
seusianya
c. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pasien masuk SD saat berusia 6 tahun, dan tamat pada umur 12 tahun,
hubungan pasien dengan teman sebayanya baik.
3

d. Riwayat Masa Kanak Akhir/Pubertas/Remaja (12-18 tahun)


Semenjak kelas 1 SMP pasien mulai nakal, serabutan, dan tidak sopan
karena bergaul dengan orang yang tidak benar dan tidak patut untuk
dicontoh, pasien tamat SMA
e. Riwayat Masa Dewasa (18 tahun ke atas)
Pasien sempat duduk di bangku kuliah sekitar 1 tahun kemudian
berhenti karena mengikuti pergaulan yang tidak baik.
f. Riwayat Pekerjaan: pasien pernah bekerja sebagai satpam
g. Riwayat Pendidikan: pendidikan terakhir pasien adalah SMA
h. Riwayat Perkawinan: Pasien belum menikah
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara (Lk, Lk, Lk, Pr)
Hubungan dengan keluarga baik
Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama tidak ada
F. Situasi Sekarang:
Saat ini pasien tinggal di rumah bersama adik kandungnya.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya:
Pasien tidak bahagia dengan kehidupannya yang tidak mendapat pekerjaan,
dan tidak berpenghasilan, pasien selalu ingin mengakhiri hidupnya dengan
racun tikus karena frustasi.

AUTOANAMNESA
DM

: Selamat malam, maaf mengganggu pak, nama saya roby, saya dokter muda

yang bertugas disini, boleh saya tau siapa namanya pak?


P

: iya, nama saya A dok,

DM

: bagaimana kabarnya hari ini pak?

: Baik dok

DM

: Pak A maaf saya mengganggu, saya ingin bertanya beberapa pertanyaan

sama pak A, bisa pak?


P

: iye dok, bisa

DM

: bapak tau berapa umurnya sekarang?

: 32 tahun dok

DM

: tanggal berapa bapak lahir pak?

: tanggal 19

DM

: tahun berapa pak?

: mmm tahun 1983

DM

: pak, kenapa bapak sampai dibawa kesini?

: karena saya pukul adek saya sendiri

DM

: kenapa bapak mau pukul adiknya?

: tidak tau dok, mungkin karena saya iri

DM

: iri kenapa pak?

: tidak tau juga dok

DM

: dari kapan bapak rasa iri begitu?

: setelah dia bekerja.

DM

: bapak kuliah dimana?

: Tridarma nusantara

DM

: bapak kuliah sampai selesai?

: tidak dok, kira kira 1 tahun saya berhenti

DM

: kenapa berhenti pak?

: tidak dok, mungkin karena saya malas,

DM

: bapak sempat bekerja?

: ia, jadi satpam

DM

: masih jadi satpam sekarang?

: tidak lama saya berhenti dok

DM

: kenapa bapak berenti pak?

: itu temanku selalu mau kalo saya dikeluarkan

DM

: trus kenapa bapak berhenti?

: daripada dia yang kasi keluar saya, lebih baik saya keluar sendiri kan

DM

: bapak pernah mendengar suara-suara pak?

: tidak pernah

DM

: bapak pernah liat bayangan bayangan yg tidak diliat orang pak?

: ada laki-laki

DM

: siapa itu pak?

: tidak tahu dok, tidak jelas juga

DM

: bapak tahu ini dimana?

: dirumah sakit

DM

: bapak tau ini rumah sakit apa?

: tidak tahu dok

DM

: bapak tau ini hari apa?

: lupa dok

DM

: saya dengar bapak pernah mau bunuh diri pak?

: iya pernah dok

DM

: kenapa bapak mau bunuh diri pak?

: saya pusing liat kehidupanku dok

DM

: kenapa kehidupan bapak?

: tidak, ndak ada penghasilanku, ndak jelas pekerjaanku

DM

: bapak sudah menikah?

: belum dok

DM

: bapak tinggal sama siapa dirumah pak?

: sama adekku

DM

: kalo bapak keluar dari sini apa yang bapak lakukan?

: saya mau cari kerja sama cari kehidupan kayaknya

DM

: bagaimana tidurnya selama ini pak?

: gelisah dok
7

DM

: apa yang bapak pikir sampai tidurnya gelisah?

: banyak tapi saya lupa apa

DM

: bapak tau ini tahun berapa pak?

: 2014

DM

: bapak bisa menghitung?

: bisa dok

DM

: kalo 50-7 berpa pak?

: mm.. 43 dok

DM

: kalo 43-7?

: 36, cocok dok?

DM

: kalo 36-7?

: 29 iya?

DM

: pak A masih ingat siapa saya?

: roby dok?

DM

: ok pak. Terima kasih pak A sudah bersedia saya Tanya-tanya maaf sudah

mengganggu waktu istirahatnya pak. Selamat malam


P

: malam

II.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum:
a. Penampilan:
Tampak seorang laki-laki, memakai kaos putih, celana jeans,
perawakan sedang, wajah sesuai umur, perawatan diri kurang.
b. Kesadaran:
Berubah
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gelisah
d. Pembicaraan
lancar, spontan, intonasi tinggi
e. Sikap Terhadap Pemeriksa:
Tidak koperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan Empati:
a. Mood

: sulit dinilai

b. Afek

: inappropriate

c. Empati

: tidak dapat dirabarasakan

d. Keserasian : tidak serasi


C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: sesuai
dengan taraf pendidikan
b. Daya Konsentrasi: Kurang
9

c. Orientasi:
-

Waktu: baik

Tempat: baik

Orang: baik

d. Daya Ingat
-

Jangka Panjang: Baik

Jangka Pendek : Baik

Segera: Baik

e. Pikiran Abstrak: Terganggu


f. Bakat Kreatif: Tidak ada
g. Kemampuan menolong diri sendiri: kurang
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi

: Halusinasi Visual (+) melihat bayangan laki-

laki yang tidak jelas


b. Ilusi

: tidak ada

c. Depersonalisasi

: tidak ada

d. Derealisasi

: tidak ada

E. Proses Berfikir
a. Arus Pikiran
a. Produktivitas : berlebih
b. Kontinuitas

: inkoheren

10

c. Hendaya berbahasa: tidak ada


b. Isi pikiran
a. Preokupasi

: tidak ada

b. Gangguan isi pikiran: waham curiga (+) pasien yakin temannya


ingin menyusahkannya, sehingga membuat pasien keluar dari
pekerjaannya.
F. Pengendalian Impuls: terganggu
G. Daya Nilai
a. Norma Sosial

: Terganggu

b. Uji Daya Nilai

: terganggu

c. Penilaian Realitas : Terganggu


H. Tilikan (insight)

: Derajat 1

I. Taraf Dapat Dipercaya


III.

: dapat dipercaya

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Status Internus
Keadaan Pasien tampak tidak sakit. Tingkat kesadaran penuh
(composmentis), Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 88x/menit,
pernafasan 20x/menit, suhu 36,5oC.
B. Pemeriksaan Status Neurologis
GCS E4M6V5
Pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung dalam
batas normal
11

IV.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien masuk rumah sakit untuk yang ke tiga kalinya dengan keluhan
mengamuk yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengamuk dengan
ingin menyerang keluarganya, memukul adiknya, pasien suka curiga
dengan orang lain dan meminta orang lain untuk bertanggung jawab atas
nasib hidupnya, pasien juga berhenti bekerja karena curiga dengan
rekannya yang akan menghentikannya bekerja, pasien mengaku sebagai
dr. Ashari, pasien juga sering bicara sendiri dan tidak nyambung, berteriak
serta berbicara kotor, pasien juga tampak memegang jimat dan tidak mau
dilepas.
Pada pemeriksaan status mental tampak seorang laki-laki, memakai kaos
putih, celana jeans, perawakan sedang, wajah sesuai umur, perawatan diri
kurang, kesadaran berubah, mood sulit dinilai. Afek inappropriate, empati
tidak dapat dirabarasakan, tidak serasi. Fungsi kognitif cukup. Pikiran
abstrak

terganggu.

Gangguan

persepsi

berupa

halusinasi

visual.

Produktivitas berlebih, kontinuitas inkoheren. Gangguan isi piker berupa


ide-ide curiga. Taraf pendidikan sesuai, orientasi baik,daya ingat jangka
panjang baik, jangka pendek baik, jangka segera baikpengendalian impuls
terganggu. Daya nilai terganggu, tilikan 1 (penyangkalan penuh dirinya
sakit). Dapat dipercaya.

12

V.

EVALUASI MULTIAKSIAL
-

Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan

status mental ditemukan gejala klinis yang bermakna berupa mengamuk,


menyerang keluarga dan memukul adik, sehingga menimbulkan
penderitaan dalam kehidupan pribadi pasien dan orang-orang disekitarnya.
Serta menimbulkan hendaya dalam fungsi social, pekerjaan, dan
penggunaan waktu senggang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat
dalam menilai realita berupa halusinasi visual, waham curiga sehingga
didiagnosis gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan dan didiagnosis gangguan jiwa psikotik non organik
(F29)
-

Aksis II

Ciri Kepribadian Pasien tidak khas


-

Aksis III

Tidak ditemukan kelainan organobiologik


-

Aksis IV

13

Stressor psikososial dari gangguan yang dialami sekarang tidak jelas


-

Aksis V

GAF Scale 50-41 : gejala berat, disability berat


VI.

DAFTAR PROBLEM
A. Organobiologik

: tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang

bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter,


maka pasien memerlukan psikofarmakologi.
B. Psikologik

: ditemukan hendaya berat dalam menilai realita berupa

halusinasi visual, serta gangguan isi piker berupa waham curiga


sehingga perlu psikoterapi.
C. Sosiologik

: ditemukan hendaya berat dalam bidang social

pekerjaan dan waktu senggang sehingga pasien memerlukan


sosioterapi.
VII.

PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini adalah dubia et malam
Faktor pendukung:
-

Gejala yang menonjol adalah gejala positif

Dukungan keluarga baik

Pendidikan cukup baik

Faktor penghambat:
-

Perjalanan penyakit yang lama

14

Faktor psikososial tidak jelas

Ketidakpatuhan minum obat

VIII. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA


Menurut buku Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau
psikologi seseorang, yang secara klinis cukup bermakna, dan yang khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Pada gangguan psikotik gejalanya seperti halusinasi, waham, perilaku
kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau yang pada umumnya (tidak
selalu) disertai tilikan yang buruk. Gejala psikotik mendominasi gambaran
klinisnya baik dalam intensitas dan lama perjalanan penyakit.
Diagnosis gangguan psikotik non organic dapat ditegakkan jika
gangguan psikotik tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20) atau
untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik (F30-F39) dan gangguangangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan
waham menetap (F22)
IX.

RENCANA TERAPI
A. Farmakoterapi : Haloperidol 5 mg, 3X1 tablet
B. Psikoterapi

15

a. Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk


menceritakan keluhan da nisi hati pasien
b. Konseling : memberikan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisi dirinya lebih baik dan
menganjurkan untuk berobat teratur.
C. Sosioterapi

: menjelaskan kepada keluarga dan orang-orang

disekitar pasien tentang penyakitnya agar memberi dorongan dan


dukungan kepada pasien untuk dapat sembuh.
X.

FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan menilai perkembangan
penyakitnya serta menilai efektivitas pengobatan yang diberikan dan
kemungkinan timbulnya efek samping obat yang diberikan.

16

GANGGUAN DALAM BIDANG ISI FIKIR DAN TATALAKSANA


BAB I
I. PENDAHULUAN
Pikiran normal mengacu kepada komponen ide dari aktivitas mental, proses untuk
membayangkan, menilai, mengevaluasi, meramalkan, merencanakan, menciptakan
dan kemauan. Pikiran dibagi menjadi proses (bentuk), dan isi, proses dimaksudkan
sebagai cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan asosiasi yaitu bentuk dimana
seseorang berfikir, sementara isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya
dipikirkan oleh seseorang, gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi,
Gangguan berpikir umumnya dikenali dari pembicaraan dan tulisan. Hal ini dapat
disimpulkan dari ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas.
Inti dari gangguan isi pikiran adalah keyakinan dan bentuk pendirian yang
abnormal. Perkembangan dari ketidaknormalan mengenai keyakinan dan pendirian
harus mempertimbangkan kultur seseorang. Keyakinan mungkin kelihatan tidak
normal pada satu kultur atau subkultur mungkin secara umum dapat diterima oleh
kultur yang lain.
Berikut ini akan dibahas mengenai waham, obsesi, kompulsif, dan phobia.

17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

WAHAM

Berdasarkan revisi teks edisi ke empat Diagnostic and statistical Manual of


Mental Disorder (DSM-IV-TR), diagnosis gangguan waham ditegakkan bila
seseorang memperlihatkan waham yang tidak bizar dengan durasi sekurangkurangnya satu bulan dan tidak disebabkan oleh gangguan psikiatri lain. Tidak bizar
berarti bahwa waham harus mengenai situasi yang dapat terjadi dalam kehidupan
nyata, seperti merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari jauh, dan lain-lain; yaitu, mereka
biasanya harus mengalami fenomena tersebut yang, meskipun tidak nyata, dapat
terjadi. Terdapat beberapa tipe waham, dan tipe yang dominan ditentukan ketika
menegakkan diagnosis.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan waham di amerika serikat akhir-akhir ini diperkirakan
0,025 sampai 0,03 persen. Oleh karena itu, gangguan waham lebih jarang dari
skizofrenia, yang mempunyai prevalensi sekitar 1 persen, dan gangguan mood, yang
mempunyai prevalensi sekitar 5 persen. Insiden tahuan gangguan waham adalah satu
sampai tiga kasus baru per 100.000 orang.

18

ETIOLOGI
Penyebab gangguan waham tidak diketahui. Pasien yang saat ini digolongkan
mengalami gangguan waham mungkin mengalami sekelompok keadaan heterogen
dengan waham sebagai gejala yang menonjol. Konsep utama mengenai penyebab
gangguan waham adalah perbedaannya dengan skizofrenia dan gangguan mood,
gangguan waham jauh lebih jarang daripada skizofrenia maupun gangguan mood
awitannya lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi perempuan kurang nyata
daripada gangguan mood.
GAMBARAN KLINIS
Status Mental
Deskripsi umum. Pasien biasanya rapi dan berpakaian layak, tanpa tanda
disintegrasi kepribadian atau aktivitas harian yang menyeluruh, juga tampak
eksentrik, aneh, curiga, atau bermusuhan. Mereka kadang-kadang bermasalah dengan
hukum dan dapat membuat kecenderungan tersebut jelas bagi pemeriksa. Hal yang
biasanya paling nyata dari pasien dengan gangguan waham adalah bahwa
pemeriksaan status mental memperlihatkan hasil normal kecuali adanya sistem
waham yang secara nyata abnormal. Pasien dapat mencoba mengikat klinisi sebagai
sekutu dalam wahamnya, tetapi seorang klinisi sebaiknya tidak berpura-pura
menerima waham; kolusi tersebut selanjutnya mengacaukan realita dan menimbulkan

19

ketidakpercayaan Antara pasien dan terapis. Berdasarkan definisi, pasien dengan


gangguan waham tidak mempunyai halusinasi yang menonjol atau bertahan.
TIPE WAHAM
Waham Kejar
Waham Cemburu
Waham Erotomania
Waham Somatik
Waham Kebesaran
Waham Campuran
Waham yang tidak terinci
TATALAKSANA
WAHAM
waham umunya dianggap resisten terhadap pengobatan, dan intervensi sering
difokuskan pada penanganan morbiditas gangguan dengan mengurangi efek waham
terhadap kehidupan pasien (dan keluarga). Namun, pada tahun-tahun terakhir,
pandangan menjadi kurang pesimistik atau terbataas pada perencanaan pengobatan
yang efektif untuk keadaan tersebut. Tujuan pengobatan adalah menegakkan

20

diagnosis, memutuskan intervensi yang sesuai, dan menangani komplikasi. Dasar


keberhasilan tujuan tersebut adalah hubungan pasien-dokter yang terapeutik dan
efektif, yang sebenarnya tidak mudah ditegakkan. Pasien tidak mengeluh mengenai
gejala psikiatri dan sering memulai pengobatan berlawanan dengan keinginannya;
bahkan ahli psikiatri dapat ditarik dalam jaringan waham mereka.
FARMAKOTERAPI
Dalam situasi gawat darurat, pasien yang teragitasi berat harus diberikan obat
antipsikotik intramuscular. sebagian besar klinisi berpikir bahwa obat antipsikotik
adalah pengobatan pilihan gangguan waham. Pasien mungkin menolak pengobatan
karena dengan mudah dapat memasukkan pemberian masukan obat kedalam system
waham mereka.
Riwayat pasien terhadap respon pengobatan adalah petunjuk terbaik untuk memilih
obat. Dokter harus memulai dengan dosis rendah (misalnya, 2 Mg haloperidol ) dan
menaikkan dosis perlahan. Jika seorang pasien gagal memberikan respon terhadap
obat pada rentang dosis terapeutik setelah uji coba 6 minggu, obat anti psikotik
golongan

lain

harus

diberikan

dalam

uji

coba

klinis.

Beberpa

peniliti

mengidikasikanbahwa timozide(orap) dapat efektif pada gangguan waham, terutama


pada psien dengan waham somatic. Penyebab lazim kegagalan obat adlah ketidak
patuhan, yang juga harus dievaluasi. Kepatuhan terhadap pemberian obat dipermudah
jika pasien menerima psikoterapi secara bersamaan. Jika pasien tidak sembh dnegan

21

pengobatan anti psikotik, obat harus dihentikan. Pada pasien yang tidak berespon
terhadap obat antipsikotik, beberapa data menunjukkan bahwa dosis rumatan dapat
rendah. Meskipun secara esensial tidak ada studi yang mengevaluasi pemakaian
antidepresan, litium (sklith) atau antikejang (karbamazepin) dan valproate atau
depakenel pada pengobatan gangguan waham, uji coba dengan obat obat tersebut
dapat dibenarkan pada psien yang tidak memberikan respon terhadap obat
antipsikotik. Uji coba dengan obat tersebut juga harus dipikirkan jika pasien
mempunyai gambran gangguan mood maupun riwayat keluarga yang mempunyai
gangguan mood.
II.

OBSESI KOMPULSIF

obsesif-kompulsif (OCD) diwakili oleh berbagai kelompok gejala yang mencakup


pikiran mengganggu, ritual, keasyikan, dan dorongan. Ini obsesi berulang atau
dorongan menyebabkan penderitaan parah pada orang tersebut. Obsesi atau kompulsi
yang memakan waktu dan mengganggu secara signifikan dengan rutinitas orang
normal, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial biasa, atau hubungan. Seorang pasien
dengan OCD mungkin memiliki obsesi, suatu keharusan, atau keduanya.

22

GAMBARAN KLINIS
Pola Gejala
Kontaminasi
Pola yang lazim ditemukan adalah obsesi terhadap kontaminasi, diikuti
kegiatan mencuci atau disertai penghindaran kompulsif objek yang diduga
terkontaminasi. Objek yang ditakuti sering sulit dihindari, pasien mungkin
mengelupas kulit tangan dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin
tidak mampu meninggalkan rumah karena takut kuman.
Keraguan Patologis
Pola yang paling umum kedua adalah obsesi keraguan, diikuti kompulsi
memeriksa. Obsesi sering melibatkan suatu bahaya kekerasan (misalnya, lupa untuk
mematikan kompor atau tidak mengunci pintu). Pengecekan mungkin melibatkan
beberapa perjalanan kembali ke rumah untuk memeriksa kompor, misalnya. Para
pasien memiliki obsesi keraguan akan diri sendiri dan selalu merasa bersalah karena
lupa atau melakukan sesuatu.
Pikiran mengganggu
Dalam pola yang paling umum ketiga, adalah adanya pikiran-pikiran obsesif
mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya merupakan pikiran
pikiran berulang mengenai tindakan seksual atau agresif yang tercela kepada pasien.

23

Pasien yang terobsesi dengan pikiran tindakan agresif atau seksual dapat melaporkan
diri ke polisi atau mengaku pada penderita.
Simetri
Pola keempat yang paling umum adalah kebutuhan untuk simetri atau presisi,
atau ketepatan yang dapat menyebabkan suatu kompulsi mengenai kelambatan. .
Pasien benar-benar dapat memakan waktu berjam-jam untuk makan makanan atau
mencukur wajah mereka.
Pola Gejala lainnya
Obsesi religius dan kompulsi menumpuk suatu lazim ditemukan pada pasien
dengan OCD. Trikotilomania (kompulsif menarik-narik rambut) dan menggigit kuku
dapat merupakan kompulsi yang berhubungan dengan OCD. Masturbasi juga
mungkin kompulsif.
TATALAKSANA
Dengan bukti bahwa OCD sangat ditentukan oleh faktor biologis, teori
psikoanalitik klasik tidak disetujui. Selain itu, karena gejala OCD tampak refrakter
terhadap psikoterapi psikodinamik dan psikoanalisis, pengobatan farmakologis dan
perilaku telah menjadi umum. Tapi faktor psikodinamik mungkin bermanfaat dalam
memahami hal yang menginduksi perburukan gangguan dan dalam menterapi
berbagai bentuk resistensi terhadap terapi, seperti ketidakpatuhan pengobatan

24

Farmakoterapi
Obat-obatan, beberapa di antaranya digunakan untuk mengobati gangguan
depresi atau gangguan mental lainnya, dapat diberikan dalam rentang dosis yang
biasa. Efek awal umumnya terlihat setelah 4 sampai 6 minggu pengobatan, meskipun
8 sampai 16 minggu biasanya diperlukan untuk memperoleh manfaat terapeutik
maksimal.
Serotonin-Reuptake Inhibitor Spesifik
SSRI- "fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), paroxetine (Paxil),
sertraline (Zoloft), citalopram (Celexa) telah disetujui oleh US Food and Drug
Administration (FDA ) untuk pengobatan OCD. Dosis yang lebih tinggi sering kali
diperlukan untuk efek menguntungkan, seperti fluoxetine 80 mg perhari. Meskipun
SSRI dapat menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, ansietas, dan
kegelisahan, efek samping ini sering sementara dan umumnya kurang mengganggu
daripada efek samping yang berkaitan dengan obat trisiklik, seperti clomipramine.
Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI digunakan dalam kombinasi dengan
terapi perilaku.
Clomipramine
Dari semua trisiklik dan obat tetracyclic, clomipramine adalah yang paling
selektif untuk serotonin reuptake versus norepinefrin reuptake dan hal ini hanya
dilebihi oleh SSRI. Potensi serotonin reuptake oleh clomipramine yang hanya

25

dilampaui oleh sertraline dan paroxetine. Clomipramine adalah obat pertama yang
disetujui FDA untuk pengobatan OCD. Penggunaan dosisnya harus dititrasi
meningkat lebih dari 2 sampai 3 minggu untuk menghindari efek samping
gastrointestinal dan hipotensi ortostatik, seperti obat trisiklik lain, obat ini
menyebabkan sedasi signifikan dan efek antikolinergik, termasuk mulut kering dan
konstipasi. Seperti SSRI, hasil terbaik adalah hasil dari kombinasi obat dan terapi
perilaku.
Obat lain
Jika pengobatan dengan clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak
terapis menambah obat pertama dengan penambahan valproate (Depakene), lithium
(Eskalith), atau carbamazepine (Tegretol). Obat lain yang dapat dicoba dalam
pengobatan OCD venlafaxine (Effexor), pindolol (Visken), dan inhibitor monoamine
oxidase (MAOIs), terutama phenelzine (Nardil). Agen farmakologis lain untuk
pengobatan pasien tidak responsif termasuk buspirone (BuSpar), 5-hidroksitriptamin
(5-HT), l-triptofan, dan clonazepam (Klonopin). agen antipsikotik dapat juga terdapat
gangguan tic atau sindrom Tourette.
Terapi Perilaku
Meskipun beberapa perbandingan satu per satu telah dilakukan, terapi
perilaku seefektif farmakoterapi di OCD, dan beberapa data menunjukkan bahwa efek
menguntungkan yang lebih tahan lama dengan terapi perilaku. Oleh karena itu

26

Banyak klinisi, pertimbangkan terapi perilaku pengobatan pilihan untuk OCD. Terapi
perilaku dapat dilakukan pada rawat jalan dan rawat inap. Pendekatan perilaku utama
dalam OCD adalah paparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, penghentian
pikiran, pembanjiran, terapi impolsi, dan aversive conditioning juga telah digunakan
pada pasien dengan OCD. Dalam terapi perilaku, pasien harus benar-benar
berkomitmen untuk perbaikan.
Psikoterapi
Seorang anggota keluarga pasien sering didorong ke ambang putus asa karena
perilaku pasien. Setiap upaya psikoterapi harus mencakup perhatian pada anggota
keluarga melalui penyediaan dukungan emosional, keyakinan, penjelasan, dan saran
tentang bagaimana mengelola dan menanggapi pasien.
Terapi lain
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu
mengurangi perselisihan perkawinan akibat gangguan, dan membangun hubungan
kerjasama pengobatan dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi
kelompok berguna sebagai sistem pendukung untuk beberapa pasien.

27

III.

PHOBIA SPESIFIK DAN PHOBIA SOSIAL

fobia mengacu pada suatu ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu objek,
keadaan, terhadap situasi tertentu. Fobia spesifik adalah adanya, rasa takut yang terus
berlangsung terhadap suatu obyek atau situasi, sedangkan fobia sosial adalah adanya
rasa takut dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa malu.
EPIDEMIOLOGI
Spesifik Phobia
Spesifik fobia lebih umum dari fobia sosial. Spesifik fobia adalah gangguan
mental yang paling umum di kalangan wanita dan yang kedua yang paling umum di
antara pria. Prevalensi 6 bulan fobia spesifik adalah sekitar 5 sampai 10 per 100
orang. Tingkat fobia spesifik pada wanita (13,6-16,1 persen) adalah dua kali lipat dari
laki-laki (5,2-6,7 persen), meskipun rasio lebih dekat dengan 1-1 untuk fobia darah,
suntikan, atau cedera. (Jenis fobia yang dibahas pada bagian ini.) Usia puncak onset
untuk jenis lingkungan alam dan jenis darah-injeksi-cedera berada dalam kisaran 5
sampai 9 tahun, meskipun onset juga terjadi pada usia yang lebih tua. Sebaliknya,
usia puncak onset untuk jenis situasional (kecuali takut ketinggian) lebih tua, di
pertengahan 20, yang lebih dekat dengan usia onset untuk agoraphobia. Objek dan
situasi yang ditakuti pada phobia spesifik (tercantum dalam frekuensi kemunculan
yang berkurang) adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.

28

Phobia Sosial
Berbagai penelitian telah melaporkan prevalensi seumur hidup berkisar antara
3 sampai 13 persen untuk fobia sosial. Prevalensi 6 bulan adalah sekitar 2 sampai 3
per 100 orang. Dalam studi epidemiologi, perempuan lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki, tetapi dalam sampel klinis, kebalikannya sering ditemukan.
Alasan pengamatan yang bervariasi ini tidak diketahui. Usia puncak onset untuk fobia
sosial adalah remaja, meskipun onset umum usia 5 tahun dan 35 tahun.
ETIOLOGI
fobia spesifik dan fobia sosial memiliki beberapa tipe, dan penyebab pasti dari
tipe-tipe ini yang cenderung berbeda. Bahkan di dalam tipe tersebut, seperti pada
semua gangguan mental, heterogenitas kausatif ditemukan. Patogenesis fobia, setelah
dipahami, dapat terbukti sebagai model yang jelas untuk interaksi antara faktor
biologis dan faktor genetik, di satu sisi, dan peristiwa lingkungan, di sisi lain. Pada
jenis fobia spesifik darah-suntikan-cedera, orang-orang yang terkena dapat memiliki
refleks vasovagal sangat kuat dan diwariskan, yang terkait dengan fobia emosi.

GAMBARAN KLINIS
Orang dengan fobia, sesuai defenisi, mencoba menghindari stimulus fobik;
beberapa dari mereka memilih menghadapi kesukaran yang berat ketika mencoba

29

menghindari situasi yang mencetuskan ansietas. Contohnya, pasien fobik dapat naik
bus melintasi amerika serikat, daripada terbang untuk menghindari kontak dengan
objek fobia pasien, yaitu pesawat terbang. Mungkin sebagai cara lain menghindari
stress akibat stimulus fobik, banya pasien fobik memiliki gangguan terkait zat,
terutama gangguan penggunaan alcohol. Lebih lagi, sekitar sepertiga pasien dengan
fobiia social memiliki gangguan depresif berat.
Temuan utama pada pemeriksaan status mental adalah adanya rasa takut yang tidak
rasional dan ego-distonik akan suatu situasi, aktfitas, atau objek spesifik; pasien
mampu menggambarkan cara mereka menghindari kontak dengan fobia. Ddepresi
lazim ditemukan pada pemeriksaan status mental dan dapat ditemukan pada hingga
seperrtiga pasien fobik.
TERAPI
Terapi perilaku
Terapi yang paling banyak dipelajari dan paling efektiv untuk fobia mungkin
adalah terapi perilaku. Aspek kunci keberhasilan terapi adalah (1) komitmen pasien
terhadap terapi, (2) masalah dan tujuan yang teridentifikasi jelas, (3) strategi
alternative yang tersedia untuk menghadapi perasaannya. Berbagai teknik terapi
perilaku yang dilakukan, yang paling lazim adalah desensitisasi sistematik, suatu
metode yang dipelopori oleh Joseph Wolpe. Pada metode ini, pasien secara serial
dipajankan pada daftar stimulus menginduksi ansietas yang ditentukan sebelumnya

30

dan diberi tingkatan hirarki dari yang paling tidak menakutkan sampai yang paling
menakutkan. Melalui pengguanaan obat penenang, hypnosis, dan instruksi untuk
relaksasi otot, pasien diajari cara menenangkan sendiri jiwa dan raga. Saat merek
telah menguasai teknik ini, pasien diminta menimbulkan relaksasi saat menghadapi
setiap stimulus yang mencetuskan ansietas. Ketika mereka telah menjadi
terdesensitisasi dengan setiap stimulus didalam skala itu, pasien berlanjut ke stimulus
berikutnya hingga akhirnya, yang sebelumnya menimbulkan ansietas, tidak lagi bisa
mencetuskan pengaruh menyakitkan.
MODALITAS TERAPEUTIK LAINNYA
Hypnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga dapat berguna dalam terapi
gangguan fobik. Hipnosisi digunakan untuk memperkuat saran terapis bahwa objek
fobik tidak berbahaya dan hypnosis diri sendiri dapat diajarkan pada pasien sebagai
metode relaksasi ketika dihadapkan dengan objek fobik. Psikoterapi suportif dan
terapi keluarga sering berguna dalam membantu pasien secara aktif untuk
menghadapi objek fobik selama terapi. Terapi ini tidak hanya untuk memperoleh
bantuan keluarga dalam menerapi pasien tetapi juga dapat membantu keluarga
mengerti sifat masalah pasien.
Fobia Spesifik
Diantara psikoterapi, terapi yang paling lazim digunakan untuk fobia spesifik
adalah terapi pajanan. Pada metode ini, terapis mendesensitisasi pasien dengan

31

menggunakan serangkaian pajanan bertingkat yang ditingkatkan sendiri oleh pasien


terhadap stimulus fobik dan mereka mengajarkan pasien berbagai teknik menghadapi
ansietas termasuk relaksasi, kendali pernapasan, dan pendekatan kognitif. Pendekatan
kognitif mencakup memperkuat penyadaran nahwa situasi fobik, pada keyataannya,
aman. Aspek kunci kebehasilan terapi perilaku adalah komitmen pasien terhadap
terapi, masalah dan tujuan yang teridentifikasi dengan jelas, strstegi alternative yang
tersedia untuk menghadapi perasaan pasien pada situasi khusus fobia cedera-darahsuntikan, beberapa terapis menyarankan pasien menegangkan tubuhnya dan tetap
duduk selama pajanan untuk membantu menghindari kemungkinan pingsan akibat
reaksi vasovagal terhadap stimulasi fobik. Antagonis -adrenergik dapat berguna
dalam terapi fobia spesifik, terutama ketika fobia disetai serangan panic.
Farmakoterapi (contoh benzodiazepine), psikoterapi, atau terapi gabungan yang
ditujukan untuk serangan mungkin juga berguna.
Fobia Sosial
Psikoterapi dan farmakoterapi berguna dalam terapi fobia social dan berbagai
pendekatan diindikasikan untuk tipe menyeluruh dan untuk situasi penampilan.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa penggunaan farmakoterapi dan psikoterapi
memberikan hasil yang lebih baik daripada terapi itu secara tersendiri walaupun
temuan mungkin tidak dapat diterapkan pada semua situasi dan pasien.

32

Objek yang efektif untuk terapi fobia social mencakup (1) SSRI, (2) benzodiazepine,
(3) fenlafaksin (effeksor) dan (4) buspiron. Sebagian besar klinisi mempertimbangkan
SSRI sebagai terapi pilihan lini pertama pada pasien dengan fobia social menyeluruh.
Benzodiazepine alprazolam (Xanax) dan klonazepam (klonopin) juga bermanfaat
untuk fobia social spesifik maupun menyeluruh. Buspiron menunjukkan efek aditif
jika digunakan untuk memperkuat terapi dengan SSRI.
Pada kasus berat, terapi fobia social yang berhasil dengan MAOI irrefersible, seperti
fenelzin (nardil), dan refersible inhibitors of monoamine oxidase (RIMA), seperti
moklobemid (aurorix) dan brofaromin (consoner) (yang tidak tersedia di amerika
serikat), telah dilaporkan. Dosis terapeutik fenelzin berkisar dari 45 hingga 90 mg
perhari, dengan angka respon berkisar dari 50 hingga 70 persen, dan sekitar 5 sampai
6 minggu diperlukan untuk menilai efektifitas.
Terapi fobia sosial yang terkaitkan dengan situasi penampilan sering melibatkan
penggunaan antagonis reseptor -adrenergik segera sebelum pajanan terhadap
stimulus fobik. Dua senyawa yang paling luas digunakan adalah atenolol (Tenormin),
50 sampai 100 mg tiap pagi atau satu jam sebelum penampilan, dan propranolol 2040 mg. teknik kognitif, perilaku, dan pajanan juga dapat berguna didalam situasi
penampilan.

33

BAB III
PENUTUP
Kesimpulannya adalah gangguan isi pikiran adalah keyakinan dan bentuk
pendirian yang abnormal. Perkembangan dari ketidaknormalan mengenai keyakinan
dan pendirian harus mempertimbangkan kultur seseorang. Keyakinan mungkin
kelihatan tidak normal pada satu kultur atau subkultur mungkin secara umum dapat
diterima oleh kultur yang lain.
Gangguan dalam bidang isi pikir dapat berupa waham (mengenai situasi yang
dapat terjadi dalam kehidupan nyata, seperti merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari
jauh, dan lain-lain), obsesi kompulsif (kelompok gejala yang mencakup pikiran
mengganggu, ritual, keasyikan, dan dorongan. Ini obsesi berulang atau dorongan
menyebabkan penderitaan parah pada orang tersebut), Phobia (ketakutan yang
berlebihan terhadap sesuatu objek, keadaan, terhadap situasi tertentu)

34

Referensi:
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/1/10E00570.pdf
2. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadocks
Buku Ajar Psikiatri klinis, Edisi 2
3. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition
4. American Psyciatric Association. Diagnotic and statistical manual of mental
disorder. 4 th ed. Text rev. wahington, DC: American Psyciatric Assosiation;
copyright 2000.

35

Anda mungkin juga menyukai