: Tn. A
: 32 tahun
Agama
: Islam
Status
: belum menikah
Pekerjaan
: Tidak ada
Alamat
Pendidikan
: SMA
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan ke-3 pada tanggal 06 Juni 2014
Alloanamnesis diperoleh dari :
Nama
: A.A
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Dinas Perhubungan
Alamat
Hubungan
: Adik kandung
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRSJ/terapi:
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang:
a. Keluhan dan Gejala:
Pasien masuk rumah sakit untuk yang ke tiga kalinya dengan keluhan
mengamuk yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengamuk dengan
ingin menyerang keluarganya, memukul adiknya, pasien suka curiga
dengan orang lain dan meminta orang lain untuk bertanggung jawab atas
nasib hidupnya, pasien juga berhenti bekerja karena curiga dengan
rekannya yang akan menghentikannya bekerja, pasien mengaku sebagai
dr. Ashari, pasien juga sering bicara sendiri dan tidak nyambung, berteriak
serta berbicara kotor, pasien juga tampak memegang jimat dan tidak mau
dilepas.
b. Hendaya / Disfungsi:
-
AUTOANAMNESA
DM
: Selamat malam, maaf mengganggu pak, nama saya roby, saya dokter muda
DM
: Baik dok
DM
DM
: 32 tahun dok
DM
: tanggal 19
DM
DM
DM
DM
DM
DM
: Tridarma nusantara
DM
DM
DM
DM
DM
DM
: daripada dia yang kasi keluar saya, lebih baik saya keluar sendiri kan
DM
: tidak pernah
DM
: ada laki-laki
DM
DM
: dirumah sakit
DM
DM
: lupa dok
DM
DM
DM
DM
: belum dok
DM
: sama adekku
DM
DM
: gelisah dok
7
DM
DM
: 2014
DM
: bisa dok
DM
: mm.. 43 dok
DM
: kalo 43-7?
DM
: kalo 36-7?
: 29 iya?
DM
: roby dok?
DM
: ok pak. Terima kasih pak A sudah bersedia saya Tanya-tanya maaf sudah
: malam
II.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum:
a. Penampilan:
Tampak seorang laki-laki, memakai kaos putih, celana jeans,
perawakan sedang, wajah sesuai umur, perawatan diri kurang.
b. Kesadaran:
Berubah
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gelisah
d. Pembicaraan
lancar, spontan, intonasi tinggi
e. Sikap Terhadap Pemeriksa:
Tidak koperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan Empati:
a. Mood
: sulit dinilai
b. Afek
: inappropriate
c. Empati
c. Orientasi:
-
Waktu: baik
Tempat: baik
Orang: baik
d. Daya Ingat
-
Segera: Baik
: tidak ada
c. Depersonalisasi
: tidak ada
d. Derealisasi
: tidak ada
E. Proses Berfikir
a. Arus Pikiran
a. Produktivitas : berlebih
b. Kontinuitas
: inkoheren
10
: tidak ada
: Terganggu
: terganggu
: Derajat 1
: dapat dipercaya
IV.
terganggu.
Gangguan
persepsi
berupa
halusinasi
visual.
12
V.
EVALUASI MULTIAKSIAL
-
Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
13
Aksis V
DAFTAR PROBLEM
A. Organobiologik
PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini adalah dubia et malam
Faktor pendukung:
-
Faktor penghambat:
-
14
RENCANA TERAPI
A. Farmakoterapi : Haloperidol 5 mg, 3X1 tablet
B. Psikoterapi
15
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan menilai perkembangan
penyakitnya serta menilai efektivitas pengobatan yang diberikan dan
kemungkinan timbulnya efek samping obat yang diberikan.
16
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
WAHAM
18
ETIOLOGI
Penyebab gangguan waham tidak diketahui. Pasien yang saat ini digolongkan
mengalami gangguan waham mungkin mengalami sekelompok keadaan heterogen
dengan waham sebagai gejala yang menonjol. Konsep utama mengenai penyebab
gangguan waham adalah perbedaannya dengan skizofrenia dan gangguan mood,
gangguan waham jauh lebih jarang daripada skizofrenia maupun gangguan mood
awitannya lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi perempuan kurang nyata
daripada gangguan mood.
GAMBARAN KLINIS
Status Mental
Deskripsi umum. Pasien biasanya rapi dan berpakaian layak, tanpa tanda
disintegrasi kepribadian atau aktivitas harian yang menyeluruh, juga tampak
eksentrik, aneh, curiga, atau bermusuhan. Mereka kadang-kadang bermasalah dengan
hukum dan dapat membuat kecenderungan tersebut jelas bagi pemeriksa. Hal yang
biasanya paling nyata dari pasien dengan gangguan waham adalah bahwa
pemeriksaan status mental memperlihatkan hasil normal kecuali adanya sistem
waham yang secara nyata abnormal. Pasien dapat mencoba mengikat klinisi sebagai
sekutu dalam wahamnya, tetapi seorang klinisi sebaiknya tidak berpura-pura
menerima waham; kolusi tersebut selanjutnya mengacaukan realita dan menimbulkan
19
20
lain
harus
diberikan
dalam
uji
coba
klinis.
Beberpa
peniliti
21
pengobatan anti psikotik, obat harus dihentikan. Pada pasien yang tidak berespon
terhadap obat antipsikotik, beberapa data menunjukkan bahwa dosis rumatan dapat
rendah. Meskipun secara esensial tidak ada studi yang mengevaluasi pemakaian
antidepresan, litium (sklith) atau antikejang (karbamazepin) dan valproate atau
depakenel pada pengobatan gangguan waham, uji coba dengan obat obat tersebut
dapat dibenarkan pada psien yang tidak memberikan respon terhadap obat
antipsikotik. Uji coba dengan obat tersebut juga harus dipikirkan jika pasien
mempunyai gambran gangguan mood maupun riwayat keluarga yang mempunyai
gangguan mood.
II.
OBSESI KOMPULSIF
22
GAMBARAN KLINIS
Pola Gejala
Kontaminasi
Pola yang lazim ditemukan adalah obsesi terhadap kontaminasi, diikuti
kegiatan mencuci atau disertai penghindaran kompulsif objek yang diduga
terkontaminasi. Objek yang ditakuti sering sulit dihindari, pasien mungkin
mengelupas kulit tangan dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin
tidak mampu meninggalkan rumah karena takut kuman.
Keraguan Patologis
Pola yang paling umum kedua adalah obsesi keraguan, diikuti kompulsi
memeriksa. Obsesi sering melibatkan suatu bahaya kekerasan (misalnya, lupa untuk
mematikan kompor atau tidak mengunci pintu). Pengecekan mungkin melibatkan
beberapa perjalanan kembali ke rumah untuk memeriksa kompor, misalnya. Para
pasien memiliki obsesi keraguan akan diri sendiri dan selalu merasa bersalah karena
lupa atau melakukan sesuatu.
Pikiran mengganggu
Dalam pola yang paling umum ketiga, adalah adanya pikiran-pikiran obsesif
mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya merupakan pikiran
pikiran berulang mengenai tindakan seksual atau agresif yang tercela kepada pasien.
23
Pasien yang terobsesi dengan pikiran tindakan agresif atau seksual dapat melaporkan
diri ke polisi atau mengaku pada penderita.
Simetri
Pola keempat yang paling umum adalah kebutuhan untuk simetri atau presisi,
atau ketepatan yang dapat menyebabkan suatu kompulsi mengenai kelambatan. .
Pasien benar-benar dapat memakan waktu berjam-jam untuk makan makanan atau
mencukur wajah mereka.
Pola Gejala lainnya
Obsesi religius dan kompulsi menumpuk suatu lazim ditemukan pada pasien
dengan OCD. Trikotilomania (kompulsif menarik-narik rambut) dan menggigit kuku
dapat merupakan kompulsi yang berhubungan dengan OCD. Masturbasi juga
mungkin kompulsif.
TATALAKSANA
Dengan bukti bahwa OCD sangat ditentukan oleh faktor biologis, teori
psikoanalitik klasik tidak disetujui. Selain itu, karena gejala OCD tampak refrakter
terhadap psikoterapi psikodinamik dan psikoanalisis, pengobatan farmakologis dan
perilaku telah menjadi umum. Tapi faktor psikodinamik mungkin bermanfaat dalam
memahami hal yang menginduksi perburukan gangguan dan dalam menterapi
berbagai bentuk resistensi terhadap terapi, seperti ketidakpatuhan pengobatan
24
Farmakoterapi
Obat-obatan, beberapa di antaranya digunakan untuk mengobati gangguan
depresi atau gangguan mental lainnya, dapat diberikan dalam rentang dosis yang
biasa. Efek awal umumnya terlihat setelah 4 sampai 6 minggu pengobatan, meskipun
8 sampai 16 minggu biasanya diperlukan untuk memperoleh manfaat terapeutik
maksimal.
Serotonin-Reuptake Inhibitor Spesifik
SSRI- "fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), paroxetine (Paxil),
sertraline (Zoloft), citalopram (Celexa) telah disetujui oleh US Food and Drug
Administration (FDA ) untuk pengobatan OCD. Dosis yang lebih tinggi sering kali
diperlukan untuk efek menguntungkan, seperti fluoxetine 80 mg perhari. Meskipun
SSRI dapat menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, ansietas, dan
kegelisahan, efek samping ini sering sementara dan umumnya kurang mengganggu
daripada efek samping yang berkaitan dengan obat trisiklik, seperti clomipramine.
Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI digunakan dalam kombinasi dengan
terapi perilaku.
Clomipramine
Dari semua trisiklik dan obat tetracyclic, clomipramine adalah yang paling
selektif untuk serotonin reuptake versus norepinefrin reuptake dan hal ini hanya
dilebihi oleh SSRI. Potensi serotonin reuptake oleh clomipramine yang hanya
25
dilampaui oleh sertraline dan paroxetine. Clomipramine adalah obat pertama yang
disetujui FDA untuk pengobatan OCD. Penggunaan dosisnya harus dititrasi
meningkat lebih dari 2 sampai 3 minggu untuk menghindari efek samping
gastrointestinal dan hipotensi ortostatik, seperti obat trisiklik lain, obat ini
menyebabkan sedasi signifikan dan efek antikolinergik, termasuk mulut kering dan
konstipasi. Seperti SSRI, hasil terbaik adalah hasil dari kombinasi obat dan terapi
perilaku.
Obat lain
Jika pengobatan dengan clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak
terapis menambah obat pertama dengan penambahan valproate (Depakene), lithium
(Eskalith), atau carbamazepine (Tegretol). Obat lain yang dapat dicoba dalam
pengobatan OCD venlafaxine (Effexor), pindolol (Visken), dan inhibitor monoamine
oxidase (MAOIs), terutama phenelzine (Nardil). Agen farmakologis lain untuk
pengobatan pasien tidak responsif termasuk buspirone (BuSpar), 5-hidroksitriptamin
(5-HT), l-triptofan, dan clonazepam (Klonopin). agen antipsikotik dapat juga terdapat
gangguan tic atau sindrom Tourette.
Terapi Perilaku
Meskipun beberapa perbandingan satu per satu telah dilakukan, terapi
perilaku seefektif farmakoterapi di OCD, dan beberapa data menunjukkan bahwa efek
menguntungkan yang lebih tahan lama dengan terapi perilaku. Oleh karena itu
26
Banyak klinisi, pertimbangkan terapi perilaku pengobatan pilihan untuk OCD. Terapi
perilaku dapat dilakukan pada rawat jalan dan rawat inap. Pendekatan perilaku utama
dalam OCD adalah paparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, penghentian
pikiran, pembanjiran, terapi impolsi, dan aversive conditioning juga telah digunakan
pada pasien dengan OCD. Dalam terapi perilaku, pasien harus benar-benar
berkomitmen untuk perbaikan.
Psikoterapi
Seorang anggota keluarga pasien sering didorong ke ambang putus asa karena
perilaku pasien. Setiap upaya psikoterapi harus mencakup perhatian pada anggota
keluarga melalui penyediaan dukungan emosional, keyakinan, penjelasan, dan saran
tentang bagaimana mengelola dan menanggapi pasien.
Terapi lain
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu
mengurangi perselisihan perkawinan akibat gangguan, dan membangun hubungan
kerjasama pengobatan dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi
kelompok berguna sebagai sistem pendukung untuk beberapa pasien.
27
III.
fobia mengacu pada suatu ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu objek,
keadaan, terhadap situasi tertentu. Fobia spesifik adalah adanya, rasa takut yang terus
berlangsung terhadap suatu obyek atau situasi, sedangkan fobia sosial adalah adanya
rasa takut dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa malu.
EPIDEMIOLOGI
Spesifik Phobia
Spesifik fobia lebih umum dari fobia sosial. Spesifik fobia adalah gangguan
mental yang paling umum di kalangan wanita dan yang kedua yang paling umum di
antara pria. Prevalensi 6 bulan fobia spesifik adalah sekitar 5 sampai 10 per 100
orang. Tingkat fobia spesifik pada wanita (13,6-16,1 persen) adalah dua kali lipat dari
laki-laki (5,2-6,7 persen), meskipun rasio lebih dekat dengan 1-1 untuk fobia darah,
suntikan, atau cedera. (Jenis fobia yang dibahas pada bagian ini.) Usia puncak onset
untuk jenis lingkungan alam dan jenis darah-injeksi-cedera berada dalam kisaran 5
sampai 9 tahun, meskipun onset juga terjadi pada usia yang lebih tua. Sebaliknya,
usia puncak onset untuk jenis situasional (kecuali takut ketinggian) lebih tua, di
pertengahan 20, yang lebih dekat dengan usia onset untuk agoraphobia. Objek dan
situasi yang ditakuti pada phobia spesifik (tercantum dalam frekuensi kemunculan
yang berkurang) adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
28
Phobia Sosial
Berbagai penelitian telah melaporkan prevalensi seumur hidup berkisar antara
3 sampai 13 persen untuk fobia sosial. Prevalensi 6 bulan adalah sekitar 2 sampai 3
per 100 orang. Dalam studi epidemiologi, perempuan lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki, tetapi dalam sampel klinis, kebalikannya sering ditemukan.
Alasan pengamatan yang bervariasi ini tidak diketahui. Usia puncak onset untuk fobia
sosial adalah remaja, meskipun onset umum usia 5 tahun dan 35 tahun.
ETIOLOGI
fobia spesifik dan fobia sosial memiliki beberapa tipe, dan penyebab pasti dari
tipe-tipe ini yang cenderung berbeda. Bahkan di dalam tipe tersebut, seperti pada
semua gangguan mental, heterogenitas kausatif ditemukan. Patogenesis fobia, setelah
dipahami, dapat terbukti sebagai model yang jelas untuk interaksi antara faktor
biologis dan faktor genetik, di satu sisi, dan peristiwa lingkungan, di sisi lain. Pada
jenis fobia spesifik darah-suntikan-cedera, orang-orang yang terkena dapat memiliki
refleks vasovagal sangat kuat dan diwariskan, yang terkait dengan fobia emosi.
GAMBARAN KLINIS
Orang dengan fobia, sesuai defenisi, mencoba menghindari stimulus fobik;
beberapa dari mereka memilih menghadapi kesukaran yang berat ketika mencoba
29
menghindari situasi yang mencetuskan ansietas. Contohnya, pasien fobik dapat naik
bus melintasi amerika serikat, daripada terbang untuk menghindari kontak dengan
objek fobia pasien, yaitu pesawat terbang. Mungkin sebagai cara lain menghindari
stress akibat stimulus fobik, banya pasien fobik memiliki gangguan terkait zat,
terutama gangguan penggunaan alcohol. Lebih lagi, sekitar sepertiga pasien dengan
fobiia social memiliki gangguan depresif berat.
Temuan utama pada pemeriksaan status mental adalah adanya rasa takut yang tidak
rasional dan ego-distonik akan suatu situasi, aktfitas, atau objek spesifik; pasien
mampu menggambarkan cara mereka menghindari kontak dengan fobia. Ddepresi
lazim ditemukan pada pemeriksaan status mental dan dapat ditemukan pada hingga
seperrtiga pasien fobik.
TERAPI
Terapi perilaku
Terapi yang paling banyak dipelajari dan paling efektiv untuk fobia mungkin
adalah terapi perilaku. Aspek kunci keberhasilan terapi adalah (1) komitmen pasien
terhadap terapi, (2) masalah dan tujuan yang teridentifikasi jelas, (3) strategi
alternative yang tersedia untuk menghadapi perasaannya. Berbagai teknik terapi
perilaku yang dilakukan, yang paling lazim adalah desensitisasi sistematik, suatu
metode yang dipelopori oleh Joseph Wolpe. Pada metode ini, pasien secara serial
dipajankan pada daftar stimulus menginduksi ansietas yang ditentukan sebelumnya
30
dan diberi tingkatan hirarki dari yang paling tidak menakutkan sampai yang paling
menakutkan. Melalui pengguanaan obat penenang, hypnosis, dan instruksi untuk
relaksasi otot, pasien diajari cara menenangkan sendiri jiwa dan raga. Saat merek
telah menguasai teknik ini, pasien diminta menimbulkan relaksasi saat menghadapi
setiap stimulus yang mencetuskan ansietas. Ketika mereka telah menjadi
terdesensitisasi dengan setiap stimulus didalam skala itu, pasien berlanjut ke stimulus
berikutnya hingga akhirnya, yang sebelumnya menimbulkan ansietas, tidak lagi bisa
mencetuskan pengaruh menyakitkan.
MODALITAS TERAPEUTIK LAINNYA
Hypnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga dapat berguna dalam terapi
gangguan fobik. Hipnosisi digunakan untuk memperkuat saran terapis bahwa objek
fobik tidak berbahaya dan hypnosis diri sendiri dapat diajarkan pada pasien sebagai
metode relaksasi ketika dihadapkan dengan objek fobik. Psikoterapi suportif dan
terapi keluarga sering berguna dalam membantu pasien secara aktif untuk
menghadapi objek fobik selama terapi. Terapi ini tidak hanya untuk memperoleh
bantuan keluarga dalam menerapi pasien tetapi juga dapat membantu keluarga
mengerti sifat masalah pasien.
Fobia Spesifik
Diantara psikoterapi, terapi yang paling lazim digunakan untuk fobia spesifik
adalah terapi pajanan. Pada metode ini, terapis mendesensitisasi pasien dengan
31
32
Objek yang efektif untuk terapi fobia social mencakup (1) SSRI, (2) benzodiazepine,
(3) fenlafaksin (effeksor) dan (4) buspiron. Sebagian besar klinisi mempertimbangkan
SSRI sebagai terapi pilihan lini pertama pada pasien dengan fobia social menyeluruh.
Benzodiazepine alprazolam (Xanax) dan klonazepam (klonopin) juga bermanfaat
untuk fobia social spesifik maupun menyeluruh. Buspiron menunjukkan efek aditif
jika digunakan untuk memperkuat terapi dengan SSRI.
Pada kasus berat, terapi fobia social yang berhasil dengan MAOI irrefersible, seperti
fenelzin (nardil), dan refersible inhibitors of monoamine oxidase (RIMA), seperti
moklobemid (aurorix) dan brofaromin (consoner) (yang tidak tersedia di amerika
serikat), telah dilaporkan. Dosis terapeutik fenelzin berkisar dari 45 hingga 90 mg
perhari, dengan angka respon berkisar dari 50 hingga 70 persen, dan sekitar 5 sampai
6 minggu diperlukan untuk menilai efektifitas.
Terapi fobia sosial yang terkaitkan dengan situasi penampilan sering melibatkan
penggunaan antagonis reseptor -adrenergik segera sebelum pajanan terhadap
stimulus fobik. Dua senyawa yang paling luas digunakan adalah atenolol (Tenormin),
50 sampai 100 mg tiap pagi atau satu jam sebelum penampilan, dan propranolol 2040 mg. teknik kognitif, perilaku, dan pajanan juga dapat berguna didalam situasi
penampilan.
33
BAB III
PENUTUP
Kesimpulannya adalah gangguan isi pikiran adalah keyakinan dan bentuk
pendirian yang abnormal. Perkembangan dari ketidaknormalan mengenai keyakinan
dan pendirian harus mempertimbangkan kultur seseorang. Keyakinan mungkin
kelihatan tidak normal pada satu kultur atau subkultur mungkin secara umum dapat
diterima oleh kultur yang lain.
Gangguan dalam bidang isi pikir dapat berupa waham (mengenai situasi yang
dapat terjadi dalam kehidupan nyata, seperti merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari
jauh, dan lain-lain), obsesi kompulsif (kelompok gejala yang mencakup pikiran
mengganggu, ritual, keasyikan, dan dorongan. Ini obsesi berulang atau dorongan
menyebabkan penderitaan parah pada orang tersebut), Phobia (ketakutan yang
berlebihan terhadap sesuatu objek, keadaan, terhadap situasi tertentu)
34
Referensi:
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/1/10E00570.pdf
2. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadocks
Buku Ajar Psikiatri klinis, Edisi 2
3. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition
4. American Psyciatric Association. Diagnotic and statistical manual of mental
disorder. 4 th ed. Text rev. wahington, DC: American Psyciatric Assosiation;
copyright 2000.
35