Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Profil Industri Menengah
Karak adalah sejenis kerupuk yang berasal dari Kota Solo. Karak ini terbuat dari
beras dicampur menir yang ditanak sepertinya halnya nasi, namun air untuk merebus
dicampur dengan garam bleng. Makanan semacam kerupuk dengan mudah ditemukan di
Mojo RT 01 RW 04 Laban, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. Karak dimulai sejak
1994. Saat ini, karak sudah dikelola langsung Haryatmo.
Bapak Haryatmo mengakui jumlah produksi karak dengan jumlah tenaga delapan
orang yaitu dipimpin oleh Bapak Haryatmo sendiri beserta karyawannya bernama
Harmi, Sugiyo, Wening, Sri Hastuti, Karni, Sri Hartanti dan Harmi. Dirinya maksimal
memproduksi karak sebanyak 60 kilogram tiap harinya. Jam kerja pada UKM karak
mulai dari jam 08.00 sampai 18.00 WIB. Untuk memproduksi karak renyah dan gurih
berukuran sekitar 10x7 cm, Haryatmo membutuhkan bahan-bahan berupa beras, garam,
penyedap rasa, dan bleng. Semua bahan yang digunakan karak telah terdaftar di Dinas
Kesehatan, sehingga sudah terjamin keamanannya. Selain itu, proses produksi semua
dilakukan secara manual, termasuk proses pengeringannya yang masih menggunakan
sinar matahari. Sementara untuk pemasarannya, karak dipasarkan langsung diambil oleh
para pengepul (bakul) ke rumahnya. Para pengepul berdatangan mulai jam 13.30 WIB.
Kemudian, para pengepul baru memasarkan karaknya ke toko-toko, warung makan, dan
diedarkan ke rumah terdekat di daerah di Solo. Karak ditemui dalam ukuran seberat 160
gram dengan harga Rp 60,-/biji. Karak tersedia dalam 2 rasa yaitu rasa bawang dan rasa
terasi.

B. Proses Kualitatif dan Kuantitatif


Diagram alir proses pembuatan kerupuk karak Bapak Haryatmo

Beras

Dicuci sampai bersih

Dikukus selama 30 menit

Didinginkan 7-10 menit

Bleng, garam,
bawang putih dan
perasa (terasi)

Direbus selama 10 menit

Ditumbuk sampai halus/ lembut

Dicetak

Diiris tipis dan berukuran 10x7 cm

Dikeringkan di bawah sinar matahari

Karak yang kering digoreng

Dilakukan penirisan

Dikemas menggunakan plastik

Proses dalam pembuatan karak langkah pertama dilakukan pencucian untuk


menghilangkan kotoran yang memempel pada bahan seperti kerikil dan kutu dari beras.
kemudian beras yang telah bersih dikukus selama 30 menit. Pengukusan ini berguna
untuk membuat beras menjadi nasi. Setelah 30 menit kemudian nasi di diamkan sekitar
7-10 menit. Sementara nasi di diamkan dilakukan perebusan air hingga mendidih.
Perebusan air ini dilakukan untuk mencampurkan nasi dengan bumbu dan bahan
tambahan makanan. Bumbu yang digunakan antara lain garam, bawang putih, dan perasa
(terasi) untuk krupuk karak variasi lain, sedangkan bahan tambahan yang digunakan
yaitu bleng. Nasi yang masih panas yang telah tercampur dengan bahan tadi kemudian
ditumbuk hingga nasi tersebut halus. Nasi yang telah halus kemudian dicetak.
Pencetakan nasi ini menggunakan alat yang masih sederhana belum menggunakan mesin
pencetak. Pencetakan dilakukan menggunakan alat yang terbuat dari kayu yang
berbentuk kotak. Nasi yang telah berbentuk kotak kemudian diiris tipis dan berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 10x7 cm. Pengirisan tipis ini berguna agar pengeringan
kerupuk lebih optimal dan juga merata sehingga dapat dihasilkan kerenyahan krupuk
karak yang baik. Pengirisan yang dilakukan di UKM Pak Haryatmo masih dengan cara
manual, sehingga krupuk yang dihasilkan tidak memiliki ketebalan yang sama. Setelah
berbentuk lembaran-lembaran tipis krupuk karak mentah ini kemudian dikeringkan.
Pengeringan yang dilakukan masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan
sinar matahari belum menggunakan alat pengering seperti cabinet dryer. Lama dari
pengeringan menggunakan sinar matahari bergantung pada cuaca. Pada saat cuaca
sedang panas pengeringan hanya membutuhkan waktu 1 hari bahkan terkadang hanya
setengah hari, sedangkan apabila cuaca hujan pengeringan akan cukup lama yaitu 1
setengah hari bahkan sampai 2 hari bila cuaca sangat buruk. Karak yang telah kering
dilakukan penggorengan, suhu penggorengan yang didigunakan 180o C. Setelah
dilakukan penggorengan krupuk kemudian ditiriskan. Tahap terakhir adalah pengemasan
krupuk, krupuk-krupuk yang telah jadi kemudian di kemas kedalam plastik.

C. Rencana Proyek Six Sigma


Langkah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan:

Tindakan
Proses apa yang ingin anda
ketahui?
Berapa banyak unit transaksi
yang dikerjakan melalui
proses?
Berapa banyak unit transaksi
OK
Hitung hasil untuk proses
didefinisikan pada tahap 1
Hitung tingkat kecacatan
berdasarkan langkah 4
Tentukan banyaknya CTQ
potensial yang dapat
menyebabkan kecacatan
Hitung tingkat kecactan per
karakteristik
Hitung cacat per sejuta
kesempatan
Konversi DPMO (8) ke daam
nilai stigma
Buat kesimpulan

Persamaan

Hasil
Perhitungan

----

karak

----

850

----

578

= (langkah 3) /
(langkah 2)

0,68

= 1 - (langkah 4) 0,32
= banyaknya
karakteristik
CTQ
= (langkah 5) /
(langkah 6)
= (langkah 7) *
1000000

14
0,022857
22857,143

----

3,4-3,5

----

3,5

CTQ:
1.

Bahan baku yang digunakan

2.

Bentuk karak yang tidak seragam

3.

Ukuran karak yang tidak seragam

4.

Pencampuran bahan-bahan yang kurang merata

5.

Pengeringan yang kurang maksimal

6.

Tempat pengeringan berada di bawah sehingga pengeringan tidak maksimal

7.

Penggorengan yang terlalu cepat atau terlalu lama

8.

Minyak yang digunakan dalam penggorengan tidak diganti setelah beberapa kali
pemakaian

9.

Pekerja yang kurang terampil

10. Sanitasi peralatan yang kurang diperhatikan


11. Sanitasi tempat yang kurang diperhatikan
12. Sanitasi pekerja yang kurang diperhatikan
13. Tempat penjemuran yang tidak bersih sehingga banyak debu yang menempel
14. Suhu penjemuran yang tidak menentu

Langkah-langkah Implementasi Proyek Peningkatan Kualitas Six Sigma


Tahap pertama: Identifikasi
Tujuan: mengidentifikasi bisnis-bisnis kunci Usaha Kecil Menengah
Langkah 1: Recognize
Faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kepuasan konsumen:
1.

Pemilihan bahan baku

2.

Pencampuran bahan yang digunakan

3.

Penipisan

4.

Bentuk dan ukuran produk yang dihasilkan

5.

Tekstur renyah produk yang dihasilkan

6.

Rasa produk setelah penggorengan

7.

Pengemasan

Langkah 2: Define
Rencana-rencana yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas karak:
1.

Bahan baku yang aman

2.

Bahan tambahan yang aman

3.

Bahan tambahan makanan sesuai dengan takaran

4.

Pencampuran bahan secara merata

5.

Penipisan ukuran dengan menggunakan mesin

6.

Ukuran karak setelah penggorengan sekitar 8x4 cm.

7.

Bentuk karak adalah balok

8.

Pengecekan karak yang telah benar-benar kering

9.

Mengganti minyak goreng minimal 3 kali penggunaan

10. Rasa karak yang dihasilkan adalah gurih


11. Tekstur karak yang dihasilkan adalah renyah
12. Pemilik melakukan pengawasan atau ikut serta dalam proses produksi
13. Harga terjangkau oleh pembeli
Tahap kedua: Karakteristik
Tujuan: memahami tingkat kinerja yang sekarang
Langkah ketiga: Measure
Hal-hal spesifik harus dapat diukur
a.

Pemilihan bahan baku akan berpengaruh terhadap produk akhir yang dihasilkan.
Penggunaan bahan baku yang berkualitas dan sesuai standar akan menghasilkan

karak yang baik dan sesuai dengan keinginan konsumen. Hasil karak yang baik akan
lebih mudah diterina konsumen dan juga berpengaruh pada nilai jualnya.
b.

Pencampuran bahan berpengaruh terhadap karakteristik rasa yang dihasilkan oleh


karak. Apabila bahan tidak tercampur dengan rata maka rasa tiap-tiap karak yang
dihasilkan tidak sama atau tidak seragam. Bahan-bahan tambahan yang digunakan
pada proses pembuatan juga harus sesuai dengan takaran masing-masing agar rasa
yang karak tetap sama.

c.

Penipisan ukuran jugaberpengaruh terhadap ketebalan produk akhir yang dihasilkan.


Ketebalan pada karak yang tidak sama akan menyebabkan perbedaan proses
pengeringan pada masing-masing karak. Selain itu karak yang terlalu tebal
jugaakan menyebabkan karak tidak renyah saat digoreng.

d.

Pemotongan berpengaruh terhadapukuran

produk akhir yang dihasilkan.Proses

pemotongan dan penggunaan alat pemotong yang tidak sesuai menghasilkan ukuran
karak yang tidak seragam. Apabila hasil pemotongan karak terlalu tipis maka karak
akan lebih mudah gosong saat penggorengan dan setelah penggorengan karak akan
lebih mudah patah. Sebaliknya apabila hasil pemotongan terlalu tebal maka saat
penggorengan karak akan susah mengembang dan tekstur yang dihasilkan tidak
sesuai.
e.

Penjemuran berpengaruh terhadap kerenyahan produk akhir yang dihasilkan.


Pengeringan yang dilakukan terlalu singkat menyebabkan hasil karak masih
setengan basah atau tidak benar-benar kering. Hal ini menyebabkan pada proses
penggorengan tidak dihasilkan karak yang renyah. Apabila penjemuran dilakukan
terlalu lama maka karak mudah terkontaminasi oleh debu, pasir, dan lain-lain.

f.

Penggorengan

berpengaruh

terhadap

kenampakan

produk

akhir

yang

dihasilkan.Kenampakan produk akhir akan berpengaruh terhadap kepuasan


pelanggan. Jika penggorengan dilakukan terlalu lama maka produk karak yang
dihasilkan akan gosong dan memiliki rasa yang pahit. Sedangkan apabila
penggorengan dilakukan terlalu singkat maka karak yang dihasilkan tidak
mengembang dan kurang matang.
g.

Pengemasan berpengaruh terhadap produk akhir yang dihasilkan. Jika kemasan yang
digunakan tidak rapat maka karak dapat lebih cepat kehilangan kerenyahannya
karena udara yang masuk. Selain itu kontaminasi dari debu juga akan mengurangi
kepuasaan pelanggan akibat kemasan yang tidak sesuai. Hal ini juga menyebabkan
masa simpan yang pendek karena karak akan lebih mudah menjadi tengik.

Langkah keempat: Analyze


a.

Pemilihan bahan baku


Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerupuk meliputi bahan baku
utama, yaitu bahan yang digunakan dalam jumlah besar dan fungsinya tidak dapat
digunakan oleh bahan lain, dan bahan baku tambahan yang merupakan bahan
pelengkap bahan baku utama dalam proses produksi. Sebagai bahan baku utama
dalam pembuatan kerupuk adalah bahan-bahan berpati, misalnya tepung tapioka,
tepung sagu, tepung terigu atau tepung beras dan kadang-kadang nasi
(Koswara, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan baku sangat berpengaruh pada
produk akhir yang dihasilkan. Penggunaan bahan baku yang berkualitas akan
menghasilkan produk yang berkualitas pula. Sehingga apabila produk karak yang
dihasilkan berkualitas akan menambah kepuasan konsumen.

b.

Pencampuran bahan
Faktor terpenting dalam pembuatan adonan adalah homogenitas adonan,
karena sifat ini akan mempengaruhi keseragaman produk akhir yang dihasilkan.
Pembuatan adonan kerupuk ada dua jenis proses yaitu proses panas dan proses
dingin. Proses panas pada pembuatan adonan kerupuk yaitu pemasakan terlebih
dahulu bahan tambahan kemudian dicampur dengan bahan utama. Proses dingin
pada pembuatan adonan kerupuk yaitu mencampurkan semua bahan dan diaduk
sampai

homogen

tanpa

melalui

pemasakan

pendahuluan

(Wiriano, 1984 dalan Nurhayati, 2007).


Apabila proses pencampuran bahan dilakukan tidak benar maka akan
dihasilkan rasa karak yang berbeda-beda pada tiap-tiap karak.Rasa yang berbeda
menyebabkan keseluruhan hasil produk akhir memiliki rasa yang tidak seragam.
Pada bagian karak tertentu bahan lebih terasa, dibagian karak lain terdapat rasa
karak yang hambar.
c.

Penipisan
Pada proses penipisan ukuran dilakukan dengan menggunakan mesin penipis.
Apabila ukuran mesin penipis tidak diukur dengan baik maka akan diperoleh
ketebalan pada karak yang tidak sama. Sehingga setelah dilakukan penggorengan
dihasilkan karak yang kurang renyah.

d.

Pemotongan

Pada proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan alatpotong manual


yaitu pisau tajam yang digunakan untuk mengiris adonan menjadi bagian-bagian
tipis karak. Hal ini membutuhkan ketelitian pekerja agar menghasilkan ketebalan
karak yang seragam.Jika pemotongan bagian karak tidak dilakukan dengan baik
maka akan diperoleh karak dengan ukuran panjang dan lebar yang tidak seragam.
Setelah dilakukan penggorengan diperoleh karak yang pendek dan panjang tidak
sesuai dengan ukuran karak ang telah ditetapkan.
e.

Pengeringan
Pengeringan

adalah

suatu

metode

untuk

mengeluarkan

atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai batas mikroba tidak dapat tumbuh. Tujuan proses
pengeringan ini adalah untuk menurunkan kadar air sampai batas tertentu, sehingga
mampu memperbaiki kerenyahan dan pengembangan produk. Pengeringan ini
bisa dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau alat pengering (Winarno
1992 dalam Suryani, 2007).
Pada proses pengeringan masih menggunakan pengeringan alami yaitu dengan
menggunakan sinar matahari langsung. Apabila pengeringan dilakukan terlalu
singkat maka karak yang dihasilkan tidak benar-benar kering. Sehingga pada proses
penggorengan tidak dihasilkan karak yang renyah. Apabila pengeringan terlalu lama
maka pada karak terjadi kontaminasi yaitu debu, pasir, dan lain-lain.
Pengeringan kerupuk bertujuan juga untuk pengawetan, pengurangan ongkos
transportasi dan mempertahankan mutu. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan
penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan Cabinet dryer yang biasa
dilakukan untuk skala laboratorium. Keuntungan pengeringan dengan Cabinet dryer
yaitu suhu dan waktu pemanasan dapat diatur. Pengeringan dengan menggunakan
panas matahari selain biayanya murah, juga mempunyai daya tamping yang besar.
Tetapi cara ini sangat tergantung pada cuaca dan pengeringan tidak dapatdiatur
(Koswara, 2009).
f.

Penggorengan
Pengembangan kerupuk merupakan proses ekspansi tiba-tiba dari uap air
dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang volumenya mengembang
dan porus. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan gelatinisasi pati
adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan dikeringkan. Pada

proses penggorengan akan terjadi penguapan air yang terikat dalam gel pati akibat
peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap yang mendesak gel pati sehingga
terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk rongga-rongga udara pada kerupuk
yang telah digoreng (Koswara, 2009).
Proses penggorengan dipengaruhi oleh sistem dan bahan wajan penggoreng,
jenis minyak goreng, dan stabilitas serta struktur bahan yang digoreng. Proses
penggorengan pada karak juga dipengaruhi oleh suhu minyak goreng yang
digunakan. Apabila suhu minyak yang digunakan terlalu tinggi maka kualitas karak
yang dihasilkan tidak sesuai sehingga mengurangi keupasan konsumen.
1.

Solusi untuk perbaikan


Yaitu memperbaiki dan meningkatkan tahapan proses pengolahan. Solusi untuk
beberapa masalah dan langkah-langkah untuk perbaikan tersebut antara lain adalah:
a.

Mempertahankan kualitas dan mutu bahan baku dengan pemilihan bahan baku
yang terbaik.

b.

Proses pengirisan dilakukan harus menggunakan pisau yang tajam agar


diperoleh hasil potongan yang seragam dan konsisten.

c.

Proses penjemuran sebaiknya menggunakan alat pengering yaitu cabinet


dryersehingga suhu dan waktu yang digunakan dalam proses pengeringan dapat
dikontrol dan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi.

d.

Proses penggorengan sebaiknya mengganti minyak minimal 3 kali pemakaian


agar tidak terjadi oksidasi dan karak yang dihasilkan memiliki kualitas dan
mutu yang tetap terjaga.

e.

Menjaga sanitasi tempat produksi dan peralatan yang digunakan agar karak
yang dihasilkan berkualitas.

f.

Melatih ketrampilan pekerja agar menghasilkan karak yang mempunyai kualitas


dan mutu yang sesuai standar.

g.

Menetapkan sistem manajemen yang baik

2. Target Six Sigma dalam 1 Tahun


Six sigma adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan / produsen,
dimana usaha tersebut merupakan usaha yan paling optimal untuk menaikkan
kualitas produk.
Dalam praktikum kali ini jangka waktu yang digunakan untuk menaikkan
kualitas karak yaitu satu tahun. Sedangkan target yang harus dipenuhi dalam satu
tahun tersebut adalah menaikan nilai sigma dari 3,5 ke nilai sigma 4,0. Untuk

menaikkan level six sigma diperlukan usaha-usaha yang mendukung peningkatan


kualitas karak. Usaha-usaha yang dilakukan di antaranya:
1. Mengecek kualitas bahan baku mulai dari penerimaan bahan baku sampai proses
pengolahan bahan baku.
2. Penggunaan bahan baku yang stabil, sehingga kualitas karak tidak berubah-ubah.
3. Mengecek kualitas bahan tambahan mulai dari penerimaan bahan baku sampai
proses pencampuran bahan tambahan dengan bahan baku.
4. Penggunaan bahan tambahan yang stabil.
5. Pemimpin harus memantau secara langsung proses produksi.
6. Proses pemotongan dilakukan dengan mesin, sehingga ukuran karak dapat di
setting dan produk yang dihasilkan stabil.
7. Proses penjemuran sebaiknya menggunakan alat pengering yaitu cabinet dryer
sehingga suhu dan waktu yang digunakan dalam proses pengeringan dapat
dikontrol dan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi.
8. Penggunaan minyak goreng dengan minimal 3 kali pemakaian.
9. Melakukan sistem manajemen yang baik
10. Melakukan pelatihan terhadap pekerja.
Tahap kelima: Optimasi
Tujuan: mengidentifikasi langkah-langkah yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja
proses dan menurunkan sumber variasi
Langkah kelima: Improve
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan karak adalah:
1. Baskom: berfungsi untuk mencampur semua bahan agar bercampur menjadi satu
2. Panci besar: berfungsi untuk merebus dan memasak beras dan adonan karak
3. Mesin roll: berfungsi untuk menipiskan adonan karak agar diperoleh ketebalan
tertentu.
4. Wadah besar : sebagai tempat untuk mengenyalkan adonan karak sehingga karak bisa
dipotong-potong.
5. Pisau: berfungsi untuk memotong karak sesuai dengan ukuran
6. Tampah besar: berfungsi untuk meletakkan karak yang akan dikeringkan dan dijemur
di bawah sinar matahari
7. Wajan: berfungsi untuk menggoreng karak yang telah dikeringkan.
8. Kompor : sebagai bahan panas untuk memasak.
Langkah keenam: Control

Pemimpin dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan


operasional pabrik dan perusahaan tersebut. Pemimpin harus melakukan pengecekan
terdapat setiap proses-proses yang dilakukan atau ikut dalam kegiatan produksi, sehingga
dapat meningkatkan kualitas produksi. Pemimpin harus melakukan pengecekana mulai
dari penerimaan bahan baku maupun bahan tambahan sampai ada timbal balik dari
konsumen. Dengan meningkatnya kualitas karak yang dihasilkan, maka kepuasaan
konsumen akan meningkat pula serta permintaan juga akan meningkat.
Melakukan control terdapat 3 hal yang harus dilakukan yaitu melakukan validasi
terhadap sistem pengukuran, menentukan kapabilitas proses yang dicapai, dan
menerapkan rencana pengendalian. Dalam melakukan validasi terhadap sistem
pengukuran maka hal-hal yang perlu dilakukan yatu dengan mengecek ukuran bahanbahan tambahan yang digunakan selama proses pembuatan karak. Melakukan kontrol
terhadap ukuran dan ketebalan dari karak yang dihasilkan yaitu sekitar 8x4 cm.
Melakukan kontrol terhadap pengeringan, yaitu karak yang sudah benar-benar kering
yang dapat dilanjutkan dalam proses selanjutnya. Setelah melakukan pengecekan, hal
yang perlu dilakukan adalah menentukan kapabilitas proses yang akan dicapai. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan nilai sigma sehingga produk karak yang dihasilkan
kualtasnya akan meningkat. Target yang ingin dicapai ukm karak adalah 4,0. Setelah
menentukan target yang ingin dicapai, langkah selanjutnya yaitu menerapkan rencana
pengendalian. Hal ini dilakukan dengan pengecekan dan peningkatan kualitas dari
penerimaan bahan baku maupun bahan tambahan sampai produk karak yang dihasilkan.
Sehingga faktor-faktor yang menyebabkan karak mengalami kerusakan dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan.
Langkah ketujuh: Standardize
Untuk meningkatkan nilai sigma pada ukm karak, guna meningkatkan kualitas
produk karak yang dihasilkan maka perlu melakukan standarisasi. Standarisasi ini
dilakukan mulai dari penerimaan bahan sampai proses distribusi. Proses standarisasi
pertama yang perlu dilakukan yaitu dengan pemilihan bahan baku yang berkualitas baik,
tidak mengalami kerusakan serta aman bagi konsumen. Kemudian pemilihan bahan
tambahan juga harus dilakukan, yaitu dengan bahan tambahan yang berkualitas baik,
aman dan sesuai dengan takaran. Sehingga dari adonan sendiri kualtias karak yang
dihasilkan akan meningkat.
Standarisasi juga dilakukan pada peralatan yang digunakan. Peralatan yang
digunakan harus dijaga kebersihannya, sehingga tidak menimbulkan maslaha pada

produk karak. Standarisasi peralatan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan perlatan
dengan mencucinya setelah selessai penggunaan, menempatkan peralatan tersebut di
tempat yang aman setelah penggunaannya. Kemudian jika perlatan sudah tidak layak
untuk digunakan, peralatan tersebut sebaiknya diganti dengan peralatan yang baru.
Standarisasi juga perlu dilakukan pada tahap proses produksi karak. Proses harus
dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar sehingga dihasilkan karak yang memiliki
kualitas tinggi, sehingga perusaah tidak mengeluarkan biaya yang ridak perlu
dikeluarkan karena produk karak mengalami kecacatan.
Langkah kedelapan : Integrate
Dalam upaya meningkatkan produksi agar lebih optimal dapat dilakukan dengan
PDCA (Plan, Do, Check, Act). Hal pertama yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang
pertama adalah berencana. Perusahaan harus merencanakan segala apa yang akan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kedua perusahaan melaksanakan
rencana tersebut yang telah dibuat sebelumnya. Ketiga perusahaan memeriksa semua
hasil penilaian konsumen tentang produk yang telah dihasilkan. Pemeriksaan tersebut
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan produk sebelumnya agar lebih
baik dan dapat diterima oleh konsumen.
Untuk menghasilkan proses kerja yang berkualitas, diperlukan metode yang
tepat sebagai strategi manajemen untuk melaksanakan proses yang berkualitas. Salah
satu strategi manajemen untuk menghasilkan kualitas dan kinerja yang bermutu adalah
Six Sigma. Six sigma digunakan untuk menghilangkan cacat pada produk dan proses
produksi. Six sigma digunakan karena menghasilkan kualitas yang terbaik dengan
tingkat kegagalan sekecil mungkin. Untuk dapat melakukan penerapan Six Sigma secara
praktis dan tepat, digunakan pendekatan six sigma dengan menggunakan model DMAIC
(Define - mendefinisikan, Measure - mengukur, Analyze - menganalisa, Improve memperbaiki, Control - mengendalikan ).
Siklus DMAIC adalah proses tahapan untuk meningkatkan mutu/kualitas
produk/output secara terus menerus menuju target yang ingin dicapai. Proses ini
dilakukan secara sistematis berdasarkan pengetahuan dan fakta (data) yang dimiliki.
Terdapat 5 tahapan/siklus dalam DMAIC, yaitu :
1. Define (D)
Define merupakan langkah pertama dalam pendekatan Six Sigma. Di dalamnya
berisi tentang identifikasikan masalah penting dalam proses yang sedang
berlangsung. Dalam tahap Define dilakukan identifikasi proyek yang potensial,

mendefinisikan peran orang-orang yang terlibat dalam proyek Six Siqma,


mengidentifikasi karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang berhubungan langsung
dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan dan menentukan tujuan.
2. Measure (M)
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma, terdapat beberapa hal pokok yang harus dilakukan yaitu:
a. Melakukan dan mengembangkan rencana pengumpulan data yang dapat
dilakukan pada tingkat proses, dan/atau output.
b. Mengukur kinerja sekarang (current performance) untuk ditetapkan sebagai
baseline kinerja pada awal proyek Six Sigma.
3. Analyze (A)
Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas
Six Sigma. Langkah ini mulai masuk kedalam hal-hal detail, meningkatkan
pemahaman terhadap proses dan masalah, serta mengidentifikasi akar masalah.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui seberapa baik proses yang
berlangsung dan mengidentifikasi akar permasalahan yang mungkin menjadi
penyebab timbulnya variasi dalam proses. Untuk mengetahui seberapa baik proses
berlangsung, maka perlu adanya suatu nilai atau indeks yaitu Indeks Kemampuan
Proses (Process Capability Index). Sebenarnya target dari program Six Sigma adalah
membawa proses industri pada kondisi yang memiliki stabilitas (stability) dan
kemampuan (capability), sehingga mencapai tingkat kegagalan nol (zero defect
oriented).
4. Improve ( I )
Setelah

sumber-sumber

dan

akar

penyebab

permasalahan

kualitas

teridentifikasi, maka perlu dilakukan penentapan rencana tindakan (action plan)


untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Siqma, yaitu mendiskripsikan tentang
alokasi sumber-sumber daya serta prioritas dan atau alternatif yang dilakukan dalam
implementasi dari rencana itu.
5. Control ( C )
Merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan kualitas Six
Sigma. Sebagai bagian dari pendekatan Six Sigma, perlu adanya pengawasan untuk
meyakinkan bahwa hasil-hasil yang diinginkan sedang dalam proses pencapaian.
Pada

tahap

ini

prosedur-prosedur

serta

hasil-hasil

peningkatan

kualitas

didokumentasikan untuk dijadikan pedoman kerja standart guna mencegah masalah

yang sama atau praktek-praktek lama terulang kembali, kemudian kepemilikan atau
tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada penanggung jawab proses, dan
ini berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan kunjungan di UKM karak Bapak
Haryatmo Ini adalah sebagai berikut:
1. Six sigma adalah suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas
dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas.
2. Unit transaksi yang dikerjakan melalui proses adalah 850 buah.
3. Banyak unit transaksi yang OK adalah 578 buah.
4. Banyaknya CTQ potensial yang dapat mengakibatkan kecacatan yaitu 14(Bahan baku
yang digunakan, bentuk karak yang tidak seragam, ukuran karak yang tidak seragam,
pencampuran bahan-bahan yang kurang merata, pengeringan yang kurang maksimal,
tempat pengeringan berada di bawah sehingga pengeringan tidak maksimal,
penggorengan yang terlalu cepat atau terlalu lama, minyak yang digunakan dalam
penggorengan tidak diganti setelah beberapa kali pemakaian, pekerja yang kurang
terampil, sanitasi peralatan yang kurang diperhatikan, sanitasi tempat yang kurang
diperhatikan, sanitasi pekerja yang kurang diperhatikan, tempat penjemuran yang tidak
bersih sehingga banyak debu yang menempel, dan suhu penjemuran yang tidak
menentu).
5. Tingkat cacat (kesalahan) per karakteristik CTQ adalah 0,022857.
6. Jumlah cacat persejuta kesempatan adalah 22857,143
7. Konversi DPMO ke dalam nilai sigma adalah 3,4-3,5jadi kesimpulannya sebesar 3,5.

Anda mungkin juga menyukai