755 2079 1 PB PDF
755 2079 1 PB PDF
1,2,3
Jurusan Farmasi, Universitas Islam Bandung Jl. Ranggamalela No. 1 Bandung 40116
e-mail: 1egapriani@gmail.com, 2 efit_bien@yahoo.com, 3hanivahumanisya@yahoo.com
Abstrak. Paparan sinar ultraviolet (UV) terhadap kulit dan memicu terjadinya stress
oksidatif akibat pembentukan Reactive oxigen species (ROS). Hal tersebut dapat
menimbulkan terjadinya kerusakan kulit, penuaan dini, dan kanker kulit. Kulit batang
kayu manis (KBKM) diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan tabir surya
sekaligus yang dapat meredam efek radiasi sinar UV. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak KBKM dan memformulasinya dalam bentuk
sediaan. Ekstraksi KBKM dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol
96%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH secara in vitro.
Emulgel dibuat dengan variasi jenis dan konsentrasi gelling agent yaitu HPMC (1
dan 2%) serta karbomer (0,25 dan 0,5%). Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50
ekstrak KBKM adalah 10,398 g/mL 0,075. Formula emulgel mengandung ekstrak
KBKM 1%; emulgator natrium lauril sulfat dan setostearil alkohol (1:9) 7,5%;
gelling agent karbomer 0,25% stabil berdasarkan hasil uji organoleptis, pH,
viskositas, sentrifugasi, freeze thaw, dan stabilitas dipercepat.
Kata kunci: Kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmanni Nees ex. Bl.),
antioksidan, emulgel
1.
Pendahuluan
Sinar ultraviolet (UV) merupakan komponen utama yang dipancarkan oleh sinar
matahari. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat memberikan efek negatif pada kulit.
Sinar UV bersifat oksidatif karena dapat menghasilkan suatu senyawa radikal bebas yang
disebut dengan reactive oxygen species (ROS). Keberadaan ROS yang terakumulasi di
dalam kulit tersebut diyakini sebagai penginduksi terjadinya kerusakan sel, penuaan dini,
dan kanker kulit (Hassan et al, 2013; Balakrishnan dan Narayanaswamy, 2011).
Berbagai upaya dilakukan untuk memberikan perlindungan kulit dari radiasi sinar
UV. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan sediaan tabir
surya. Sediaan tabir surya adalah sediaan yang secara fisik atau kimia dapat melindungi
kulit dari pengaruh sinar UV. Penambahan senyawa antioksidan ke dalam sediaan tabir
surya diketahui dapat lebih memberikan efek perlindungan kulit. Senyawa antioksidan
dapat meredam efek oksidatif dari reactive oxygen species (ROS) yang muncul akibat
radiasi sinar UV (Hassan et al, 2013; Hanson et al, 2011).
Kayu manis (Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.) merupakan salah satu tanaman
obat yang banyak dibudidayakan di Indonesia yang memiliki banyak khasiat bagi
kesehatan. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh kulit batang kayu manis adalah
memiliki aktivitas tabir surya dan antioksidan sekaligus (Shekar et al, 2012). Hal tersebut
menjadikan kulit batang kayu manis potensial untuk dijadikan bahan aktif pada sediaan
tabir surya. Kandungan kimia dalam kulit batang kayu manis diantaranya sinamaldehid,
asam sinamat, kumarin, tanin, dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut diketahui
103
2.
Metode
2.1
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis (Metode DPPH)
Uji
aktivitas
antioksidan
dilakukan
dengan
metode
DPPH
(diphenylpicrylhydrazyl). Metode dilakukan dengan membuat larutan uji ekstrak kulit
batang kayu manis dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 10 ppm, dan 20 ppm yang
dilarutkan dalam pelarut etanol. Setiap konsentrasi larutan uji diambil sebanyak 1,5 ml
dan ditambahkan dengan larutan DPPH (60 ppm) sebanyak 1,5 ml, kemudian
dihomogenkan. Campuran larutan ini kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 518 nm. Sebagai kontrol digunakan 1,5 ml etanol 95% dan 1,5 ml larutan
DPPH. Kemudian dihitung % inhibisinya dengan rumus:
% inhibisi =
100% . (1)
Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara konsentrasi dan persen inhibisi untuk
menentukan nilai IC50 (Inhibitory Concentration 50%). Sebagai pembanding untuk
pengujian aktivitas antioksidan digunakan vitamin C.
2.3
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan
| 105
Tabel 1
Selanjutnya dibuat sediaan emulgel yang mengandung ekstrak kulit batang kayu
manis dengan menggunakan formulasi basis terbaik. Konsentrasi kulit batang kayu manis
ditentukan berdasarkan hasil uji aktivitas ekstrak. Basis krim dibuat dengan cara
memanaskan masing-masing fase minyak (Setostearil alkohol dalam minyak zaitun) dan
fase air (natrium lauril sulfat dalam aquadest) di atas penangas air sampai suhu 60-70C.
Selanjutnya dicampur dan diaduk menggunakan ultra turrax dengan kecepatan 15.000
rpm selama 15 menit. Campuran lalu ditambahkan ekstrak kulit batang kayu manis,
tokoferol sebagai antioksidan serta metil paraben dan propil paraben sebagai bahan
pengawet yang telah dilarutkan dalam propilenglikol yang berfungsi sebagai humektan,
kemudian diaduk kembali menggunakan alat pengaduk stirer dengan kecepatan 15.000
rpm selama 5 menit sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan gelling agent yaitu
HPMC atau Karbomer yang telah dikembangkan dengan aquadest dan diaduk dengan
menggunakan stirer hingga homogen.
2.4
Evaluasi Sediaan Emulgel
2.4.1 Pengamatan organoleptis
Dilakukan pengamatan terhadap warna, bau, pertumbuhan jamur untuk sediaan
emulgel. Pengamatan dilakukan pada hari hari ke 1, 7, 14, 21, dan 28 pada sediaan pada
suhu kamar
2.4.2 Uji Freeze Thaw
Metode freeze thaw dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu 4 oC selama
48 jam kemudian dipindahkan ke suhu 40 oC selama 48 jam (1 siklus). Setelah itu
dilanjutkan sampai lima siklus. Setiap satu siklus selesai, dilihat ada tidaknya pemisahan
fase.
2.4.3 Uji Sentrifugasi
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuga kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 3750 rpm selama 5 jam. Setiap interval waktu 1 jam diamati ada tidaknya
pemisahan fase.
3.
Simplisia kulit batang kayu manis diekstraksi dengan metode ekstraksi maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Dari 300 gram simplisia yang digunakan diperoleh
50,08 gram ekstrak kental, dengan rendemen ekstrak sebesar 16,7%. Ekstrak yang
diperoleh selanjutnya diuji aktivitas antioksidan dan ditentukan nilai faktor pelindung
suryanya.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH, Metode ini
dipilih karena sederhana, mudah, cepat, peka, dan hanya memerlukan sedikit sampel
sehingga metode ini merupakan metode uji yang sering digunakan untuk menentukan
aktivitas antioksidan dari suatu ekstrak. Besarnya proses peredaman radikal bebas DPPH
ditentukan melalui perhitungan persen inhibisi, yang selanjutnya dibuat kurva hubungan
antara konsentrasi sampel dengan % inhibisi untuk menentukan nilai IC 50. (Molyneux,
2004; Sumiwi, 2011)
Dari hasil pengujian. ekstrak kulit batang kayu manis mempunyai nilai IC 50
sebesar 10,398 g/mL 0,075. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
ekstrak kulit batang kayu manis memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena
memiliki nilai IC50 dibawah 50 g/mL (Molyneux, 2004). Senyawa yang berperan
sebagai antioksidan adalah golongan senyawa fenol seperti polifenol, flavonoid, dan
tanin.
Tabel 2
Pada penelitian ini ekstrak kulit batang kayu manis akan dibuat menjadi sediaan
emulgel. Emulgel merupakan salah satu bentuk sediaan kulit yang merupakan gabungan
dari sediaan emulsi dan gel. Sediaan emulgel disebut juga sebagai sediaan emulsi yang
viskositas fase airnya ditingkatkan melalui penambahan gelling agent. Kelebihan dari
sediaan emulgel ini adalah nyaman digunakan dan mampu melekat pada waktu yang
relatif lama pada kulit sehingga dapat mendukung penggunaannya sebagai sediaan tabir
surya. Optimasi basis emulgel dilakukan dengan membuat beberapa formula dengan
variasi jenis dan konsentrasi gelling agent.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan
| 107
Tabel 3
Keterangan:
*Berbeda bermakna secara statistik dengan F3 (p 0,05)
Tabel 5
Terhadap sediaan emulgel dilakukan evaluasi untuk melihat karakteristik fisik dan
stabilitasnya. Hasil uji organoleptis, sentrifugasi dan freeze thaw menunjukkan sediaan
dan tidak terjadi pemisahan. Sediaan berwarna krem kecoklatan dengan bau khas kayu
manis.
Evaluasi pH dilakukan untuk mengetahui kestabilan pH pada suhu kamar dan
suhu 40C pada sediaan emulgel F3. Hasil yang diperoleh selama 28 hari, pH sediaan
emulgel F3 yang berada pada suhu kamar adalah 5,259 0,053 dan pada suhu 40C
adalah 5,202 0,020. pH tersebut sesuai dengan pH kulit wajah yang relatif asam yaitu
4,0-5,5.
Evaluasi viskositas dilakukan untuk mengetahui konsistensi emulgel dan
kestabilan sediaan terhadap penyimpanan pada suhu kamar dan suhu 40C. Viskositas
sediaan relatif stabil pada 28 hari penyimpanan dan tidak terjadi pemisahan fasa emulgel.
| 109
Untuk melihat signifikansi perbedaan nilai pH dan viskositas pada awal dan akhir
masa penyimpanan maka dilakukan uji statistik t-berpasangan. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dari nilai pH dan viskositas
dihari ke-0 dan hari ke 28 baik untuk sediaan yang disimpan pada suhu kamar ataupun
suhu 40C. Hasil uji statitistik tersebut menunjukkan bahwa sediaan stabil selama
penyimpanan. Berdasarkan hasil sentrifuga, freeze thaw, pH dan viskositas dapat
dikatakan bahwa sediaan memiliki stabilitas fisik yang baik.
4.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan