Sectio Caesarea
Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Pembedahan caesarea profesional yang pertama dilakukan di
amerika serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio caesarea jarang dikerjakan dan
biasanya fatal. Di london dan Edinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan caesarea
terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan
caesarea di amerika serikat. Angka mortalitasnya 52 persen yangterutama disebabkan oleh
infeksi dan pendarahan.
Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi sectio
membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut
untuk sectio abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan
neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa
terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea
akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya.
Angka sectio caesarea terus meningkat dari insedensi 3 sampai 4 persen 15 tahun
yang lampau sampai insendensi 10 hingga 15 persen sekarang ini. Angka terahkir mungkin
bisa diterima dan benar. Bukan saja pembedahan menjadi lebih aman bagi ibu, tetapi juga
jumlah bayi yang cedra akibat partus lama dan pembedahan traumtik vagina menjadi
berkurang. Disamping itu, perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan
intelektual pada bayi telah memperluas indikasi sectio caesarea.
Panggul sempit dan dystocia mekanis
Disproporsi fetopelvik : Disporposi fetopelvik mencakup panggul sempit ( contracted
pelvis ), petus yang tumbuhnya terlampau besar, atau adanya ketidakseimbangan relatif
antara ukuran bayi dan pelvis. Yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk
pelvis, persentasi vetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul, kemampuan
berdilatasi pada serviks, dan keefektifan kontraksi uterus.
dibanding pada persentasi kepala, tetapi juga terbukti adanya pengaruh jangka panjang
sekalipun kelahiran tersebut tanpa abnormalitas. Ada perkiraan bahwa persalinan kaki dan
bokong bayi prematur yang viable paling baik dilakukan melalui sectio caesarea.
Disfungsi
uterus
disfungsi
uterus
mencakup
kerja
uterus
yang
tidak
terkoordinasikan, inrtia, cincin kontriksi dan ketidak mampuan dilatasi serviks. Partus
menjhadi lama dan kemajuannya mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering disertai
disproporsi dan malpresentasi.
Distosia jaringan lunak : distosia jaringan lunak ( soft tissue dystocia ) dapoat
menghalangi atau mempersulit kelahiran yang normal. Ini mencakup keaadan seperti cicatrix
pada saluran genetalia, kekakuan serviks akibat cedra atau pembedahan, dan atresia atau
stenosis vagina. Kelahiran vaginal yang dipaksa akan mengakibatkan laserasi yang luas dan
pendarahan.
Neoplasma : neoplasma yang menyumbat pelvis menyebabkan persalinan normal
tidak terlaksana. Kanker invasif serviksyang didiagnosa pada trismeter ke 3 kehamilan dapat
diatasi dengan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan terapi radiasi, pembedahan radikal
ataupun keduanya.
Persalinan yang tidak dapat maju : dalam kelompok ini termasuk keadaan keadaan
seperti disporposi cephalopelviks, kontraksi uterus yang tidak efektif, pelvis yang jelek, bayi
yang besar dan defleksi kepala bayi. Sering diagnosis tepat tidak dapat dibuat dan pada setiap
kasus merupakan diagnosis akademik. Keputusan kearah sectio caesarea dibuat berdasarkan
kegagalan persalinan untuk mencapai dilatasi serviks dan atau turunnya fertus, tanpa
menpertimbangkan etiologinya ( ilmu kebidanan patoilogi dan fisiologi persalinan : hal 634 )
Pembedahan sebelumnya pada uterus
Sectio caesaera : pada sebagian negara ada kebiasaan yang dipratekkan akhir akhir
ini, yaitu setelah prosedur pembedahan caesaera dikerjakan,maka semua kehamilan yang
mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama. Bahaya ruptura lewat tempat insisi
sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi,pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan
trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau upaya ini berhasil, baik
morbiditas maternal maupun lamanya rawat tinggal akan berkurang.
Histerotomi: kehamilan dalam uterus akan disertai bahaya ruptura uteri bila
kehamilan sebelumnya diakhiri dengan histerotomi. Resikonya sama seperti resiko sectio
caersaria klasik. Histerotomi kalau mungkin harus dihindari dengan pertimbangan bahwa
kehamilan berikutnya akan mengharuskan sectio caesaria.
Miomektomi ekstensif: miomektomi ekstensif (ekstensiv myomectomy) dimasa
lampau menjadi indikasi sectio caesera hanya kalau operasinya luas (ekstensif),
miometriumnya rusak dan insisinya meluas sampai rongga endometrium. Pembedahan
sebelumnya untuk mengeluarkan fibromyoma suberosa atau fibromyoma dengan
tangkai(pedunculated fibromyoma) tidak mengharuskan dilakukanya sectio caesaera pada
persalina kemudian.
Jahitan luka: pada sebagian kasus dengan jahitan cervical atau perbaikkan ostium
cervicis yang inkompeten dikerjakan sectio caesera.
TIRAL OF LABOR SETELAH SEBELUMNYA PERNAH DILAKUKAN SECTIO
CAESERA
Prasyarat
1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian servikal bawah uterus(low
cervical transverse uterine incision).
2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disproporsi.
3. Harapan akan kelahiran dan persalinan yang mudah.
Kontraindikasi
1. Bekas insisi vertikal tipe apapun.
2. Insisi yang tipenya tidak ketahui.
3. Pernah sectio caesaera lebih dari satu kali.
4. Saran untk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang melaksanakan
pembedahan pertama.
5. Panggul sempit.
6. Presentasi abnormal, seperti presentasi dahi,bokong,atau letak lintang.
7. Indikasi medis untuk segera mengakhiri kehamilan termasuk diabetes,toxsemia
gravidarum dan placenta previa.
Pedoman penatalaksanaan trial of labor
1. Harus ada staf dokter.
2. Darah harus tersedia dan sudah dilakukan cross-matching.
3. Ada monitoring fetal dan maternal baik secara eletronik maupun personal.
4. Trial of labor dilakukan terus sampai terjadi kelahiran pervagina atau dikerjakan
sectio caesaera.
5. Indikasi utama sectio caesaera adalah macetnya kemajuan persalinan,gawat janin dan
adanya kecurigaan ruptura cicatrix dalam uterus.
6. Oxytocin dapat digunakan untuk membantu persalinan pada kasus-kasus yang
terpilih.
7. Eksplorasi manual jaringan cicatrix dalam uterus harus dilakukan setelah kelahiran
selesai.
PENDARAHAN
Pendarahan: section caesaera untuk planseta peria centralis dan lateralis telah
menurunkan mortalitas fetal dan maternal. Keputusan ahkir diambil melalui pemeriksaan
vagina dalam kamar operasi dengan menggunakan double setup. Darah sudah tersedia dan
sudah dicocokan (crososs-matching). Team dokter bedah harus dudah siap tersedia. Jika pada
pemeriksaan vagina ditemukan plesenta previa sentralis atau partialis, seksio caesarea segera
dikerjakan. Abtruptio plasentae: abtruptio plasentae yang terjadi sebelu atau selama
persalinan awal dapat diatasi dengan pemecahan ketuban dan pemberian tetesan oxitocin kalu
perdarahannya hebat, serviks mengeras dan menutup atau kalau ada kecurigaan apoplexia
uteroplasental, maka diperlukan seksio saesaria untuk menyelamatkan bayi, mengendalikan
perdarahan, mencegah afibrinogenemia dan untuk mengamati keadaan uterus serta
kemampuannya berkontraksi dan mengendalikan perdarahan pada sebagian kasus diperlukan
tindakan histerektomi.
TOXEMIA GRAVIDARUM
Keadan-keadaan ini harus diperhatikan:
7. Decoumpensatio cordis
8. Toxemia gravidarum
9. Pruktura jaringan cicatrik uterus
10. Sebab-sebab lain yang tidak ada hubungannya dengan oprasi, misalnya kanker
PENCEGAHAN INFEKSI
Meskipun pengalaman kami belum memastikan kesan ini, namun beberapa laporan
mengutarakan bahwa insedensi infeksi dapat dikurangi dengan penggunaan anti biotik
sebagai tindakan profilaktif. Salah satu cara pemberiannya adalah sebagai berikut :
1. Dosis initial 2 g cephalothin diberikan dalam bentuk cairan infus selama 15 menit
;pemberian infus intra vena ini dilakukan 15 30 menit sebelum sectio caesaria .
2. Pemberian takaran ini dilanjutkan dengan takaran 1 g intravena setiap 6 jam
selama 36 jam.
3. Kemudian pasien diberi keflex per oral, 500 mg setiap 6 jam sampai hari pasca
bedah ke 5
Kekawatiran bahwa sanya pemakaian antibiotika secara sembarangan untuk profilaktif
dapat membahayakan jiwa janin dan ibunya telah menimbulkan saran agar penggunaan
antibiotik profilaktif ini dibatasi pada pasien pasien yang menghadapi resiko tinggi
untuk morbilitas pasca bedah.