(Fix) MKM Model Transportasi Apple Group
(Fix) MKM Model Transportasi Apple Group
KELOMPOK : II
DEDIN N
FAJAR FIRMAN
LINDA O
MAULIA EKA R
PASEK
RUDI
SARIFAH
(P056132692.49)
(P056132732.49)
(P056132822.49)
(P056132852.49)
(P056132792.49)
(P056132902.49)
(P056132932.49)
Dosen :
Dr. Muhammad Firdaus, SP, MSi
BAB
Company Profile
V isi
Memperoleh
manfaat
finansial
lestari
dan
kajian konservasi biodiversitas dan pengembangan hasil hutan kayu dan nir kayu melalui pengelolaan
hutan produksi secara lestari sesuai prinsip Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) serta
tercapainya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan dengan menerapan pengembangan ilmu-ilmu
kehutanan.
M isi
Misi yang ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut melalui:
Penyelenggaraan pemanfaatan hutan sesuai dengan Surat Keputusan IUPHHK yang diberikan kepada
PT.SSS seluas 47.605 Ha di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat dengan
menekankan pada tercapainya prinsip dasar Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan memenuhi
semua ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan hutan lestari guna memperoleh sertifikat PHPL
mandatory dan/atau voluntary melalui penerapan sistem silvikultur TPTI. Prinsip dasar sesuai PHPL
di samping telah mencakup konservasi biodiversiti juga memanfaatkan hasil hutan lainnya termasuk di
dalam jasa lingkungan dan ekowisata yang diintegrasikan dengan program pemulihan ekosistem yang
mempertimbangkan keseimbangan unsur-unsur penyusunan rantai makanan yang ada di dalam
ekosistem dan kemampuan untuk menampung serta mendistribusikan energi yang diterima di kawasan
tersebut.
Page | 1
BAB
Permasalahan
Page | 2
Penebangan pohon dilakukan per petak dan rencana blok tebangan pada tahun 2014, sebagai
berikut :
Produksi(m3)
6,867.45
7,362.11
5,331.40
5,374.85
6,824.28
4,923.94
5,556.96
7,277.04
3,544.91
5,539.83
5,790.43
5,109.24
2,788.75
Page | 3
Penyelesaian Permasalahan
BAB
Penyelesaian permasalahan yang terjadi pada rencana blok tebangan dan jaringan
tahun 2014 kasus model transportasi pada PT.SSS salah satunya dengan membangun
TPK baru.
Masalah yang dihadapi oleh perusahaan dapat diselesaikan dengan menggunakan
riset operasi. Riset operasi adalah riset dengan penerapan metode ilmiah melalui suatu
tim secara terpadu untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan
operasi suatu sistem organisasi agar diperoleh pemecahan yang optimum (Supranto,
1988). Teknik riset operasi terdiri dari 5 (lima) tahap utama, yaitu sebagai berikut
(Nasendi dan Anwar, 1985) :
1. Identifikasi persoalan
2. Penyusunan Model
3. Analisis Model
4. Pengesahan Model
5. Implementasi hasil
1. Identifikasi Masalah
Page | 4
Produksi (m3)
6,867.45
7,362.11
5,331.40
5,374.85
6,824.28
4,923.94
5,556.96
7,277.04
3,544.91
5,539.83
5,790.43
5,109.24
2,788.75
Keterangan :
-
Setiap blok terdiri dari beberapa petak dan hanya bisa dilalui oleh kendaraan logging
truck
Kecuali untuk petak 327, medan lokasi penebangan sangat terjal hanya ada jalan cabang
dan harus melalui petak 355 untuk menuju jalan utama
Page | 5
Cij adalah jarak pengangkutan kayu Xij (pada rute angkutan tertentu
dengan
Keadaan dimana jumlah yang tersedia untuk pengangkutan pada titik asal (titik
Supply) adalah sama dengan jumlah yang akan dikirim dan yang diterima oleh
titik tujuan (titik Demand) .
Keadaan dimana jumlah yang tersedia untuk pengangkutan pada titik asal (titik
Supply) adalah lebih besar daripada
Keadaan dimana jumlah yang tersedia untuk pengangkutan pada titik asal (titik
Supply) adalah lebih kecil daripada jumlah yang akan dikirim dan yang diterima
oleh titik tujuan (titik Demand) .
Untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut,
maka jumlah titik asal (titik Supply) harus sama dengan titik tujuan (titik Demand).
Keadaan dimana jumlah titik asal (titik Supply) tidak sama dengan titik tujuan (titik
Demand), seperti permasalahan pada no.2 dan 3, maka akan didapatkan model khusus
dari program transportasi, yaitu dengan penambahan variabel dummy/fiktif yang
bertujuan untuk menyamakan jumlah titik asal (titik Supply) dengan titik tujuan (titik
Demand). Tetapi, pada kenyataanya, variabel dummy tersebut tidak benar-benar terjadi,
artinya kegiatan perusahaan itu hanya terjadi dalam bayangan saja/fiktif.
Untuk penyelesaian permasalahan no. 2, maka variabel dummy yang akan
muncul adalah dummy Demand. Sedangkan, untuk penyelesaian permasalah no. 3,
maka variabel dummy yang akan muncul adalah dummy Supply. Pada permasalahan
yang dihadapi oleh PT. SSS.
Page | 6
2. Penyusunan Model
Secara umum masalah transportasi dispesifikasi melalui informasi berikut :
1. Adanya suatu komoditi kayu sebesar potensi di lapangan
2. Adanya kelompok pusat pemasok ( + batas (atas ) suplai ) sumber (disini adalah
jumlah kayu yang dapat diambil dari lapangan)
3. Adanya kelompok pusat penerima ( + batas (bawah ) permintaan ) tujuan (dalam
kasus ini adalah hanya sampai ke Tempat Pengumpulan Kayu Sementara/TPk
Sementara)
4. Adanya jalur penghubung : sumber-tujuan ( + ongkos satuannya )
5. Adanya fungsi yang diminimalkan : ongkos angkut total
Hubungan dalam terminologi antara contoh dengan masalah umum, disajikan dalam tabel
berikut
Tabel.3. Hubungan contoh dan masalah transportasi secara umum
CONTOH
MASALAH UMUM
m sumber
Biaya
kirim
perangkutan
Supply
c11
c12
c1n
s1
c21
c22
c2n
s2
cm1
cm2
cmn
sm
d1
d2
dn
Sumber
Demand
si
dj
Misalkan xij = jumlah satuan barang yang dikirim dari sumber i ke tujuan j, maka rumusan
masalah transportasi secara umum adalah
Meminimalkan f cij x ij
dengan syarat
(fungsi tujuan)
ij
si
( i = 1, 2, , m )
(kendala suplai)
ij
dj
( j = 1, 2, , n )
(kendala permintaan)
j1
m
i 1
xij 0 ( i = 1, 2, , m; j = 1, 2, , n )
Page | 8
2. Apabila si
> dj, maka kita memiliki masalah transportasi yang tidak seimbang
tetapi fisibel
3. Apabila si < dj, maka kita memiliki masalah transportasi yang tidak setimbang dan
tidak fisibel
Tiga metode untuk menentukan penyelesaian basis awal yang fisibel bagi masalah
transportasi setimbang akan di bahas pada bagian selanjutnya, oleh karena itu masalah
transportasi yang tidak setimbang perlu disetimbangkan terlebih dahulu. Untuk keadaan (2) di
atas, masalah transportasinya dapat disetimbangkan dengan menambahkan dengan tujuan
dummy (buatan) dan permintaan semu. Sedangkan untuk keadaan (3), kadangkala perlu juga
tidak memenuhi beberapa permintaan, namun ada sangsi yang berkaitan dengannya, masalah
transportasinya disetimbangkan dengan menambahkan dengan sumber dummy (buatan) dan
suplai semu.
Masalah transportasi yang setimbang dapat kita rumuskan sebagai berikut
Meminimalkan f cij x ij
i
dengan syarat
x
j1
m
ij
x
i 1
ij
(fungsi tujuan)
si
( i = 1, 2, , m )
(kendala suplai)
dj
( j = 1, 2, , n )
(kendala permintaan)
xij 0 ( i = 1, 2, , m; j = 1, 2, , n )
Perumusan model transportasi dalam bentuk tabel akan lebih memudahkan kita dalam
memahami variabel-variabel keputusan, fungsi tujuan, serta fungsi kendala, baik kendala
demand maupun kendala supply. Berikut adalah tabel dari identifikasi masalah tranportasi yang
dihadapi oleh perusahaan dari segi demand dan supply produk kayu :
Page | 9
Petak
Demand
Supply
326 - A
6,867.45
6,795.34
327 - B
7,362.11
6,544.18
354 - C
5,331.40
5,230.10
355 - D
5,374.85
4,805.65
356 - E
6,824.28
6,384.79
383 - F
4,923.94
4,594.03
384 - G
5,556.83
3,145.79
385 - H
7,277.04
7,127.86
410 - I
3,544.91
3,088.68
411 - J
5,539.83
4,470.64
412 - K
5,790.43
4,611.49
413 - L
5,109.24
4,282.05
426 - M
2,787.75
2,435.41
Total
72,290.06
63,516.01
Perhitungan jumlah demand dan supply adalah didapat dari data primer yang ada di
lapangan. Demand diperoleh dari jumlah potensi total kayu yang telah disurvey. Disini
jumlahnya adalah totalnya. Karena diketahui bahwa jumlah permintaan kayu selalu lebih
(ekses demand) daripada pasokan kayunya (supply). Sehingga berapapun jumlah kayu yang
ditawarkan pasti akan selalu habis terjual. Sedangkan jumlah penawarannya selalu terbatas dan
pasti lebih kurang dari potensi kayu (demand) yang ada di lapangan. Jumlah maksimal dari
penawaran kayu maksimal adalah sama dengan jumlah permintaannya (demand=supply) dan
tidak pernah melebihi demand. Hal ini dikarenakan pada proses penebangannya (produksi
kayu) terdapat banyak faktor kendalanya seperti medan yang terjal dan kayu pecah atau patah
pada saat ditebang sehingga kayu tidak dapat diangkut ke tempat pengumpulan kayu.
Page | 10
sumbernya harus diberikan sama atau kurang dari kapasitas yang dimiliki sumber.
Pada Tabel 03 dapat dilihat jumlah demand dan supply kayu yang ada di perusahaan.
Besarnya jumlah demand seperti yang telah kita ketahui adalah berdasarkan hasil survey
lapangan lansung (survey 100%). Sedangkan jumlah supply adalah hasil perkiraan jumlah
volume kayu yang dapat diambil nantinya dengan memerhatikan faktor medan di lapangan
dan produktifitas rata-rata tebangan kayu dari tahun-tahun sebelumnya. Dari tabel dapat
dilihat bahwa terdapat dua buah petak yang potensi kayunya paling tinggi. Yaitu pada petak
327 dan 325 yang telah diberi warna biru. Sehingga untuk memfokuskan permasalahan dalam
pembahasan ini hanya akan membahas kedua petak yang mempunyai potensi terbesar ini saja.
Data demand dan supply pada kedua petak ini terdapat pada Tabel 04 di bawah ini. Jelas
Page | 11
permintaan minimalnya belum dipenuhi, sehingga ada suatu kendala permintaan yang tidak
dipenuhi,artinya penyelesaiannya tidak fisibel. Karena jumlah total suplai kurang dari jumlah
total permintaan, maka semua penyelesaiannya tidak fisibel, artinya persoalan tersebut tidak
fisibel.
Tabel 04. Perbandingan jarak dari kedua petak dengan potensi terbesar terhadap TPk baru dan
lama
No.
Petak \
TPK
Supply (m3)
327
- B
2,307
11,870
6,544.18
385
- H
7,899
15,155
7,127.86
7,362.11
Demand
7,277.04
14,639.15
demand >
13,672.04
supply
dengan suplainya adalah dj bi dan biaya tranportasi perunit angkutannya 0 (nol) satuan
biaya, apabila dikaitkan dengan denda maka biaya transportasi dari sumber dummy ke tujuan.
Pada Tabel 04 diatas dapat dilihat bahwa terdapat kelebihan demand daripada supply nya.
Sehingga untuk memenuhi jumlah demandnya agar seimbang antara jumlah supply dan
demand perlu ditambahkan variable dummy pada supply sebesar
Petak \
TPK
BARU (km)
LAMA (km)
Supply (m3)
327
- B
2,307
11,870
6,544.18
385
- H
7,899
15,155
7,127.86
dummy
Demand
7,362.11
967.11
7,277.04
14,639.15
Page | 12
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, maka fungsi tujuannya adalah sebagai berikut :
Max z = 2.307 XB-baru + 11.870XB-lama + 7.899XH-baru + 15.155XH-lama
Dan fungsi kendalanya adalah :
2.307 XB-baru + 11.870XB-lama
< 6.544,18
7.899XH-baru + 15.155XH-lama
< 7.127,86
XH-baru + XH-lama
< 967,11
< 7.362,11
11.870XB-lama + 15.155XH-lama
< 7.277,04
Dimana XB-baru , XB-lama, 870XB-lama, XH-lama > 0 dan merupakan jumlah angkutan kayu maksimal
(m3) dari Logging truck yang membawa kayu. Sedangkan dalam proses pemuatan kayu ini
sendiri terdiri dari biaya bongkar muat, biaya pengangkutan (perjalanan) dan biaya sarad
(penarikan) kayu dari tunggul tebang petak di dalam hutan.
Dari pengolahan software LiPS v.1.9.4 kemudian dimasukkan data-data sebagai berikut :
Page | 13
ini, tujuan yang akan kita cari adalah meminimumkan biaya pengangkutan dengan kapasitas
kayu maksimum. Dimana kita harus memenuhi semaksimum mungkin demand yang ada. Dari
data di lapangan didapatkan bahwa biaya total pengangkutan kayu, mulai dari biaya penarikan
kayu dari dalam hutan, biaya muat bongkar kayu ke atas loging truck dan biaya pengangkutan
sendiri dirata-ratakan dari semua logging truck dan biaya lain-lain dianggap tetap (cateris
paribus) adalah sebesar Rp. 1.178.162,583/truk/m3/petak/bulan. Biaya tersebut adalah biaya
solar yang dikeluarkan oleh unit truk untuk mengangkut kayu selama sebulan dengan asumsi
jumlah supply yang dicapai tersebut selama jangka waktu satu bulan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah biaya minimum yang dikeluarkan PT. Salaki Summa Sejahtera
untuk memenuhi jumlah demand maksimum adalah sebesar Rp. 1.178.162,583 x 6.643,38 = Rp.
7.826.981.742,865.
DAFTAR PUSTAKA
Data Primer PT. Salaki Summa Sejahtera 2013
Hillier, F. S. dan Lieberman, G. J., 1990, Pengantar Riset Operasi, Ed-V, Erlangga, Jakarta.
Taha, A. H., 1996, Riset Operasi Jilid 1, Binarupa Aksara, Jakarta.
Winston, W L, 1994, Operations Research, Applications and Algorithms , Ed.3, Duxbury
Press, California.
Loomba, N.P. and Turban, E., 1974, Applied Programming for Management, Holt-Rinehart &
Winston, New York.
Page | 15
LAMPIRAN
Page | 16