Abstrak
Judul PTK ini adalah Penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan Manusia di Kelas VIII F SMPN 2 Jatinangor. Masalah PTK dapat
dirumuskan sebagai berikut: apakah penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan makanan manusia?. Untuk menjawab masalah
maka dilakukan PTK dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan. 3. Observasi, dan
4. Evaluasi dan Refleksi. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa Beberapa aspek yang sangat
penting dalam pembelajaran berhasil ditingkatkan dengan menggunakan penerapan cooperative learning Model
Jigsaw seperti : keaktifan siswa baik dalam bekerjasama maupun dalam menyelesaikan LKS secara mandiri,
keaktifan berkomunikasi diantara sesame anggota kelompok dan menjawab pertanyaan dan juga membuat
siswa merasa senang dan antusias. Demikian halnya dengan hasil evaluasi rata-rata tiap siklus menunjukkan %
ketuntasan meningkat. Pada siklus 1 sebesar 60 % dengan rata-rata nilai tes akhir 6,76 meningkat pada siklus
2 menjadi 90 % rata-rata nilai tes akhir 8,60. Secara keseluruhan keterampilan guru dalam proses belajar
mengajar mengalami peningkatan, dari 66% pada siklus 1 menjadi 89 % pada siklus 2 . Dapat disimpulkan
penerapan cooperative learning model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP
Negeri 2 Jatinangor.
Kata kunci : cooperative learning, Model Jigsaw, hasil belajar, sistem pencernaan makanan manusia,
PENDAHULUAN
Mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 2 Jatinangor diajarkan dengan berbagai macam variasii
metode dan pendekatan. Namun, metode yang sering digunakan yaitu ceramah dengan guru
menjelaskan dan siswa cenderung hanya mendengarkan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor.
Diantara faktor tersebut antara lain keterbatasan sarana laboratorium dan alat praktikum.
Siswa yang terdapat di SMPN 2 Jatinangor pada umumnya mempunyai prestasi belajar
rendah, meskipun ada beberapa siswa yang berprestasi menonjol. Hal ini menyebabkan kurang
adanya semangat belajar (motivasi) untuk saling bersaing dalam memperoleh nilai.
Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa kelas IX SMP Negeri 2
Jatinangor, juga diakibatkan dari cara belajar siswa yang masih salah. Selama ini siswa belajar
dengan cara menghapal bukan dengan dimengerti atau dipahami sehingga pembelajaran yang
dihasilkan menjadi tidak bermakna di benak siswa.
1
Berdasarkan pengalaman tahun pelajaran 2011/2012, perolehan skor nilai hasil belajar dari
ulangan harian tergolong rendah, yaitu berkisar antara 50% sampai dengan 60%. Nilai tersebut
berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan yaitu 65 %. Kondisi ini
menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih rendah
sehingga
kelompok kecil
belajar bersama
pengalaman belajar.
Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab
kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja
kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan
tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang
menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil,
siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman
individu maupun pengalaman kelompok.
2
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri 2Jatinangor. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VIII F dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang terdiri atas 22 laki-laki dan 20 perempuan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan pada waktu jam pelajaran IPA (sesuai jadwal pelajaran di SMP
Negeri 2 Jatinangor) pada kelas yang sudah ditetapkan yaitu VIII F. Lama tindakan 1 minggu atau 2
kali peretemuan yang dibagi dalam dua siklus. Satu siklus terdiri dari satu tindakan. Setiap tindakan
dialokasikan waktu 2 jam pelajaran. Jadi jumlah keseluruhan jam pelajaran yang digunakan dalam
PTK ini adalah 4 jam pelajaran.
A. Faktor yang diteliti
1.
Faktor siswa : Melihat hasil prestasi belajar siswa setelah mengikuti tindakan (jigsaw)
padakonsep sistem pencernaan makanan. Selain itu diamati pula respon siswa selama
mengikuti KBM dengan tindakan jigsaw. Respon siswa yang perlu diamati seperti ketekunan,
keseriusan, kerja sama dalam kelompok, kerjasama antar kelompok ( tim ahli), kemampuan
bertanya dan menjawab pertanyaan serta penghargaan terhadap kelompok lain
2.
Faktor guru : Melihat cara guru merancang pembelajaran dengan model jigsaw termasuk
mengidentifikasi bahan dan alat yang digunakan, perangkat pembelajaran, perangkat
observasi dan evaluasi termasuk mencermati pelaksanaan tindakan secara cermat dan
mendalam.
B. Prosedur Kegiatan
1.
(lampiran 4), meminta dua orang rekan guru untuk melakukan observasi kegiatan belajar,
serta membuat denah kelas (lampiran 5) untuk memudahkan pelaksanaan observasi.
2.
3.
4.
Sumber data
2.
Jenis Data
Data kualitatif, diperoleh dari hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada setiap
tindakan berupa lembar observasi dan disajikan dalam bentuk prosentase.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi yang diberikan pada setiap akhir tindakan
(test formatif-post tes), dan instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar.
No
Observer 1
Obser
-ver 2
Kegiatan Pendahuluan
1
2
Menyampaikan tujuan
3
4
Kegiatan Pelaksanaan
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
13
13
8
9
62% 69%
66%
1
1
13
13
11
12
85% 92%
89%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam proses belajar, peneliti telah
melakukan sintak model jigsaw. Hal ini dapat dilihat dengan pencapaian skor 66% pada siklus I,
namun dalam beberapa hal peneliti belum berhasil (tidak maksimal) yang disebabkan peneliti
menemukan kesulitan dalam mengelola waktu. Pada siklus II nampak adanya perubahan besar
dalam pelaksanaan sintak model jigsaw sehingga dapat mencapai skor 89%. Hal ini dapat
dikarenakan adanya masukan-masukan dari observer. Hal lain adalah karena siswa pun dapat
mengikuti alur model jigsaw dari siklus yang pertama sehingga siklus II berjalan lebih baik
daripada siklus I.
2.
Rerata Tes
Awal
Rerata Tes
Akhir
N-gain
Kategori
5,05
6,76
0,34
Rendah
4,14
8,60
0,77
Tinggi
No
Angka ketuntasan belajar siswa tiap siklus mengalami peningkatan. Data peningkatan tersebut
dapat dapat dilihat dalam tabel berikut:
No
Siklus
Tuntas
Belum Tuntas
60 %
40 %
90 %
10 %
Pembelajaran sistem pencernaan makanan manusia dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa,
2.
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
proses belajar mengajar
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw ini memerlukan perencanaan dan
pengelolaan kelas yang baik dan memiliki beberapa kelemahan maka berdasarkan pengalaman
penulis saat melaksanakan PTK ini, dapat disarankan beberapa hal yaitu :
1.
Sebaiknya memilih materi yang terdiri dari beberapa sub dimana bahasan pada setiap sub materi
memiliki tingkat kesulitan yang sama dan materi satu bukan prasyarat untuk materi lainnya;
2.
Semua instruksi baik dalam pengaturan kelompok maupun bahan diskusi harus jelas;
3.
Untuk kelas yang siswanya banyak guru dapat mengatur skenario pengelompokkan sehingga
anggota kelompok awal dan kelompok ahli tidak terlalu banyak;
4.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2000). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Angkowo, R dan Kosasih, A. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran Mempegaruhi Motivasi, Hasil
Belajar dan Kepribadia: Jakarta. PT Grasindo
BSNP. (2006). Standar Isi Kurikulum KTSP Mata Pelajaran IPA. Kemdiknas. Jakarta
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
7