Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA


DI KELAS VIII F SMPN 2 JATINANGOR
Iwan Setiawan
Guru SMPN 2 Jatinangor
Email : ones.jtr@gmail.com

Abstrak
Judul PTK ini adalah Penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan Manusia di Kelas VIII F SMPN 2 Jatinangor. Masalah PTK dapat
dirumuskan sebagai berikut: apakah penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan makanan manusia?. Untuk menjawab masalah
maka dilakukan PTK dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan. 3. Observasi, dan
4. Evaluasi dan Refleksi. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa Beberapa aspek yang sangat
penting dalam pembelajaran berhasil ditingkatkan dengan menggunakan penerapan cooperative learning Model
Jigsaw seperti : keaktifan siswa baik dalam bekerjasama maupun dalam menyelesaikan LKS secara mandiri,
keaktifan berkomunikasi diantara sesame anggota kelompok dan menjawab pertanyaan dan juga membuat
siswa merasa senang dan antusias. Demikian halnya dengan hasil evaluasi rata-rata tiap siklus menunjukkan %
ketuntasan meningkat. Pada siklus 1 sebesar 60 % dengan rata-rata nilai tes akhir 6,76 meningkat pada siklus
2 menjadi 90 % rata-rata nilai tes akhir 8,60. Secara keseluruhan keterampilan guru dalam proses belajar
mengajar mengalami peningkatan, dari 66% pada siklus 1 menjadi 89 % pada siklus 2 . Dapat disimpulkan
penerapan cooperative learning model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP
Negeri 2 Jatinangor.
Kata kunci : cooperative learning, Model Jigsaw, hasil belajar, sistem pencernaan makanan manusia,

PENDAHULUAN
Mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 2 Jatinangor diajarkan dengan berbagai macam variasii
metode dan pendekatan. Namun, metode yang sering digunakan yaitu ceramah dengan guru
menjelaskan dan siswa cenderung hanya mendengarkan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor.
Diantara faktor tersebut antara lain keterbatasan sarana laboratorium dan alat praktikum.
Siswa yang terdapat di SMPN 2 Jatinangor pada umumnya mempunyai prestasi belajar
rendah, meskipun ada beberapa siswa yang berprestasi menonjol. Hal ini menyebabkan kurang
adanya semangat belajar (motivasi) untuk saling bersaing dalam memperoleh nilai.
Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa kelas IX SMP Negeri 2
Jatinangor, juga diakibatkan dari cara belajar siswa yang masih salah. Selama ini siswa belajar
dengan cara menghapal bukan dengan dimengerti atau dipahami sehingga pembelajaran yang
dihasilkan menjadi tidak bermakna di benak siswa.
1

Berdasarkan pengalaman tahun pelajaran 2011/2012, perolehan skor nilai hasil belajar dari
ulangan harian tergolong rendah, yaitu berkisar antara 50% sampai dengan 60%. Nilai tersebut
berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan yaitu 65 %. Kondisi ini
menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih rendah

sehingga

menyebabkan hasil belajar pun cenderung rendah.


Hasil wawancara dengan beberapa siswa pun mendukung fakta terhadap hasil belajar yang
rendah. Berdasarkaan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan
memahami pelajaran IPA terpadu. Hal ini terjadi karena banyaknya konsep yang abstrak dan sulit
untuk dihapal serta siswa memerlukan media pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan
motivasi dan hasil belajar mereka.
Bertolak dari pandangan bahwa belajar adalah mengalami sesuatu, prosesnya dapat berupa
berbuat, bereaksi, mengalami sesuatu dan menghayati sesuatu. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Maka untuk memecahkan permasalahan pembelajaran konsep IPA
yang sulit dipahami, peneliti akan mencoba memberikan upaya melalui pembelajaran kooperatif
dengan tipe jigsaw
Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa
menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota
kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala
yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu:

kelompok kecil

belajar bersama

pengalaman belajar.
Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab

kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja
kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan
tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang
menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil,
siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman
individu maupun pengalaman kelompok.
2

METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri 2Jatinangor. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VIII F dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang terdiri atas 22 laki-laki dan 20 perempuan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan pada waktu jam pelajaran IPA (sesuai jadwal pelajaran di SMP
Negeri 2 Jatinangor) pada kelas yang sudah ditetapkan yaitu VIII F. Lama tindakan 1 minggu atau 2
kali peretemuan yang dibagi dalam dua siklus. Satu siklus terdiri dari satu tindakan. Setiap tindakan
dialokasikan waktu 2 jam pelajaran. Jadi jumlah keseluruhan jam pelajaran yang digunakan dalam
PTK ini adalah 4 jam pelajaran.
A. Faktor yang diteliti
1.

Faktor siswa : Melihat hasil prestasi belajar siswa setelah mengikuti tindakan (jigsaw)
padakonsep sistem pencernaan makanan. Selain itu diamati pula respon siswa selama
mengikuti KBM dengan tindakan jigsaw. Respon siswa yang perlu diamati seperti ketekunan,
keseriusan, kerja sama dalam kelompok, kerjasama antar kelompok ( tim ahli), kemampuan
bertanya dan menjawab pertanyaan serta penghargaan terhadap kelompok lain

2.

Faktor guru : Melihat cara guru merancang pembelajaran dengan model jigsaw termasuk
mengidentifikasi bahan dan alat yang digunakan, perangkat pembelajaran, perangkat
observasi dan evaluasi termasuk mencermati pelaksanaan tindakan secara cermat dan
mendalam.

B. Prosedur Kegiatan
1.

Identifikasi Masalah dan Perencanaan Tindakan


Masalah diidentifikasi berdasarkan studi kasus yang ditulis guru. Studi kasus ini secara
naratif dan detail menjelaskan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru, serta refleksi oleh guru. Dari studi kasus diidentifikasi bahwa
guru merasa kesulitan dalam mengajarkan sistem pencernaan makanan kepada siswa, dan
pencapaian hasil belajar masih rendah. Berdasarkan diskusi dengan rekan sejawat guru dan
juga dari studi literatur, tindakan yang dipilih guru untuk memperbaiki proses belajar
mengajar tersebut adalah dengan memberikan pembelajaran dengan model jigsaw.
Selanjutnya guru melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tentang konsep sistem pencernaan makanan ini. Langkah
selanjutnya adalah membuat perencanaan tindakan, terdiri dari penyusunan RPP untuk
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw (lampiran 1),
mempersiapkan bahan belajar dari berbagai sumber (lampiran 2), mengembangkan latihan
dan butir soal untuk evaluasi hasil belajar (lampiran 3), menyiapkan lembar observasi
3

(lampiran 4), meminta dua orang rekan guru untuk melakukan observasi kegiatan belajar,
serta membuat denah kelas (lampiran 5) untuk memudahkan pelaksanaan observasi.
2.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus. Dalam satu
siklus dilaksanakan 1 kali pertemuan. Satu kali pembelajaran terdiri dari 2 jam pelajaran.
Siklus 1 dimulai dengan pembukaan oleh guru, kemudian guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok dengan teman yang telah ditentukan guru. Selanjutnya guru membagi
kelompok ke dalam beberapa kelompok ahli tentang bahan-bahan yang terkandung dalam
makanan. Siswa terlibat diskusi dalam kelompok ahli. Kemudian, kelompok ahli kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusinya ke temannya. Kerja siswa dibahas secara
umum oleh guru dalam kelas. Selanjutnya, kegiatan belajar ditutup dengan postes 1 yang
dikerjakan oleh siswa.
Siklus 2 dilaksanakan kurang lebih sama dengan siklus satu. Untuk siklus 2, konsep
yang didiskusikan adalah organ-organ pencernaan makanan. Siklus 2 ditutup dengan postes
2 dan rangkuman oleh guru dan siswa tentang hal-hal yang telah dipelajari.
Sementara siklus 1 dan 2 berlangsung, 2 orang rekan guru melakukan observasi
dengan menggunakan lembar observasi yang telah tersedia. Hasil observasi berupa data
tentang proses belajar, situasi kelas, dan masalah yang dihadapi siswa (secara otentik
berdasarkan nama siswa). Setelah kegiatan belajar berakhir, guru menuliskan refleksi dari
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya.

3.

Pengumpulan Data dan Analisis Data


Data dikumpulkan dari hasil observasi rekan guru dengan menggunakan lembar
observasi yang tersedia, dan dari tes hasil belajar (pretes dan postes) pada saat
pelaksanaan tindakan selama 2 siklus, serta refleksi diri yang dilakukan guru terhadap
kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan sebanyak 2 siklus.
Analisis data dilakukan terhadap dua jenis data, yaitu data kualitatif berupa catatan
hasil observasi guru serta catatan refleksi guru, dan data kuantitatif berupa skor pretest dan
postest hasil belajar siswa.
Untuk data kualitatif dicari key point dan juga informasi tambahan dari hasil observasi,
kemudian dirangkum hal-hal inti yang perlu memperoleh perhatian dalam proses
pembelajaran. Untuk data kuantitatif dicari gain score (skor perolehan antara) pretest dan
postest 1 dan 2. Hasil analisis keduanya kemudian dirangkum dan disimpulkan.

4.

Refleksi dan Tindak Lanjut


Hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif beserta kesimpulannya didiskusikan guru
dan rekan sejawat dalam pertemuan refleksi untuk mengkilas balik hal-hal yang sudah
terjadi, kendala, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar
yang sudah dilaksanakan. Guru mencatat masukan dan saran yang didiskusikan, kemudian
membuat rencana perbaikan pembelajaran berikutnya berdasarkan masukan.

C. Teknik Pengambilan Data


1.

Sumber data

Siswa dan Guru

2.

Jenis Data

Ada dua jenis data yang menjadi sasaran penelitian yaitu :

Data kualitatif, diperoleh dari hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada setiap
tindakan berupa lembar observasi dan disajikan dalam bentuk prosentase.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi yang diberikan pada setiap akhir tindakan
(test formatif-post tes), dan instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.

Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam PBM


Hasil observasi dilakukan oleh anggota tim (teman sejawat) dengan menggunakan lembar
observasi terhadap guru dalam PBM selama siklus 1 dan 2 berlangsung. Datanya tertera pada tabel
berikut:

No

Aspek yang Diamati

Observer 1

Obser Obser-ver 2 ver 1

Obser
-ver 2

Kegiatan Pendahuluan
1
2

Menggali pengetahuan awal atau memotivasi siswa

Menyampaikan tujuan

3
4

Membagi siswa dalam kelompok


Menyampaikan permasalahan yang menjadi konflik kognitif
bagi siswa untuk dicari solusinya

Kegiatan Pelaksanaan
5

Memberikan penjelasan umum tentang materi ajar atau


prosedur kegiatan yang harus dilakukan siswa
5

Menghubungkan antara pembelajaran dengan realita


kehidupan siswa
7
Terampil dalam memanfaatkan dan mampu memanipulasi
media pembelajaran
8
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan strategi yang sesuai
dalam RPP secara lancar
9
Memberikan arahan yang mendorong siswa untuk bertanya,
berpikir dan beraktivitas
Kegiatan Penutup
10 Memberikan Penguatan
11 Memberikan tugas rumah
12 Melakukan evaluasi pembelajaran
Lain-lain
13
Efektif dalam pengelolaan waktu
Skor Maksimal
Jumlah Skor yang diperoleh
prosentase
Rata-rata

1
1
1

1
1
1

1
1
1

1
1
1

0
0
13
13
8
9
62% 69%
66%

1
1
13
13
11
12
85% 92%
89%

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam proses belajar, peneliti telah
melakukan sintak model jigsaw. Hal ini dapat dilihat dengan pencapaian skor 66% pada siklus I,
namun dalam beberapa hal peneliti belum berhasil (tidak maksimal) yang disebabkan peneliti
menemukan kesulitan dalam mengelola waktu. Pada siklus II nampak adanya perubahan besar
dalam pelaksanaan sintak model jigsaw sehingga dapat mencapai skor 89%. Hal ini dapat
dikarenakan adanya masukan-masukan dari observer. Hal lain adalah karena siswa pun dapat
mengikuti alur model jigsaw dari siklus yang pertama sehingga siklus II berjalan lebih baik
daripada siklus I.
2.

Hasil Belajar Siswa Tentang Pemahaman dan Penguasaan Konsep


Hasil tes awal dan tes akhir dianalisis dengan menggunakan analisis ketercapaian hasil
belajar. Hasil belajar ini berdasarkan KKM dan kriteria belajar siswa yang ada di SMPN 2
Jatinangor. Setelah dianalisis, maka diperoleh gambaran hasil tes awal dan tes akhir siswa
sebagai berikut :
Tabel Rerata Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir Kelas VIII F
Siklus

Rerata Tes
Awal

Rerata Tes
Akhir

N-gain

Kategori

5,05

6,76

0,34

Rendah

4,14

8,60

0,77

Tinggi

No

Angka ketuntasan belajar siswa tiap siklus mengalami peningkatan. Data peningkatan tersebut
dapat dapat dilihat dalam tabel berikut:
No

Siklus

Tuntas

Belum Tuntas

60 %

40 %

90 %

10 %

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengamatan dari lembar observasi guru, LKS dan hasil tes siswa pada
setiap siklus, setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw selama 2
kali pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa :
1.

Pembelajaran sistem pencernaan makanan manusia dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa,

2.

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
proses belajar mengajar
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw ini memerlukan perencanaan dan

pengelolaan kelas yang baik dan memiliki beberapa kelemahan maka berdasarkan pengalaman
penulis saat melaksanakan PTK ini, dapat disarankan beberapa hal yaitu :
1.

Sebaiknya memilih materi yang terdiri dari beberapa sub dimana bahasan pada setiap sub materi
memiliki tingkat kesulitan yang sama dan materi satu bukan prasyarat untuk materi lainnya;

2.

Semua instruksi baik dalam pengaturan kelompok maupun bahan diskusi harus jelas;

3.

Untuk kelas yang siswanya banyak guru dapat mengatur skenario pengelompokkan sehingga
anggota kelompok awal dan kelompok ahli tidak terlalu banyak;

4.

Sebaiknya setiap siswa memiliki buku pelajaran masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2000). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Angkowo, R dan Kosasih, A. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran Mempegaruhi Motivasi, Hasil
Belajar dan Kepribadia: Jakarta. PT Grasindo
BSNP. (2006). Standar Isi Kurikulum KTSP Mata Pelajaran IPA. Kemdiknas. Jakarta
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
7

Depdiknas. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Jakarta.


Dryden, Gordon, & Vos, Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar
akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan Fun, Edisi lengkap: Keajaiban Pikiran (I), Sekolah
Masa Depan (II). Bandung: Kaifa
Gilbert, J.K., Osborne, R. J. & Fensham, P.J. (1986). Childrens Science an its Consequences for
Teaching. Dalam Brown, J. (1986). Exploring the Curriculum: Science in School.
Gredler, Margaret E. Bell. (1994). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hisyam, Z., Bermawy M., Sekar A. A., (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka
Insan Madani.
Ismail, S.M. (2008). Strategi pembelajaran agama islam berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail Media
Group
Meier, Dave. (2002). Accelerated Learning. Bandung: Kaifa
Osborne, R. & Freyberg, P. (1985). Childrens Science. Dalam Osborne, R (1985). Learning in
Science the Implication of Childrens Science. Aucland: Heinemann
Slavin, R (1999). Cooperative Learning (Online) tersedia dalam
http://dhiey.wordpress.com/2011/01/02/cooperative-learning-slavin/(26 Oktober 2012)
Soebiyanto. 1999. Penelitian Tindakan Kelas; Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah
Menengah. Jakarta: TIM Pelatih Proyek PGSM.
Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar SIswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjana, Nana (1999). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.
Suprayekti. (2003). Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Edisi ke V. Bandung: Tarsito.
Tuckman, B. W. (1978). Conducting Educational Research. Second Edition. United States of America:
Harcourt Brace Jovanovich, inc.
Usman, Moh. Uzer. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai