I.
PENDAHULUAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan pangan, keracunan bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar sehingga perlu
diantisipasi dan dicegah penyebarannya dengan tepat dan cepat. Salah satu tantangan
sekaligus keunggulan seorang ahli epidemiologi adalah pada kemampuannya melakukan
penyelidikan epidemiologi suatu kejadian luar biasa (KLB). Beberapa jenis KLB seperti
diare, campak dan malaria mengalami penurunan jumlah sejalan dengan semakin baik
sistem pengendalian beberapa penyakit tersebut. Akan tetapi beberapa penyakit justru
mengalami peningkatan salah satunya keracunan pangan.
Kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan adalah suatu kejadian dimana
terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir
sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan
tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan pangan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan, pemukiman dan perindustrian
(Depkes RI,2009). Salah satu kriteria kerja KLB harus ditangani kurang dari 24 jam,
Untuk itulah dibentuknya Tim Gerak Cepat (TGC) agar setiap kejadian Keracunan pangan
dapat ditangani secara cepat dan tepat. Hasil penyelidikan epidemiolgi KLB diharapkan
mampu menjawab 5W+1H (What, When, Where, Who, Why dan How).
Pada tanggal 6 April terjadi keracunan pangan di Jalan Maju Bersama II Lr.Musi 1
RT.89 RW.13 Kelurahan Talang Kelapa Kecamatan Alang-Alang Lebar yang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa. Jumlah penderita sebanyak 34 orang dengan
gejala pusing,mual,meriang dan demam, semua kasus telah mendapatkan pengobatan.
Perkiraan jumlah orang yang menghadiri hajatan tersebut adalah 200 orang (Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan).
BTKLPP Kelas I Palembang merupakan salah satu unit pelaksana teknis direktorat
jenderal pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan sesuai dengan KepMenKes
No. 266/ MENKES/ SK/ III/ 2004 tentang kriteria klasifilasi unit pelaksana teknis di
bidang teknis kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular dan KepMen
Kes No.267/MENKES/SK/III/2004, tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis
di bidang teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menularyang salah
satu tugas dan fungsinya melaksanakan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan
dan
II.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Mengetahui dan mempelajari sejauh mana penyelidikan epidemiologi KLB
Keracunan pangan di Jalan Maju Bersama II lorong Musi I RT.89 RW.13 Kelurahan
Talang Kelapa Kecamatan Alang-Alang Lebar tanggal 6 8 April 2014
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
III. METODOLOGI
a.
b.
= 200 orang
Jumlah penderita
34 orang
1 sampel
1 sampel
c. Gambaran Kasus
Data terakhir dari Dinas Kesehatan Kota palembang dan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan tanggal 6 April 2014 jumlah kasus 200
orang.
Hasil investigasi didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Sehari sebelum hajatan sabtu sore tanggal 5 April 2014 keluarga sudah
memasak ayam dan digoreng.ayam disimpan untuk besok subuh diolah lagi
untuk membuat masakan ayam kecap.
2. Tanggal 6 April 2014 subuh hari keluarga sudah mulai masak nasi dan lauk
pauk untuk pesta hajatan. Proses masak-memasak memakai air PDAM.
Selama proses memasak sudah ada sebagian keluarga ibu Salmah khususnya
yang memiliki tugas memasak nasi sudah mengkonsumsi makanan tersebut
tetapi tidak mengalami keluhan apa-apa sesudah hajatan dan saat investigasi
dilapangan dilakukan mereka juga dalam kondisi sehat. Tetapi ada juga 4
keluarga ibu Salma yang tinggal serumah mengkonsumsi makanan hajatan
tersebut saat di wawancara didapatkan informasi bahwa hanya 1 orang
mengalami keluhan keracunan pangan dan 3 orang lagi tidak mengalami
gejala keracunan pangan.
3. Dikarenakan informasi penyebab keracunan pangan yang belum pasti artinya
bahwa ada sebagian warga yang mengkonsumsi semua makanan hajatan
tetapi tidak mengalami keracunan pangan dan ada juga warga yang hanya
mengkonsumsi sebagian lauk pauk serta yang tidak datang tetapi mendapat
kiriman lauk-pauk hajatan tersebut mengalami keracunan.
4. Dikarenakan analisis penyebab keracunan ini belum pasti penyebabnya jenis
makanan apa, maka saat investigasi di lapangan didapatkan sample muntahan
salah satu warga yang mengalami Keracunan pangan. Sehingga sample
muntahan inilah yang akan di periksa dilaboratorium.
b)
c)
d)
NO
Jumlah Kasus
Mual
18
86 %
Muntah
13
62 %
Pusing
21
100 %
Diare
12
57 %
Meriang
10
48 %
Demam
33 %
Pada tabel dapat dipelajari etiologi yang paling mungkin dari ketiga jenis penyakit yang
ditetapkan sebagai diagnosis banding dan etiologi yang paling tidak mungkin dapat
disingkirkan sebagai etiologi KLB. Pada tabel tersebut
B.
Kurva Epidemiologi
Berdasarkan data yang diperoleh dibuat kurva epidemi sebagai berikut :
Gambar 1 : Kurva Epidemi KLB Keracunan Pangan di Jalan Maju Bersama II Lr.
Musi 1 RT. 89 RW. 13 Kel ; Talang Kelapa Kec. Alang-Alang Lebar
Gambar 2 : Kurva Masa Inkubasi KLB Keracunan Pangan di Jalan Maju Bersama II
Lr. Musi 1 RT. 89 RW. 13 Kel ; Talang Kelapa Kec. Alang-Alang Lebar
Berdasarkan grafik masa inkubasi diketahui masa inkubasi terpendek adalah 5 jam dan
terpanjang adalah 22 jam.
Berdasarkan masa inkubasi terpendek dan terpanjang etiologi, maka dapat ditentukan
perkiraan periode paparan KLB. Awal periode paparan KLB berdasarkan wawancara
dengan penderita diperkirakan pada tanggal 7 April 2014 jam 06.00. Sedangkan akhir
periode paparan KLB adalah waktu kejadian kasus pertama KLB dikurangi dengan
masa inkubasi terpendek yaitu 17.00 dikurangi 300 menit adalah jam 12.00 WIB.
Karena awal periode paparan KLB berada sebelum akhir periode paparan KLB maka
diperkirakan periode paparan KLB adalah common source.
Nama Penyakit
Masa Inkubasi
Periode
KLB
Salmonellosis
72 Jam
(rata-rata
18-36 Jam)
48 Jam (
rata-rata
12 jam)
5 Jam
2.
Vibrio
parahaemolytikus
3.
Kolera
4.
Shigellosis
2 jam
24 Jam
72 Jam
24 Jam
72 Jam
67
Jam
46
Jam
Disingkirkan
Belum
22 Jam
48
Jam
48
jam
Belum
Disingkirkan
Disingkirkan
Berdasarkan periode KLB dan Masa Inkubasi maka etiologi Salmonellosis dan
Vibrio parahaemolytikus masih memenuhi syarat sebagai penyebab KLB
Keracunan.
NO
1.
2.
Nama Penyakit
3.
Salmonellosis
Vibrio
parahaemolyticus
Kolera
4.
Shigellosis
Masa
Inkubasi
Terpendek
5 Jam
Masa Inkubasi
Terpendek KLB
Belum
2 jam
24 Jam
24 jam
Disingkirkan
Belum
5 Jam
Disingkirkan
Disingkirkan
Bila dilihat berdasarkan Masa Inkubasi terpendek penyakit dan masa inkubasi
terpendek KLB maka Salmonellosis dan Vibrio parahaemolyticus adalah paling
memenuhi syarat sebagai penyebab KLB Keracunan namun untuk memastikan
dilakukan pemeriksaan Laboratorium di BBLK (Balai Besar Laboratorium
Kesehatan) Provinsi Sumatera Selatan.
V.
Gambaran Epidemiologi
Penderita pada KLB Keracunan pangan adalah mereka yang membeli dan
mengkonsumsi Hidangan pada hajatan tersebut sejumlah 34 orang dengan rincian
sebagai berikut :
Gambar 3
Pada tabel 4 terlihat bahwa keracunan pangan adalah pada golongan umur 30-40
tahun memiliki AR yang cukup tinggi.
Sedangkan berdasarkan Jenis Kelamin dapat dilihat pada grafik berikut :
Sedangkan distribusi kasus berdasarkan Attack Rate dan CFR adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi Penderita Tersangka keracunan pangan di Jalan Maju Bersama II Lr.
Musi 1 RT. 89 RW. 13 Kel ; Talang Kelapa Kec. Alang-Alang Lebar
Berdasarkan Attack Rate (AR) dan CFR
Populasi
Sakit
AR ( % )
Kematian
CFR ( % )
200
34
17
Pemeriksaan Laboratorium
Sampel yang diambil untuk konfirmasi ke Laboratorium di BBLK (Balai Besar
Laboratorium Kesehatan) Palembang adalah Ayam Suir jamur serta sisa muntahan
penderita yang selanjutnya akan diperiksa sesuai dengan gejala yang timbul pada
penderita kasus keracunan pangan dan kemungkinan penyebab berdasarkan
penegakan diagnosis sebelumnya.
VII.
terkontaminasi kuman/bakteri
yang diduga
parahaemolyticus .
2. Kebiasaan menggunakan bahan makanan yang merupakan sisa sehari atau
beberapa hari sebelumnya merupakan faktor yang sangat berperan terhadap
terjadinya KLB keracunan pangan.