Disusun oleh:
Rohmilia Kusuma, S.Ked
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 44tahun
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Alamat
No RM
: 23 38 XX
Masuk RS
: 19 Februari 2013
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) di bangsal Teratai
pada tanggal 22 Februari 2013.
1. KeluhanUtama
2. RiwayatPenyakitSekarang
1 tahun SMRS
Pasien datang ke dokter dengan keluhan perdarahan terus menerus
selama 2 bulan. Kemudian pasien rawat inap di rumah sakit.
Sebelum operasi, pasien mendapatkan transfusi darah hingga 7
kantong. Kemudian dilakukan operasi pada tanggal 27 Februari
2012.
9 bulan SMRS
Pasien mengeluh perut bagian bawah terasa panas. Selain itu,
pasien merasa saat berdiri, perutnya seperti membesar. Tetapi jika
pasien tidur berbaring, perutnya seperti biasa. Hal ini tidak terlalu
dirasakan pasien, sehingga pasien tidak mencari pengobatan.
3 bulan SMRS
Pasien mengeluh tidak bisa makan dalam jumlah banyak. Lebih
dari 5 sendok makan, pasien sudah mengeluh sakit pada perutnya.
Selain itu pasien mengeluh perut terasa sakit jika sedang
melakukan aktivitas berat, seperti mengangkat benda-benda berat.
Pasien memeriksakan diri ke dokter dan sembuh. Tetapi saat
obatnya habis, pasien mengeluh nyeri lagi.
HMRS
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah. Nyeri dirasakan terutama saat beraktifitas berat dan
setelah makan. Pasien juga merasa saat berdiri perutnya terasa
membesar.
: Disangkal
b. Riwayat alergi
: Disangkal
c. RiwayatDM
: Disangkal
d. Riwayat asma
: Disangkal
: Disangkal
f. Riwayat operasi
: Diakui (Histerektomi)
: Disangkal
b. Riwayat alergi
: Disangkal
c. RiwayatDM
: Disangkal
d. Riwayat asma
: Disangkal
: Disangkal
5. RiwayatObstetrik
a. Riwayat KB :b. Riwayat Obstetrik
P1A0
Perempuan sekarang berumur 13 tahun, lahir spontan
dengan berat badan 2700 gram.
Menikah
: 10tahun
Menarche
: Lupa
Lama haid
: 5-6hari
Siklus
: 28hari
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Gizi
: Cukup
b. Vital Sign
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/mnt
Respirasi
: 20x/mnt
Suhu
: 35,6C
c. Kepala
: Mesochepal, simetris
Mata
Leher
Paru
Palpasi
Perkusi
Jantung
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Palpasi
jahitan operasi
Perkusi
Ekstremitas
: Timpani
: Akral hangat, edema (-)
D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
Status lokalis genitalis:
Inspeksi
Palpasi
Pemeriksaandalam
: Tidak dilakukan
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
: 12,1 gr/dL
Leukosit
: 7000 L
Platelet
: 204.000 L
GD
: 36 gr/dL
Gol.Darah
:A
HBsAg
: (-) Negatif
CT
: 0330
BT
: 0200
F. DIAGNOSIS
Hernia insisional pada primipara dengan riwayat histerektomi
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanam
: Dubia ad malam
Quo ad fungsionam
: Dubia ad bonam
H. TERAPI
1. Operatif
Operasi redressing
2. Medikamentosa
Oxtercid
1gr/8jam
Gentamisin
1gr/12jam
Ketorolac
1gr/8jam
Alinamin
1gr/12jam
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis kerjanya adalah hernia insisional. Diagnosis ini
didapatkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dimana pada anamnesis,
pasien mengaku pernah menjalani operasi kurang lebih satu tahun yang lalu.
Operasi yang dilakukan adalah histerektomi atas indikasi mioma uteri. Gejala
yang dirasakan pasien adalah berupa perdarahan terus menerus selama 2 bulan,
sehingga Hb pasien turun menjadi 4,4 gr/dL. Sehingga, sebelum di operasi, pasien
mendapatkan transfusi hingga 6 colf. Setelah beberapa hari mendapat transfusi,
Hb pasien menjadi 9,2 gr/dL. Post operasi, transfusi dilanjutkan 1 colf lagi.
Tiga bulan setelah operasi, pasien mengeluh perut terasa nyeri. Saat pasien
berdiri perutnya terasa membesar, sedangkan jika tidur perutnya kembali seperti
semula. Pasien tidak terlalu merasakan keluhannya tersebut, sehingga pasien tidak
mencari pengobatan. Rasa nyeri yang dirasakan pasien adalah akibat usus atau
omentum menyentuh bangunan peka nyeri pada abdomen, yaitu lapisan
peritoneum.Diduga, jahitan operasi histerektomi tersebut tidak berhasil, sehingga
menyebabkan fascia pada abdomen tidak menyatu dengan sempurna. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan hal ini, antara lain misalnya terdapatnya infeksi
pada luka bekas operasi tersebut, sehingga menyulitkan proses penyembuhan
luka.
Benjolan pada perut pasien akan timbul jika pasien mengedan. Benjolan
berada di sepanjang luka bekas operasi. Hal ini membuktikan bahwa penyakit
yang diderita pasien adalah suatu herniasi, yaitu hernia insisional yang merupakan
hernia yang timbul setelah operasi pada bagian abdomen. Hernia insisional
diakibatkan karena sayatan yang dilakukan pada abdomen mengenai nervus
sehingga menyebabkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang
dipersarafi oleh nervus tersebut.
Terapi dari hernia insisional adalah tindakan operatif, yaitu herniotomi dan
hernioplasti. Terapi hernia insisional dilakukansebagai sebuah pembedahan yang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.
Hernia insisional merupakan hernia yang terjadi pada daerah yang
mengalami kelemahan yang disebabkan oleh luka operasi yang belum sembuh
secara sempurnaa. Dengan kata lain, telah terjadi gap abdominal baik dengan atau
tanpa adanya penonjolan pada area post operatif yang dapat dipersepsikan atau
dipalpasi dengan pemeriksaan klinis maupun pencitraan. Karena insisi median
pada abdomen, hernia insisional ventral disebut hernia ventral.
B. Etiologi
Penyebab hernia, khususnya hernia insisional antara lain adalah:
1) Faktor umur, pada orang tua, penyembuhan lukaoperasi lambat dan kadangkadang tidak sempurna
2) Keadaan umum jelek, karena cirrhosis hepatis,karsinoma dan penyakitpenyakit kronis, akanmemperlambat atau menganggu pemyembuhan luka
3) Kegemukan / obesitas, menyebabkan tekanan intraabdominal yang bertambah
pada orang gemuk dankarena banyak lemak pada luka insisi operasi
seringmenyebabkan banyak seroma dan hematom dalam luka
4) Infeksi, terutama pada luka operasi
5) Jenis insisi yang digunakan
6) Komplikasi paru-paru, terutama batuk-batuk lebih sering
7) Pemilihan benang jahitan yang salah
8) Nutrisi pra dan pasca bedah yang jelek
9) Katabolisme karena sepsis berlarut, sehingga penyembuhan luka terganggu.
C. Klasifikasi
Secara umum ada dua jenis hernia, yaitu internal dan eksternal.
1) Hernia internal
Berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Contohnya
hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di diafragma
(otot pemisah antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan
diafragma yang tidak sempurna. Contoh lainnya adalah hernia hiatal
esofagus, yaitu hernia terjadi melalui celah masuknya esofagus yang masuk
dari rongga dada, serta banyak lagi jenis lainnya.
2) Hernia eksternal
Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpai adalah hernia inguinalis
yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah
pusar. Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara
kasat mata karena terlihat secara langsung.
Selain itu, hernia juga biasa dibagi dalam jenis-jenis berikut:
1) Hernia inguinalis
Hernia
inguinalis
adalah
hernia
yang
melalui
anulus
inguinalis
D. Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan
atau ruang luas pada ligamen inguinal, atau dapat disebabkan oleh trauma.
Tekanan intra abdominal/paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan
atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan,
seperti pada batuk dan cedera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari
faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan
manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia iredusibel dan inkarserata adalah
istilah yang menunjukkan hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi
dengan manipulasi.
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilakui oleh
protrusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi
terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas,
usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah.
E. Manifestasi klinis
Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia:
1.
Reponible
Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadangkadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan
hernia dari tumor yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling
sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat
secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilikus akan terasa
besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita, seringkali ditemukan bahwa
labianya besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari alat kelamin
perempuan.
2.
Irreponible
Benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun di daerah pusat.
Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan
usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa
keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi belum
ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak.
3.
Incarcerata
Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran
makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis
bayi pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung,
tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.
4.
Strangulata
Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah
terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala
lain juga muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lamalama pembuluh darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi
penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke pembuluh darah.
Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di
dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat mungkin bayi
tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.
F. Penatalaksanaan
1.
Terapi Konservatif
Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus-menerus pada benjolan
seperti dengan bantal pasir, pasien tidur pada posisi supine antitrendernburg
atau memakai korset.
2.
Terapi Pembedahan
Dapat dilakukan herniotomi dan herniografi (menjahit kantong hernia).
Tindakan
pembedahan
lebih
efektif
pada
hernia
reponibel
karena