Anda di halaman 1dari 22

A.

Latar Belakang
Pembukaan

Undang-Undang

Dasar

1945

mengamanatkan

bahwa

pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan


kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama
pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun
pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan
otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional telah mengalami beberapa kali perubahan.
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem
pendidikan sebagai

pranata

sosial

yang

kuat

dan

berwibawa

untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia


yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara
optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan
dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor

determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang


jaman.
Dari

sekian

banyak

unsur

sumber

daya

pendidikan,

kurikulum

merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan
untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi
tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang dikembangkan dengan
berbasis

pada

kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk

mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

Pengembangan

dan

pelaksanaan

kurikulum

berbasis

kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional


sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, para orang tua diharapkan dapat 1)
mengetahui perkembangan kurikulum yang sedang dilaksanakan, 2) mengerti
karakteristik cara belajar dari anaknya, 3) memahami tindakan yang sebaiknya
dilakukan dalam mendidik anak, 4) mengarahkan bakat dan minat anaknya, 5)
memahami kebutuhan belajar anaknya, 5) membantu dan terlibat dalam proses
pembelajaran di luar sekolah, 6) berpartisipasi dalam peningkatan kualitas
pendidikan anaknya, 7) mengerti aspek-aspek penilaian guru terhadap peserta
didik, 8) mengerti bentuk pembelajaran untuk materi pelajaran IPA.

C. Pengenalan Kurikulum 2013


Pengertian Kurikulum
Sebagain besar dari para orang tua pasti masih banyak yang belum
memahami tentang kurikulum 2013. Apakah kurikulum 2013 itu? Bagaimanakah
pelaksanaan proses pembelajarannya? Apa saja yang akan dipelajari oleh peserta

didik? Atau malah bahkan masih belum mengetahui arti dari kurikulum sendiri.
Oleh karena itu, dengan adanya modul ini sekiranya dapat membantu para orang
tua untuk lebih memahami pendidikan anaknya dan ikut terlibat dalam peningkatan
kualitas pendidikan anak.
Menurut

(Hilda Taba, 2013) mengemukan Kurikulum adalah sebuah

rancangan pembelajaran, yang di susun dengan mempertimbangkan berbagai hal


mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu.
Sedangkan Menurut Murray Print Kurikulum didefinisikan sebagai semua
ruang pembelajaran terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga
pendidikan dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu
diterapkan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran
dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Dengan program itu, para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan
tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajran. Dengan kata
lain,

sekolah

menyediakan

lingkungan

bagi

siswa

yang

memberikan

kesempatan untuk belajar. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan


dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum, biasanya disesuaikan dengan maksud
dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksankan. Kurikulum ini diterapkan
dengan maksud untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang
dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum
terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada

kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang
pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang rencana
pembangunan jangka menengah nasional.
Penerapan kurikulum 2013 diimplementasikan adanya penambahan jam
pelajaran, hal tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses pembelajaran
yang semula dari siswa diberi tahu menjadi siswa yang mencari tahu. Selain itu,
akan merubah pula proses penialaiayang semula berbasis output menjadi berbasis
proses dan output.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan
antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal itu sejalan dengan
amanat UU no.20 tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam penjelasan pasal 35:
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar yang telah disepakati.
Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang
telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara terpadu.

D. Struktur Kurikulum SMP dan Beban Belajar


Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
-

Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satuan pendidikan
pada setiap satuan atau jenjang pendidikan

Mata

pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan

pilihan mereka.
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK)
sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7
15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan
SMP.
Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing
38 jam per minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.

Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut:

MATA PELAJARAN
Kelompok A
Pendidikan Agama
1.

ALOKASI WAKTU BELAJAR (jam)


VII

VII

IX

2.

Pendidikan Pancasila dan

3.

Kewarganegaraan
Bahasa
Indonesia

4.

Matematika

5.

Ilmu Pengetahuan Alam

6.

Ilmu Pengetahuan Sosial

7.

Bahasa Inggris

Kelompok B
Seni Budaya (termasuk muatan local*)
1.
2.

Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan

3.

Kesehatan
Prakarya
(termasuk muatan lokal)

38

(termasuk muatan local*)


Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu

Keterangan:
* Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah atau keterampilan prakarya ciri khas
dari daerahnya.
Ekstra Kurikuler SMP/MTs antara lain:
a. Pramuka (Wajib)
b. OSIS
c. UKS
d. PMR
*Kolom berwarna hitam adalah mata pelajaran yang akan dibahas.

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi


lebih kepada aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) sedangkan kelompok
B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan). Seni Budaya dan Prakarya menjadi dua mata pelajaran
yang terpisah. Untuk seni budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan
dengan minat siswa dan kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan
integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya
sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.Disamping itu, tujuan
pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat
kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang
atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi
dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara
E. Karakteristik Peserta Didik
Ditinjau dari teori perkembangan, peserta didik SMP/MTs berada pada
periode perkembangan yang sangat penting dari segala aspek. Mereka mempunyai
perasaan, pikiran, keinginan dan aspirasi yang sangat besar terhadap segala sesuatu
yang ditemuinya. Mereka juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar
(pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk
mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan potensinya).
Berdasarkan tahap perkembangan Piaget, peserta didik SMP berada pada
tahap periode perkembangan operasional formal (umur 11/12-18 tahun). Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis.
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipotetico-deductive dan inductive sudah mulai
dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesis (Budiningsih, 2005). Sebagai upaya memahami
mekanisme perkembangan intelektual, Piaget menggambarkan fungsi intelektual

kedalam tiga perspektif, yaitu: (1) proses mendasar bagaimana terjadinya


perkembangan kognitif (asimilasi, akomodasi, dan equilibirium); (2) cara
bagaimana pembentukan pengetahuan; dan (3) tahap-tahap perkembangan
intelektual. Karena modul ini akan membahas tentang mata pelajaran IPA, maka
perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah
perkembangan aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan
afektif (sikap).
1. Perkembangan Aspek Kognitif (Pengetahuan)
Menurut Piaget, periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang
lebih kurang sama dengan usia peserta didik

SMP, merupakan period of

formal operation. Pada usia ini, yang berkembang pada peserta didik adalah
kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara
bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkret atau bahkan
objek yang visual. Peserta didik

telah memahami hal-hal yang bersifat

imajinatif (Depdiknas, 2006).


Implikasinya dalam pembelajaran IPA

bahwa belajar akan bermakna

kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.
Pembelajaran IPA akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu
menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta
karakteristik peserta didik

sehingga motivasi belajar mereka berada pada

tingkat maksimal.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan
dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (Depdiknas,
2006),

yaitu:

1)

kecerdasan

linguistik

(kemampuan

berbahasa

yang

fungsional), 2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut), 3)


kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada
dan irama), 4) kecerdasan spasial (kemampuan

membentuk

imaji mental

tentang realitas), 5) kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan


gerakan motorik yang halus), 6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk
mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri), kecerdasan

antarpribadi (kemampuan memahami orang lain). Di antara ketujuh macam


kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik keilmuan IPA akan dapat
berkembang pesat dan bila dapat dimanfaatkan oleh guru IPA untuk berlatih
mengeksplorasi

gejala

alam,

baik

gejala

kebendaan

maupun

gejala

kejadian/peristiwa guna membangun konsep IPA.


2. Perkembangan Aspek Psikomotor (Keterampilan)
Aspek psikomotor (keterampilan) merupakan salah satu aspek yang
penting

untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga

melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:


a. Tahap kognitif: tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang
kaku dan lambat. Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar
untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum
melakukan suatu gerakan.
b. Tahap asosiatif: pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu
yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Peserta
didik mulai dapat mengasosiasikan gerakan

yang sedang dipelajarinya

dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap
pertengahan dalam perkembangan psikomotor.
c. Tahap otonomi: pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat
autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun
dia tetap

dapat

memperbaiki

gerakan-gerakan

yang dipelajarinya.

Tahap ini disebut tahap autonomi karena peserta didik sudah tidak
memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan- gerakan.
3. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh pemahaman
tentang perkembangan aspek afektif peserta didik. Ranah afektif tersebut
mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh

setiap

peserta

didik.

Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini
dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori

pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor pribadi yang lebih spesifik
dalam tingkah laku peserta didik

yang sangat penting dalam penguasaan

berbagai materi pembelajaran, yang meliputi hal-hal berikut (Depdiknas, 2006).


a. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada
dirinya sendiri.
b. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
c. Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dan
sebagainya.
d. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan
orang lain.
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang
akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berfikirnya. Guru harus
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif
peserta didiknya, agar ketika mendesain dan melaksakan proses pembelajaran
sesuai dengan tahap perkembangan yang telah dijelaskan diatas. Dengan
demikian, pembelajaran IPA
bermakna (meaningfully).

di SMP menjadi proses pembelajaran yang

F. Pembelajaran
I.

Pemilihan materi
Materi yang akan dibahas sebagai contoh aplikasi kurikulum 2013 yaitu mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas VII BAB 6 tentang Zat Aditif dan
Zat Adiktif.

II.

Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar


Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik pada setiap jenjang,
kelas, atau program. Kompetensi Inti ini terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai
kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau
kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber
pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Berikut merupakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus ditempuh
peserta didik dalam kurun waktu 1 semester.

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang
dianutnya

2. Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam
jangkauan pergaulan
dan keberadaannya

KOMPETENSI DASAR
1.1

Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan


Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan
dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan
serta
mewujudkannya
dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya

1.2

Bertambah
keimanannya
dengan
menyadari
hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan
jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya

2.1

Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin


tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai
wujud implementasi
sikap dalam
melakukan percobaan dan berdiskusi

2.2

Menghargai kerja individu dan kelompok dalam


aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan.

2.3

menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam


aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
penghargaan pada orang yang menjual makanan
sehat tanpa campuran zat aditif yang berbahaya

3. Memahami dan
3.1
menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
3.2
rasa ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
3.3
fenomena dan kejadian
tampak mata

Memahami gerak lurus, pengaruh gaya terhadap


gerak, serta penerapannya pada gerak makhluk
hidup dan gerak benda dalam kehidupan sehari-hari
Mendeskripsikan kegunaan pesawat sederhana
dalam kehidupan sehari-hari serta pada sistem
rangka manusia dan hewan
Mendeskripsikan tentang sifat material dan konsep
gaya yang digunakan dalam konstruksi bangunan,
serta pengaruh material tertentu terhadap kesehatan
manusia

III.

3.4

Memahami sifat fluida dan menerapkannya untuk


menjelaskan transportasi darah dalam sistem
peredaran darah serta transportasi cairan pada
tumbuhan, tekanan osmosis, difusi pada peristiwa
respirasi serta penerapan dalam kehidupan seharihari

3.5

Memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan


pendengaran, serta penerapannya dalam sistem
sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari

3.6

Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan


bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan
penglihatan manusia, struktur mata pada hewan, dan
prinsip kerja alat optik

Model Pembelajaran
Untuk mendukung kegiatan pembelajaran agar berhasil mencapai tujuannya
diperlukan model pembelajaran. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Karena karakteristik pembelajaran IPA yang cenderung pada kegiatan
berpikir, bernalar, percobaan, mengukur, menginterpretasikan data, memprediksi dll,
maka model pembelajaran yang cocok yaitu pembelajaran berbasis inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan siklus belajar.
Berikut adalah penjelasan dari setiap model pembelajarannya.

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan


pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir sistematis. Pembelajaran inkuiri
bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual
(kecapakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir refletif.
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang diawali dengan
penyajian masalah yang dirancang dalam konteks relevan dengan materi yang
dipelajari, sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam pembelajaran ini
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan
memahaminya.
Siklus belajar adalah pembelajaran dengan tahapan yang diatur
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi- kompetensi
yang harus dicapai dengan ikut serta berperan aktif. Siklus belajar menekankan
pada proses penyelidikan peserta didik untuk menyelidiki pengetahuan ilmiah
melalui keterampilan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman
belajar. Siklus belajar mengarahkan agar peserta didik menemukan sendiri informasi
atau pengetahuan yang diharapkan. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik benarbenar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, bekerja memecahkan
masalah, dan menemukan ide-ide baru.
IV.

Pembahasan
ZAT ADITIF DAN ZAT ADIKTIF
Pada bab ini yang menjadi fokus utama pembelajaran adalah mengenai
zat aditif dan zat adiktif. Dimana peserta didik akan diajarkan tentang
mengenali zat aditif dan zat adiktif, macam-macam zat aditif (alami dan buatan)
dan zat adiktif, efek atau dampak mengonsumsi zat aditif (alami dan bauatan)
dan zat adiktif bagi kesehatan tubuh. Dalam bab ini akan dibahas melalui
beberapa tahap pembelajaran yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba,

dan mengkomunikasikan.
Berikut ini merupakan Kompetensi Inti, Kompetensi asar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi Bab VI tentang Zat Aditif dalam Makanan dan Zat
Adiktif.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
Kompetensi

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

Inti

budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata


3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam

Kompetensi

makanan dan minuman (segar dan dalam kemasan), dan

Dasar

zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya terhadap


kesehatan

Indikator Pencapaian Kompetensi


3.7.1 Dapat menyebutkan contoh bahan aditif pada makanan
3.7.2 Menjelaskan fungsi penggunaan bahan aditif dalam makanan
3.7.3 Menjelaskan solusi pengganti bahan aditif
3.7.4 Menjelaskan macam dan efek penggunaan bahan adiktif bagi
kesehatan
Mengolah,
menyaji, dan
menalar
dalam ranah konkret
3.7.5 Menjelaskan4.pengaruh
psikotropika
terhadap
kesehatan
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
Kompetensi

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

Inti

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang


sama dalam sudut pandang/ teori
4.7 Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan

Kompetensi

ide pemecahan masalah untuk menghindari

Dasar

terjadinya penyalahgunaan zat aditif dalam makanan


dan minuman serta zat adiktif-psikotropika
Indikator Pencapaian Kompetensi

4.7.1. Menyajikan informasi jenis-jenis bahan aditif yang dipakai


pada suatu produk makanan
4.7.2. Mengusulkan ide pengganti bahan aditif tertentu yang lebih
aman bagi kesehatan
4.7.2. Mengusulkan ide pemecahan masalah peredaran zat adiktif
psikotropika di Indonesia

Berikut adalah pembagian materi pembelajaran tiap pertemuan dan


alokasi waktunya.
Pertemuan ke
1

Mater
Zat Aditif
i
Uji pewarna tekstil pada bahan makanan
Zat Aditif
Berbagai macam bahan aditif yang sering dipakai
pada produk makanan
Mendaftar nama-nama bahan aditif pada suatu
produk bahan makanan
Klasifikasi bahan aditif pada suatu produk bahan
Makanan
Bahan adiktif yang sering dikonsumsi, narkotika,
dan psikotropika
Analisis artikel tentang peredaran psikotropika
di Indonesia dan efek penggunaan
Tespsikotropika
Tulis
pada manusia

Pertemuan pertama. Zat Aditif : Uji pewarna tekstil pada bahan makanan
Pada pertemuan ini peserta didik diajarkan untuk menguji bahan pewarna
tekstil yang terkandung dalam makanan dan minuman.
a. Mengamati
Awalnya peserta didik diarahkan untuk membaca dan mengamati buku
pegangan mata pelajaran IPA tentang bahan zat aditif pada makanan. Guru akan
memberikan penjelasan dari contoh-contoh nyata dengan mengajukan

pertanyaan yang mampu merangsang keaktifan peserta didik. Contohnya apakah


kalian suka menggunakan saos saat makan bakso? Menurut kalian saos tersebut
berwarna merah secara alami ataukah ditambah bahan pewarna? Setelah siswa
menjawab maka dapat dilanjutkan pertanyaan, apakah bahan makanan yang
diberi zat pewarna itu aman?
b. Menanya
Setelah dijelaskan uraian materi, peserta didik dipersilahkan untuk menanyakan
apa-apa yang kurang paham. Selain itu, guru akan memberikan penugasan
dengan membuat kelompok diskusi kecil untuk melakuakan kegiatan
penyelidikan tentang Pewarna tekstil pada bahan makanan dan minuman yang
dilakukan di Laboratorium. Dengan alat dan bahannya adalah 1) Bahan
makanan berpewarna yang akan di uji (saus tomat, cincau, cendol, dan lain-lain)
masing masing 50 gram; 2) Air 50 ml; 3) Pistil dan mortar; 4) Pipet; 5) Benang
wol; 6) Kaki tiga; 7) Kawat kasa; 8) Pemanas Bunsen/lampu spirtus; 9) Gelas
beker (gelas kimia); 10) Deterjen.
c. Menalar dan mencoba
Melalui petunjuk guru, peserta didik melakukan uji coba kandungan bahan
makanan. Dalam melakukan praktek peserta didik harus menganalisis,
mendiskusikan, dan membandingkan setiap bahan makanan yang diuji. Peserta
didik diminta untuk membuat suatu simpulan dan terapan dari kegiatan uji coba
tersebut.
d. Mengkomunikasikan
Peserta didik beserta kelompoknya memaparkan hasil diksusi mereka tentang
hasil uji coba kandungan pewarna tekstil dalam bahan makanan yang berupa
simpulan, terapan, serta tabel perbandingan.
e. Penutupan
Setiap selesai membahas suatu materi guru akan menutup pembelajaran. Pada
akhir pembelajaran guru memberikan penugasan untuk memperlajari materi
selanjutnya dan membawa kemasan bahan makanan yang disukai mereka yang
mengandung bahan aditif guna percobaan pada pertemuan selanjutnya.

Peran orang tua : Orang tua menanyakan tentang apa saja kegiatan anak yang dilakukan
selama di sekolah, materi apa saja yang dipelajari. Kemudian orang
tua mengarahkan anak untuk mengulas kembali materi yang telah
dipelajarinya selama di sekolah.
Pertemuan Kedua.
Pada pertemuan ini peserta didik masih akan membahas tentang zat aditif
namun dengan uraian materi yang berbeda. Materi yang akan dibahas adalah :
-

Berbagai macam bahan aditif yang sering dipakai pada produk makanan

Mendaftar nama-nama bahan aditif pada suatu produk bahan makanan

Klasifikasi bahan aditif pada suatu produk bahan makanan

a. Mengamati
Pada awal pembelajaran siswa telah membaca dan mengamati buku pegangan
mata pelajaran IPA tentang materi selanjutnya yaitu membahas tentang berbagai
macam bahan aditif yang sering dipakai pada produk makanan, daftar namanama bahan aditif, dan mengklarifikasi bahan aditif. Guru menghubungkan
materi kedua ini dengan materi pertama tentang bahan aditif dalam makanan.
Kemudian guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan ini yaitu mengidentifikasi berbagai macam bahan aditif pada produk
makanan.
b. Menanya
Setelah dijelaskan uraian materi dan kegiatan yang akan dilakukan, peserta didik
dipersilahkan untuk menanyakan apa-apa yang kurang dipahami. Selanjutnya
guru akan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk melakukan
kegiatan diskusi tentang manfaat zat aditif bagi kesehatan dan solusi pengganti
MSG (Monosodium Glutamat/biasa disebut micin atau vetsin).
c. Menalar dan mencoba
Berdasarkan arahan dari guru, secara berkelompok peserta didik mendata namanama bahan aditif yang terdapat pada kemasan produk (penugasan sebelumnya).
Kemudian peserta didik mengisi kolom yang telah tersedia di buku

pegangannya. Peserta didik menganalisis kegunaan dari zat aditif, nama zat
aditif dalam makanan dan minuman, dan dampak negative serta pencegahnya.
Setelah itu peserta didik melanjutkan analisisnya mengenai bahan pengganti
peran MSG (Monosodium Glutamat/biasa disebut vetsin atau micin) yang tidak
berbahaya bagi kesehatan.
d. Mengkomunikasikan
Peserta didik beserta kelompoknya memaparkan hasil diksusi analisis mereka
tentang manfaat zat aditif bagi kesehatan dan solusi pengganti MSG yang
berupa simpulan, terapan, serta tabel daftar nama bahan aditif dalam produk.
e. Penutup
Guru akan menyempurnakan hasil simpulan dari peserta didik. Kemudian
memberikan penugasan untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu zat adiktif.
Peran Orang tua : Orang tua menanyakan tentang apa saja kegiatan anak yang dilakukan
selama di sekolah, materi apa saja yang dipelajari. Kemudian orang
tua mengarahkan anak untuk mengulas kembali materi yang telah
dipelajarinya selama di sekolah.

Pertemuan Ketiga.
Pada pertemuan ini peserta didik akan membahas tentang zat adiktif. Materi
yang akan dibahas diantaranya adalah :
-

Bahan adiktif yang sering dikonsumsi (bukan narkotika, psikotropika), narkotika,


dan psikotropika

Analisis artikel tentang peredaran psikotropika di Indonesia dan efek penggunaan


psikotropika pada kesehatan

a. Mengamati
Pada awal pembelajaran siswa telah membaca dan mengamati buku pegangan
mata pelajaran IPA tentang materi selanjutnya yaitu bahan adiktif yang sering
dikonsumsi, narkotika, dan psikotropika. Selanjutnya guru akan mengapresiasi
sebuah pertanyaan seperti apakah ada diantara kamu yang pernah menjumpai
orang yang akan merasa pusing atau tidak enak badan ketika satu hari saja tidak

merokok atrau minum kopi? Kenapa orang tersebut dapat mengalami gejalagejala yang tidak menyenangkan tersebut?
Setelah itu peserta didik akan diberikan sebuah artikel tentang peredaran
narkotika di Indonesia.
b. Menanya
Setelah dijelaskan uraian materi dan kegiatan yang akan dilakukan, peserta didik
dipersilahkan untuk menanyakan apa-apa yang kurang dipahami. Selanjutnya
guru akan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk melakukan
kegiatan diskusi terkait artikel tentang peredaran narkotika di Indonesia.
c. Menalar dan mencoba
Peserta didik dan kelompoknya berdiskusi tentang isi dari artikel tersebut.
Kemudian peserta didik menganalisis pertanyaan yang diberikan guru seperti
mengapa orang yang mengedarkan narkoba tersebut harus ditangkap? Dan apa
sebenarnya kerugian penggunaan narkoba sehingga pelaku pengedarnya
harus diamankan oleh pihak yang berwenang? Serta apa efek penggunaan
narkotika bagi kesehatan?
Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut peserta didik dituntut untuk mampu
berfikir secara kritis dan mengolah analisisnya mengenai permasalahan yang
terdapat pada artikel.
d. Mengkomunikasikan
Setiap pertemuan peserta didik diajak untuk berperan aktif dan memiliki jiwa
pemberani

untuk

menyampaikan

pendapatnya.

Dengan

adanya

tahap

mengkomunikasikan peserta didik harus menyampaikan baik hasil diskusinya,


hasil temuanya, maupun hasil analisisnya terhadapa suatu pokok permasalahan
yang disertain dengan simpulan dan terapan.
e. Penutup
Guru mengakhiri pertemuan pada hari itu dengan memberikan simpulan dari materi
yang telah dibahas.
Peran Orang tua : Orang tua menanyakan tentang apa saja kegiatan anak yang dilakukan
selama di sekolah, materi apa saja yang dipelajari. Kemudian orang
tua mengarahkan anak untuk mengulas kembali materi yang telah

dipelajarinya selama di sekolah. orang tua menjelaskan anak terhadap


efek atau dampak penggunaan bahan adiktif bagi kesehatan.
V.

Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memeroleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan guru selama dan
diakhir pembelajaran dengan menggunakan berbagai cara. Dalam materi ini
penilaian yang akan diberikan kepada peserta didik adalah:
1. Jenis/teknik penilaian: tes tulis, pengamatan sikap, dan keterampilan.
2. Bentuk instrumen dan instrumen: lembar tes tulis berbentuk pilihan
ganda dan essay dengan soal-soal yang dapat diambil di buku pegangan
peserta didik atau dikembangkan oleh guru sendiri. Sikap dan keterampilan
Peserta didik dapat dinilai oleh guru selama proses pembelajaran, dengan
menggunakan format-format yang disesuaikan dengan sikap dan keterampilan
yang dinilai.
No

KD

2.2

3.7.

Indikator Pencapaian
3.7.1 Dapat menyebutkan
contoh bahan aditif pada
makanan
3.7.2 Menjelaskan
fungsi penggunaan
bahan aditif dalam
makanan
3.7.3 Menjelaskan solusi
pengganti bahan aditif
3.7.4 Menjelaskan macam
dan efek penggunaan bahan
adiktif bagi kehidupan
3.7.5
Menjelaskan
peredaran narkotika
dan psikotropika di
Indonesia

Teknik
Pengamatan sikap

Tes tulis

3.7.6 Memberikan solusi


bagi pecandu narkotika dan
psikotropika
3

VI.

4.7

4.7.1 Menyajikan data


kandungan zat aditif yang
tertera pada berbagai
kemasan makanan yang ada
di sekitar

Tes unjuk kerja

Interaksi Dengan Orang Tua


Komunikasi dengan orang tua dapat menggunakan buku penghubung yang
memfasilitasi komunikasi yang baik antara sekolah/guru dengan orang tua peserta
didik. Buku penghubung ini juga bermanfaat membangun kerjasama pihak sekolah
dengan orang tua dalam membantu keberhasilan peserta didik. Buku penghubung
ini memuat hari/tanggal, matapelajaran, materi/topik, bentuk tugas, tanda tangan
orang tua.
Contoh Lembar Monitoring Orang Tua
Hari/
Mata-PeTanggal lajaran

Materi/
topik

Bentuk
Tugas

Tanda
Tangan
Guru

Komentar
Orangtua

Tanda Tangan Orang


Tua

Bentuk lain interaksi dengan orangtua yaitu membangun keterlibatan


orangtua dalam tugas-tugas sekolah para siswa. Guru dianjurkan menyusun tugas
untuk siswa yang dapat melibatkan orangtua dalam kegiatan-kegiatan bersama
siswa, disesuaikan dengan materi-materi yang dapat dipelajari siswa. Sekolah
juga dapat melibatkan orangtua dalam proses belajar siswa secara terprogram.

G. Evaluasi Modul

Anda mungkin juga menyukai