Anda di halaman 1dari 6

TERJEMAHAN JURNAL

Tuli Sensorineural Disebabkan Mutasi dari Dua Alel


Gen GJB dan SLC26A4
Oleh: Shasha Huang, Dongyi Han, Guojian Wang, Yongyi Yuan,
Yueshuai Song, Mingyu Han, Zhengyi Chen, Pu Dai

Abstrak
Latar Belakang
Kebanyak studi etiologi molekuler dari tuli sensorineural mendeskripsikan tuli sebagai penyakit
monogenik yang mencakup mutasi dua alel pada pasien dengan ketulian autosomal resesif.
Peneliti melaporkan kasus tuli genetic autosomal resesif pertama pada pasien enlarged
vestibular aqueduct syndrome (EVAS) dengan mutasi bi alel pada dua gen tuli.
Metode:
Dilakukan pemeriksaan Computed Tomography (CT) Temporal, pemeriksaan fisik dan otoskopi,
pemeriksaan audiologi, antara lain: timpanometri, pure tone audiometry atau auditory steady
state response (ASSR). Exon 2 dari GJB2 dan ekson koding dari SLC26A4 di-sekuens.
Hasil:
Seorang pasien dengan enlarged vestibular aqueduct ditemukan mutasi campuran heterozigot
c.1229C>T/ c.1079C>T pada SLC26A4. Pasien ini juga mengalami mutasi campuran
heterozigot c.257C>G/ c.299-300de/AT pada GIB2. Akibat mutasi ini tingkat resiko rekurensi
pada saudara pasien tuli autosomal resesif meningkat secara signifikan dari 25% menjadi
43,75%.
Kesimpulan:
Penemuan pada penelitian ini menantang strategi diagnostik tradisional yang mana
pemeriksaan dilakukan dengan identifikasi mutasi double alel pada satu gen, dengan
implikasi signifikan pada konseling genetik dan prediksi resiko. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan teknik sequencing baru, dimungkinkan untuk mengecek semua gen ketulian
yang diketahui sehingga konseling genetic pada pasien lebih akurat.

Pendahuluan
Gangguan pendengaran merupakan gangguan neurosensoris yang sering dialami pada
manusia, dengan angka kejadian 1 dari 300 sampai 1 dari 1000 anak kecil, dan kurang lebih
separuh kasus disebabkan oleh defek genetic. Komponen genetik mendasari ketulian baik
dengan gejala maupun tanpa gejala dengan variasi heterogenisitas. Ketulian tanpa gejala
terjadi pada 60 70% kasus dari gangguan pendengaran yang diturunkan, dengan autosomal
resesif menjadi bentuk yang paling sering. Pada banyak etnis, penyebab tersering dari tuli
sensorineural tanpa gejala dikaitkan dengan mutasi pada gen GJB2, SLC26A4, atau 12s rRNA

mitokondria. Tuli sensorineural dianggap sebagai penyakit monogenic yang mana gangguan
inaktivasi dari satu gen cukup untuk menyebabkan penyakit.
Pemeriksaan yang dilakukan selama ini adalah mendeteksi mutasi alel dobel (mutasi campuran
homozigot atau heterozigot) pada satu gen untuk membuat diagnosis akhir.
Peneliti melaporkan satu pasien enlarged vestibular aqueductus syndrome (EVAS) dengan
mutasi gabungan dari SLC26A4 dan GJB2. Hasil penelitian menunjukkan kompleksnya etiologi
dari gangguan pendengaran yang membutuhkan langkah tambahan untuk mendeteksi mutasi
yang mendasari untuk meningkatkan konseling genetic dan prediksi resiko.
Alat dan Bahan
Seorang anak laki laki ras Cina berumur 12 tahun dengan gangguan pendengaran
sensorineural diperiksa di bagian THT Chinese PLA General Hospital. Anak tersebut
mengalami gangguan pendengaran prelingual tanpa ciri fluctuant dan tidak ada goiter. Anak
tersebut dapat berkomunikasi dengan kata kata sederhana sebelum terdiagnosis gangguan
pendengaran pada usia 2 tahun. Pemeriksaan Computed Tomography menunjukkan adanya
enlarged vestibular aqueduct (EVA) bilateral (Gambar 2). Anggota keluarga lain dari anak
tersebut mempunyai pendengaran normal. Pemeriksaan fisik lengkap dan otoskopi lengkap
serta pemeriksaan audiologis dilakukan, termasuk pure tone audiometry dan tympanometry.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita goiter atau gangguan organ lain.
Setelah mendapat informed consent, penelitian dilakukan sesuai dengan protokol yang diterima
oleh Komite Etik dari Rumah Sakit Chinese PLA General Hospital. DNA diambil dari leukosit
darah tepi menggunakan kit ekstraksi DNA komersial (Watson Biotechnology Inc., Sanghai,
China). Analisis sekuens DNA dari gen GJB2 dan SLC26A4 dilakukan dengan amplifikasi
Polymerase Chain Reaction (PCR) dari coding exon plus kurang lebih 50 100 bp dari daerah
ujung intron menggunakan primer yang dijelaskan sebelumnya. Campuran reaksi terdiri dari
100 ng DNA, 1,5 unit DNA Taq polymerase, 200 m dNTPs, 3 pmol tiap primer reverse dan
forward, dan 2,5 L dari 10x buffer (mengandung 2,5 mM MgCl2), dan larutan campuran reaksi
final dibuat dengan ddH2O sampai 25 L. Exon dari gen diamplifikasi sesuai dengan kondisi
PCR. Produk amplifikasi PCR disekuens dan dianalisa menggunakan mesin sekuens DNA ABI
3130 dan software analisis ABI 3130 sesuai dengan petunjuk pabrik.
Untuk membandingkan tingkat pendengaran pasien dengan pasien lain dengan mutasi yang
identic, peneliti menyeleksi 33 pasien EVAS dengan mutasi heterozigot campuran p.T410M dan
c.919-2A A>G (27 kasus) atau mutasi heterozigot campuran p.A360V dan c.919-2A A>G (6
kasus), mutasi heterozigot campuran p.T86R dan c235delC (20 kasus) atau mutasi heterozigot
campuran p.T86R dan c.299 300 delAT (3 pasien) sebagai sebagai kelompok kontrol.

Hasil
Hasil analisis menunjukkan adanya mutasi heterozigot campuran untuk C.257C>G (p.T86R)
dan c.299-300 delAT dari proband gen GJB2 dan c.1229C>T (p.T410M) dan c.1079C>T
(p.A360V) dari proband gen SLC26A4.

Ayah pasien membawa ibu dari pasien membawa mutasi c.299-300delAT pada GJB2 dan
p.A360V pada SLC26A4 dan ibunya membawa mutasi p.T86R pada GJB2 dan p.T410M pada
SLC26A4. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua orang tuanya secara kebetulan merupakan
carrier mutasi GJB2 dan SLC26A4 tetapi dengan pendengaran normal (Pure Tone Audiometri
dari orang tua pasien: 11,25 dB HL dan 12,5 dB HL) dan hasil CT (Gambar 2).
Pola dan derajat keparahan dari gangguan pendengaran pada 33 pasien EVA dengan mutasi
p.T410M atau p.A360V dan 23 pasien dengan mutasi heterozigot campuran p.T86R dan c.299
300 delAT (atau p.T86R dan c.235delC) dibandingkan dengan hasil mutasi dari pasien (grafik
1). Beratnya gangguan pendengaran pada kohort kontrol dengan GJB2 dan SLC26A4
mempunyai rentang luas dari tuli moderate sampai sangat berat.

Diskusi
Dengan memperhatikan etiologi molekuler dari gangguan pendengaran sensorineural, ketulian
dianggap sebagai penyakit monogenic termasuk mutasi dobel alel (mutasi heterozigot
campuran maupun homozigot pada satu gen pada tuli autosomal resesif. Terkadang pola
penurunan digenik dihipotesiskan sebagai penyebab dari gangguan pendengaran pada pasien

dengan ko-eksisten mutasi heterozigot pada dua gen. Sifat poligenik dan patogenesis interaksi
gen lingkungan mendasari banyak penyakit antara lain diabetes dan kanker kolorektal.
Namun demikian telah dilaporkan adanya mutasi dobel (mutasi bialel pada dua gen yang
berbeda) pada pasien dengan ketulian dan penyakit turunan tipikal lainnya). Hanya penelitian
oleh Minami et al. yang melaporkan pasien yang mengalami mutasi patogenik heterozigot
campuran dari GJB2 (V371 dan R143W) dan heterozigot patogenik dari WSF1 (R859,
bertanggung jawab untuk gangguan pendengaran dominan). Berdasarkan gangguan
pendengaran flat yang terlihat pada individu dengan mutasi GJB2 homozigot tanpa mutasi
WFS1 dan individu dengan mutasi heterozigot WSF1 menunjukkan gangguan pendengaran
frekuensi rendah. Penelitian ini menunjukkan individu tersebut menunjuukkan fenotip GJB2.
Penelitian ini menunjukkan dasar molekuler dari gangguan pendengaran yang disebabkan
mutasi dari dua gen yaitu GJB2 dan SLC26A4 pada pasien yang sama. Frekuensi dari kasus ini
sangat rendah, pasien ini adalah satu satunya kasus yang dilaporkan tentang mutasi bi alel
pada GJB2 dan SLC26A4 dari total 5964 pasien gangguan pendegaran konsekutif yang tidak
terkait yang dilakukan pemeriksaan mutasi GJB2 dan SLC26A4.
EVA adalah salah satu yang paling sering diamati radiografi anomali dari telinga bagian dalam .
Hal ini biasanya bilateral dan sering terkait dengan malformasi lain dari telinga bagian dalam .
Eva memiliki telah kausal dikaitkan dengan mutasi pada gen transporter anion SLC26A4 , yang
mengkode protein Pendrin [ 18 ] . berbagai mutasi pada Pendrin diketahui menyebabkan Eva,
termasuk p.T410M dan p.A360V [19,20]. Untuk GJB2, mutasi c.299-300delAT memiliki telah
dikonfirmasi sebagai salah satu mutasi yang paling umum yang terkait dengan tuli pada
populasi Cina [7,21] dan di tempat lain [22,23]. Patogenesis mutasi p.T86R di GJB2 telah
dikonfirmasi sebelumnya di Jepang [24] dan kohort Korea [25,26]. Dengan demikian, pasien
dilaporkan di sini dilakukan mutasi pada SLC26A4 tersebut dan gen GJB2 yang diketahui
menyebabkan gangguan pendengaran.
Kami sebelumnya diidentifikasi 33 pasien Eva dengan p.T410M atau mutasi p.A360V dan 23
dengan p.T86R dan c.299-300delAT (atau p.T86R dan c.235delC) mutasi heterozigot senyawa.
Itu pola dan tingkat keparahan gangguan pendengaran pada pasien ini adalah sebanding
dengan orang-orang pada pasien kami (lihat contoh pada Gambar. 1), The keparahan
gangguan pendengaran dalam kohort kontrol dengan GJB2 dan SLC26A4 sangat luas, dari
sedang sampai sangat berat tuli. Hal ini tidak mungkin untuk mengekstrak kesimpulan yang
berarti mengenai efek aditif pada pasien yang menunjukkan bahwa SLC26A4 bersifat bialel dan
mutasi GJB2 pada pasien ini mungkin tidak memiliki efek aditif pada pendengaran; yaitu,
gangguan pendengaran mungkin tidak lebih parah daripada yang disebabkan oleh SLC26A4
atau Mutasi GJB2 saja. Mekanisme yang mendasari pengamatan ini tidak diketahui. Ada
kemungkinan bahwa GJB2 dan SLC26A4 fungsi independen dengan sedikit interaksi antara
mereka. Atau, waktu efek mereka mungkin berbeda, sehingga GJB2 lebih menonjol dalam
perkembangan awal, sedangkan efek SLC26A4 terjadi kemudian. Hilangnya pendengaran pada
pasien ini dapat menjadi semakin buruk dengan usia. Selanjutnya, penting untuk dicatat bahwa
Pasien ini bisa dihadapkan dengan gangguan pendengaran yang progresif atau bahkan tuli
yang mendalam karena saluran air vestibular diperbesar di kemudian hari.
Dalam pewarisan Mendel, autosomal resesif khas sensorineural gangguan pendengaran
disebabkan oleh mutasi mempengaruhi baik alel dari satu gen, sehingga menimbulkan risiko
berulang 25% di saudara dari pasien. Namun, jika dua gen independen terlibat, sidang

penurunan rasio fenotipik 1: 16/3: 16 / 3: 16/9: 16 diharapkan. Dalam pasien kami, gangguan
pendengaran
disebabkan oleh mutasi bersifat bialel di GJB2 dan SLC26A4, kualifikasi mereka sebagai dua
sifat independen. Dengan demikian, kami memperkirakan risiko berulang gangguan
pendengaran pada saudara kandung pasien (Gambar. 3) oleh pola warisan mereka dari kedua
gen mutan menjadi 1 / 16 (6,25%) dengan mutasi bersifat bialel di GJB2 (p.T86R dan c.299300delAT) dan SLC26A4 (p.T410M dan p.A360V); 3/16 (18,75%) oleh mutasi bersifat bialel di
GJB2 (p.T86R dan c.299-300delAT); 3/16 (18,75%) dengan mutasi bersifat bialel dalam
SLC26A4 (p.T410M dan p.A360V); dan 9/16 (56.25%) dengan pendengaran normal. Dengan
demikian, Risiko berulang untuk saudara pasien adalah 43,75%, dibandingkan dengan 25% di
autosomal resesif khas tuli. Analisis kami, Oleh karena itu, memiliki implikasi yang lebih luas
untuk meningkatkan genetic konseling dan prediksi resiko. Sejumlah besar gen dan mutasi
telah dikaitkan dengan tuli. Semua kasus autosomal resesif sensorineural gangguan
pendengaran dilaporkan to-date disebabkan oleh salah satu bersifat bialel mutasi pada gen tuli
tunggal atau mutasi digenik di mana mutasi tunggal ditemukan dalam dua gen. Di sini, kami
melaporkan pertama kasus autosomal resesif tuli genetik akibat bersifat bialel mutasi pada dua
gen ketulian. Temuan kami akan menantang Strategi diagnostik tradisional skrining mutasi
patogen, di mana pengujian umumnya dianggap lengkap pada identifikasi mutasi ganda alel
dalam satu gen, dengan prediksi risiko berulang meningkat pada saudara kandung. Dengan
kemajuan pesat dalam teknologi sequencing, mungkin menjadi mungkin dan perlu di waktu
dekat untuk menguji semua gen ketulian, untuk memberikan lebih akurat konseling genetik
untuk pasien berdasarkan komprehensif genetic informasi yang berkaitan dengan patogenesis
gangguan pendengaran. di
Selain itu, individu dengan mutasi bersifat bialel patogen dalam dua atau gen mungkin menjadi
kandidat yang baik untuk mempelajari interaksi di mana produk-produk dari dua gen
berpartisipasi dalam sama jalur dan bagaimana efek pada sidang.

Anda mungkin juga menyukai