Anda di halaman 1dari 3

Resume Buku Membentuk Karakter Cara Islam M.

Annis Matta
Oleh : Wahyudi*

Tak dapat dipungkiri lagi bahwasanya sekarang merupakan masa-mas yan amat rusak yang
penuh dengan qhodoyah-qhodoyah yang terjadi dalam tubuh umat. Baik itu yang memang
menjadi masalah yang selalu ada maupun yang kontemporer. Salah satunya menyerang
moral/karakter pada diri umat manusia yang menimbulkan ketegangan global antarmasyarakat
manusia dan tiada lagi rasa aman bagi diri manusia tersebut, kemudian masalah ini menyebarkan
perasaan pesismisme pada individu-individu yang merasa teranealisasi dari masyarakat. Tidak
hanya itu, krisis moral ini menghilangkan kesimbangan antar politik, sosial, ekonomi, budaya
yang pada akhirnya mengancam peradaban umat manusia dan tidak sedikit fenomena ini
menampilkan banyak sekali kasus-kasus yang kita lihat pada media informasi terkait
pembunuhan, perceraian, bunuh diri, kriminalitas, narkoba, aborsi dan sebagainya.
Namun semua itu pastilah ada jalan keluarnya, karena Allah SWT memberikan peluang itu
sendiri dan berbagai macam cara untuk memperbaikinya dengan ruh dakwah. Hal ini dapat kita
teladani pada sesosok sahabat Rasulullah yang mulia, Umar Bin Khatab ra. dimana kehidupanya
dapat berubah 180 derajat dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang karena hidayah
dariNya sebagaimana dikatakan dalam QS. An Nuur (40), bahwasanya kalau saja bukan Allah
yang memberikan cahaya petunjuk dari Allah SWT maka tidak sedikitpun dia akan mendapat
petunjuk.
Islam memiliki misi dan visi yang sangat luar biasa dalam perkara akhlak. Rasulullah SAW juga
mengatakan bahwa orang yang paling beliau cintai dan akan duduk terdekat dalam majelis pada
hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan inti tugas Rasulullah SAW ialah
bagaiamana menyempurnakan akhlak sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Malik ra.
Sesungguhnya aku diuttus hanya untuk menyempurnakan akhlak
Orang yang paling baik akhlaknya pun dikatakan paling sempurna imanya oleh Rasul dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Hurairah.
Dalam Al quran sering kali kita menemukan ayat yang menyebutkan dan
menggadengkan antar iman dan amal shalih dimana bila kita tadabburi dengan seksama kedua
hal inipun pada akhirnya akan menghasilkan akhlak. Dan perbandinganyapun akan berbanding
lurus, semakin baik iman dan amal shalih seseorang niscaya semakin baik pula akhlaknya.
Akhlak dalam islam tidak hanya sebatas hubungan antara manusia dengan manusia
dengan manusia dan dengan lingkungan serta diri sendiri, namun juga dengan Allah SWT.
Akhlak mencakup seluruh wilayah kepribadian manusia mulai dari pemikiran, keyakinan, hatti
dan jiwa. Dan dalam dimensi kehidupan terdapat akhlak individu dan akhlak sosial. Begitu juga

pada sektor kehidupan manusia yaitu akhlak dalam berpolitik, sosial, ekonomi dan
militer(perang/damai). Inilah hasil dari kumpulan nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan yang
terdapat pada kalimat Laa Ilaaha Illallah.
Islam meletakan nilai moralnya dalam tiga konteks yaitu akal-dapat memahami salah
atau benar-, hati-dasar fitrah dan nurani yang dapat menilai kebaikan dan keburukan-,
dzauq(citarasa) yang dapat menilai antara keindahan dan keburukan. Penilaian-penilaian dalam
islampun tidak mengedepankan tiga kemampuan tersebut saja yang ada pada diri manusia.
Tetapi dimulai dari pembenaran yang bersumber dari Al quran dan As Sunnah.
Kita juga harus mengetahui akar-akar dari akhlak yang tercela yang merupakan kebalikan
akhlak terpuji. Ibnul Qayyim menyebutkan terdapat dua akar penyakit akhlak yang melahirkan
akhlak tercela, ialah Syubhat dan Syahwat. Penyakit syubhat biasanya timbul dari kedangkalan
ilmu yang merupakan bentuk dari lemahnya akal. Sedangkan syahwat timbul dari lemahnya
kemauan akan kebaikan dan kuatnya kemauan akan kejelekan yang merupakan bentuk dari
lemahnya jiwa.
Kita memahami bahwa tindakan kita ada yang berasal dari proses sadar dan yang berasal
dari ketidaksadaran/refleks.dari kedua bentuk tindakan ini yang pasti akan kuta
pertanggungjawabkan kepada Allah SWT adalah ketika dalam keadaan sadar. Dan untuk dalam
keadaan tidak sadar terkadang tercemin dari jiwa kita entah itu ketika tidur, bahkan dalam
keadaan gila. Ada beberapa faktor internal pembentuk tindakan sadar kita, yaitu insting biologis,
kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran kemudian faktor eksternalnya adalah lingkunga
keluarga, sosial, masyarakat dan pendidikan. Islam agama yang sempurna sendiripun telah
memberikan porsi yang seimbang terhadap dua faktor diatas, yaitu akhlak fikriyah(bawaan) dan
akhlak muktasabah(lingkungan).
Dalam perkembanganya, akhlakpun memiliki fase-fase yang berbeda dalam setiap
pertambahan umur manusia yang terpengaruh dari unsur fisik dan unsur akal manusia itu sendiri.
Maka dari pada itu tahapan-tahapan yang ada dalam perkembangan perilaku ini menjadi sangat
penting untuk dipahami terutama untuk tujuan-tujuan tarbiyah(pendidikan) dan pengembanga
terarah.
Kita dapat melihat bahwa dari akal maka tumbuh sifat memilih kemudian pikiran yang
dipilih menjadi sebuah visi, begitu pula hati akan memutuskan terkait apa yang dirasakan dan
kemudian menjadi mental dan begitu pula pada fisik yang melakukan yang akhirnya itub
menjadi sebuah sikap yang lambat laun menjadi karakter orang tersebut. Sehingga untuk
membentuk kepribadian islam memiliki proses dimana kepribadian akan terbentuk setelah
mengikuti beberapa proses sebagaimana proses di atas.
Adapun metode dalam mengubah karakter menurut nilai-nilai yang sesuai dengan islam
ialah :

Melakukan perbaikan cara berpikir(terapi kognitif).

Melakukan perbaikan dalam cara merasa(terapi mental).

Melakukan perbaikan dalam cara berperilaku(terapi fisik).

Adapun mekanisme dari ketiga metode ini secara singkat adalah sebagai berikut :
-

Terpai kognitif

pengosongan  pengisian  kontrol  doaa


-

Terapi mental

Pengarahan  penguatan  kontrol  doa


-

Terapi fisik

Atur gizi+olahraga+istirahat+cek kesehatan+doa

*) Mahasiswa/ADK UIN Maliki Malang Jurusan Teknik Informatika 07

Anda mungkin juga menyukai