Tuberkulosis
Tuberkulosis
A.
PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari
penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh
bakteriMycobacterium
Tubercolosis. Bakteri
ini
lebih
sering
(dipertimbangkan)
oleh
pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
dokter
untuk
diberi
ekstra-paru
dibagi
berdasarkan
pada
tingkat
keparahan
penyakitnya, yaitu:
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
o Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
o Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
o Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
o Kasus setelah gagal (failure)
ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kumanMyobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5.
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit
kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup
sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang
semula
memfagositasi
malah
kemudian
disenanginya
karena
banyak
PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kumankuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakankompleks
Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial.
Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui
getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening
akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada
berbagai
organ
lain.
Jenis
penyebaran
ini
dikenal
sebagai
penyebaran
MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa
tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6.
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
Diagnosis
TB
Paru
pada
orang
dewasa
ditegakkan
dengan
dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadangkadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke
kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal
dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah
normal lagi.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang sudah diberikan.
Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau
pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG
dan Myobacteria patogen lainnya.
H.
PENATALAKSANAAN
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
menjamin
kepatuhan
pasien
menelan
obat,
dilakukan
lanjutan
penting
untuk
membunuh
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
b. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori
anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
c. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
d. Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan
program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT
KDT. Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan
untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
e. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian
obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
I.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
penyakit
tersebut
sehingga
sehingga
diteruskan
penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk
dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru
yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
3.
K.
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
HASIL
(NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
NOC :
NIC :
Airway suction
saluran
pernafasan
mempertahankan
kebersihan
suctioning
untuk
jalanKriteria Hasil :
sesudah suctioning.
Mendemonstrasikan
nafas.
tentang suctioning
Batasan Karakteristik :
bersih, tidak ada sianosis dan 4. Minta klien nafas dalam sebelum
Orthopneu
sputum,
Cyanosis
Kelainan
suara
nafas
(rales,
wheezing)
Kesulitan berbicara
mampu
suction dilakukan.
lips)
Menunjukkan jalan nafas yang
alat
yang
steril
sitiap
melakukan tindakan
(klien
tidak
Mata melebar
Produksi sputum
abnormal)
Gelisah
Mampu
keluarga
bagaimana
cara
melakukan suksion
dan mencegah factor yang dapat 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
merokok,
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia
tertahan,
mengidentifikasikan
nafas
jalan
9. Ajarkan
eksudat
di
alveolus,
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi
pasien
perlunya
nafas.
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
2.
NOC :
Respiratory Status : Gas exchange
oksigenasi
dan
atau
Vital Sign Status
Mendemonstrasikan
peningkatan
Airway Management
ventilasi
ventilasi
dan 3. Identifikasi
pasien
perlunya
kebersihan
somnolen
Iritabilitas
suara tambahan
Hypoxia
sputum,
kebingungan
Dyspnoe
lips)
nasal faring
mampu
AGD Normal
normal
11. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
sianosis
warna
kulit
abnormal
(pucat,
kehitaman)
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata rata, kedalaman, irama
Hipoksemia
hiperkarbia
2. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
abnormal
dan intercostal
penggunaan
otot
perfusi
ventilasi
perubahan
alveolar
4. Monitor
takipenia,
pola
nafas
kussmaul,
bradipena,
hiperventilasi,
kapiler-
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurangNOC :
NIC :
berat
Batasan karakteristik :
Mampu
adanya
intake
konjungtiva pucat
mulut
Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
Dilaporkan
mencegah konstipasi
adanya
perubahan
sensasi rasa
Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan makanan
cukup
Keengganan untuk makan
kemampuan
pasien
6. Jadwalkan pengobatan
untuk
dan tindakan
tanpa patologi
Kurang
berminat
pigmentasi
terhadap
makanan
mudah patah
rapuh
Diare dan atau steatorrhea
banyak (rontok)
13. Monitor
informasi,
14. Monitor
mencerna
mengabsorpsi
makanan
zat-zat
16. Catat
atau
kemerahan,
dan
adanya
edema,
hiperemik,
gizi
pucat,
atau
4.
dan
pertumbuhan
perkembangan
misinformasi
Ketidakmampuan
NOC :
NIC :
Thermoregulation
Fever treatment
rentang normal
normal
Batasan Karakteristik:
Kenaikan
suhu
tubuh
tubuh
Pertambahan RR
Takikardi
Saat
rentang normal
disentuh
terasa
hangat
aksila
penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme
terjadinya menggigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
dehidrasi
pasien
untuk
mencegah
tentang
pentingnya
TD,
nadi,
RR,
sebelum,
frekuensi
dan
irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi
yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
5.
Nyeri
NOC :
Definisi :
NIC :
Pain Level,
Pain Management
Pain control,
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
kerusakan
jaringan
atau
penyebab
nyeri,
mampu 2. Observasi
termasuk
reaksi
lokasi,
nonverbal
dari
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
serangan
mengurangi
mendadak
atau
pelan
pasien
Posisi
antalgic
menghindari nyeri
bahwa
rasa
nyaman
normal
bersama
nyeri
pasien
masa
dan
tim
vital
dalam
pengalaman
nyeri)
Menyatakan
Batasan karakteristik :
verbal
mencari
bantuan)
nyeri,
ketidaknyamanan
rentang
pasien
dan
keluarga
untuk
lingkungan
yang
dapat
Gerakan melindungi
mempengaruhi
tidur
(mata
sayu,
menyempit
(penurunan
penurunan
interaksi
aktivitas,
aktivitas
berulang-ulang)
Respon
autonom
suhu
seperti
Muka topeng
Gangguan
nyeri
dan
tindakan
nyeri
tidak
berhasil
(seperti
manajemen nyeri
Analgesic Administration
dilatasi pupil)
Perubahan
autonomic
dalam
tonus
otot
(mungkin
dalam
merintih,
waspada,
menangis,
iritabel,
obat
nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
dari
analgesik
ketika
6. Tentukan
analgesik
pilihan,
rute
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
2006. Pedoman
Nasional
M., et
Outcomes
Classification
(NOC) Second