Anda di halaman 1dari 4

Reposisi Bedah Impaksi Gigi Insisiv Sentral Maksila

1
1

Rahadian Indra Jati, Mila Yuniarti, Ina Permata Dewi, 2A. P. Handoko

Mahasiswa Profesi Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto,


Jawa Tengah.

Dokter Gigi Spesial Bedah Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo, Semarang, Jawa
Tengah.

Abstrak
Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya
oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis. Salah satu alternatif perawatan yang dapat
dilakukan adalah dengan reposisi bedah (surgery repositioning). Laporan kasus ini
menyajikan kasus pasien dengan gigi insisiv sentral kanan atas impaksi terbalik (inverted)
dengan akar yang dilaserasi ke labial. Tatalaksana kasus ini yaitu gigi yang impaksi dan
dilaserasi dilakukan reposisi bedah pada periode awal pertumbuhan akar. Hasil dari
perawatan ini yaitu gigi yang telah dilakukan reposisi bedah erupsi dalam posisi yang benar
dengan pertumbuhan akar yang normal yang telah dipantau selama 2 tahun.
Kata kunci: gigi impaksi, reposisi bedah, akar yang terbuka
yang jalan erupsi normalnya terhalang atau

Pendahuluan
Gigi geligi dalam rongga mulut
akan mengalami erupsi menurut urutan

terblokir, biasanya oleh gigi didekatnya


atau jaringan patologis (Pedersen, 1996).

waktu erupsi masing-masing jenis gigi,

Insidensi impaksi gigi dilaporkan

dimulai dari fase gigi sulung sampai

terjadi pada 25-50% populasi (Andreasen,

mengalami pergantian menjadi fase gigi

1986). Gigi molar ketiga merupakan gigi

permanen. Proses erupsi masing-masing

yang paling sering impaksi, diikuti

gigi baik pada fase gigi sulung maupun

dengan

permanen akan terjadi secara fisiologis dan

premolar

jarang

insisiv sentral atas. Insidensi impaksi

sekali

mengalami

gangguan.

Gangguan erupsi pada umumnya terjadi

gigi

pada fase pergantian dari gigi sulung

populasi.

gigi

insisiv

kaninus
bawah,

terjadi

atas,
dan

pada

gigi
gigi

0,06-0,2%

menuju fase gigi permanen, sehingga gigi

Menurut Bishara (1976), etiologi

permanen tertentu tidak dapat mengalami

gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor

erupsi atau gigi tersebut disebut impaksi

primer dan faktor sekunder. Faktor primer

(Pranjoto dkk., 2005). Impaksi adalah gigi

meliputi trauma pada gigi sulung, benih

gigi rotasi, tanggal prematur gigi sulung,


dan erupsi gigi kaninus dalam celah pada
kasus celah langit-langit. Faktor sekunder
Prosedur

meliputi kelainan endokrin, defisiensi


dengan

vitamin D, dan febrile diseases.

pembedahan

pembuatan

dimulai

mukkoperiosteal

Terdapat beberapa pilihan terapi

dibawah anestesi lokal, gigi 11 diekstraksi

untuk gigi impaksi, yaitu observasi, terapi

tanpa menimbulkan trauma dan direposisi

interseptif, reposisi dan ekstraksi. Terapi

tegak lurus tanpa kuretase soket. Gigi yang

reposisi merupakan salah satu alternatif

telah

untuk tetap mempertahankan gigi asli di

dengan penjahitan figure eight selama 1

dalam rongga mulut dengan posisi yang

minggu. 6 bulan setelah operasi, gigi yang

benar (Choi dkk., 2011).

direposisi telah erupsi sebagian dan pada

direposisi

dilakukan

imobilisasi

Menurut Andreasen (1986), gigi

rontgen tampak lamina dura yang normal.

yang direposisi pada saat pembentukan

Bila dibandingkan dengan gigi normal,

akar

ujung apeks belum terbentuk sempurna

gigi

belum

sempurna

memiliki
82%.

dengan akar yang masih terbuka. 2 tahun

Laporan kasus ini menyajikan penanganan

kemudian, gigi 11 telah erupsi penuh

kasus impaksi dengan bedah reposisi yang

dengan lamina dura normal. Akar tumbuh

telah berhasil.

membentuk apeks akar normal, namun ada

presentase

keberhasilan

sebesar

kehilangan pulpa yang tidak bisa dihindari.


Laporan Kasus

Pembahasan

Laki-laki 7 tahun dirujuk karena


pertumbuhan gigi insisiv maksila kanan

Impaksi adalah gigi yang jalan

terlambat. Pasien tidak punya riwayat

erupsi normalnya terhalang atau terblokir,

perawatan

biasanya

gigi

dan

riwayat

Pemeriksaan

intraoral

dan

menunjukkan

gigi

maksila

terpendam

dengan

posisi

trauma.

oleh

gigi

didekatnya

atau

radiografi

jaringan patologis (Pedersen, 1996). Gigi

kanan

impaksi biasanya terjadi karena panjang

terbalik

lengkung rahang kurang dan tidak ada

(inverted) dengan apek masih terbuka. CT

tempat untuk erupsi (Peterson, 2003).

scan menunjukkan ujung apeks bertemu

Terdapat beberapa pilihan terapi

tulang kortikal palatal dan mulai dilaserasi.

untuk gigi impaksi yaitu observasi, terapi


interseptif, reposisi dan ekstraksi. Terapi
reposisi merupakan salah satu alternatif
untuk tetap mempertahankan gigi asli di

dalam rongga mulut dengan posisi yang

periodontal, ankylosis, kerusakan pulpa,

benar (Choi dkk., 2011).

nekrosis

Surgical repositioning adalah salah


satu perawatan pilihan pada gigi impaksi
dengan akar yang dilaserasi dalam posisi
terbalik (inverted) (Choi dkk., 2011).
Teknik

surgery

repositioning

pulpa,

serta

kemungkinan

terhambatnya pembentukan akar (Azzaz,


1980).
Kesimpulan
Teknik

dimulai

surgical

repositioning

dengan pembuatan flap di daerah gigi yang

merupakan salah satu pilihan perawatan

tidak erupsi. Proses dilanjutkan dengan

yang

membuang tulang yang ada di sekitar,

mempertahankan gigi asli tetap pada

dikurangi dengan hati-hati dan folikel gigi

tempatnya dan mendapatkan hasil yang

dikeluarkan

insisiv

memuaskan. Evaluasi dan pemeriksaan

direposisi ke posisi yang seharusnya

gigi impaksi yang tepat sangat membantu

kemudian flap dikembalikan ke posisi

dalam

semula (Vermette, 1995; Lin, 1999; Tsai,

perawatan yang tepat.

dari

soket.

Gigi

menguntunkan

mendiagnosa

karena

dan

dapat

memilih

2002).
Surgical

repotioning

dilakukan

Daftar Pustaka

pada saat pasien berusia 7 tahun, pada saat


awal pembentukan apeks gigi insisiv. Tsai,
2002 dan Agrait, 2003 melaporkan bahwa
apabila surgical repositioning dilakukan
pada usia 9 tahun, hasilnya kurang
maksimal dikarenakan pembentukan akar
telah sempurna. Surgical repositionong
yang

dilakukan

pembentukan

pada

akar

fase

awal

memungkinkan

pembentukan akar yang baik dan juga


mencegah gangguan pada pembentukan
akar serta mempunyai prognosis yang
baik.
Komplikasi yang mungkin terjadi
pada perawatan surgical repositioning
yaitu adanya kerusakan pada ligamen

Agrait, E. M., Levy, D., Gil, M., Singh, G. D.,


2003, Repositioning an inverted
maxillary central incisor using a
combination of seplantation an
orthodontic movement: a clinical case
report, Pediatric Dentistry, 25: 157160.
Andreasen, J. O., Pindborg, J. J., Hjorting, H.
E., Axell, T., 1986, Oral health care:
more than caries and periodontal
disease, A survey of epidemiological
studies on oral disease. Int Dent J,
36:20714.
Azaz, B., Steiman, Z., Koyoumdjisky, K. E,
Lewn, E. J., 1980, The sequelae of
surgical exposure of unerupted teeth,
Journal of Oral
Surgery,38: 121 127.
Bishara, S. E., 1976, Management of
impacted canines, Am J Orthod, 69:3
7187.
Choi, S. C., Park, J. H., Kwon, Y., Yoo, E. K.,
Yoo,
J.
E.,
2011,
Surgical
repositioning
of
the
impacted

immature maxillary central incisor,


Quintessence International, 42:7.
Lin, Y. T., 1999, Treatment of an impacted
dilacerated maxillary central incisor. Am
J Orthod Dentofacial Orthop, 115:406409.
Londhe, C. S. M., 2009, Management of
bilateral impacted maxillary canines,
MJAFI, 65:190-2.
Pedersen, G., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah
Mulut, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Peterson, L. J., 2004, Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery, Mosby, St.
Louis.
Pranjoto, E. P., Sjamsudin, J., 2005, Perawatan
gigi impaksi anterior rahang atas pada
remaja, Airlangga Dental Journal vol
38.
Tsai, T. P., 2002, Surgical Repositioning of an
impacted dilacerated incisor in mixed
dentition, Journal of the American
Dental Association, 133: 61-66.
Vermette, M. E., Kokich, V. G., Kennedy, D. B.,
1995, Uncovering labially impacted
teeth: Apically repositioned flap and
closed-eruption
techniques.
Angle
Orthod, 65:23-32.

Anda mungkin juga menyukai