TENDENSI SENTRAL
Pengantar
Tendensi sentral sering kali dianggap sebagai cerminan atau gambaran dari
suatu distribusi gejala. Karena itu tendensi sentral merupakan informasi yang sangat
penting. Kita dapat memahami keadaan suatu distribusi jika kita mengetahui tendensi
sentralnya.
Mengenai apa yang dimaksud dengan tendensi sentral, bagaimana cara
menentukannya, dan gunanya untuk apa, akan dijelaskan dalam uraian pokok bahasan
ini.
Agar lebih mudah untuk memahami uraian pokok bahasan ini dianjurkan
mahasiswa telah menguasai uraian pokok bahasan 2.
2.
3.
37
TENDENSI SENTRAL
1.
Rerata
Nilai sentral adalah nilai atau angka yang menjadi pusat suatu distribusi. Nilai
sentral sering kali dipandang sebagai representasi dari suatu distribusi, disamping itu
nilai sentral juga dapat digunakan untuk memperbandingkan keadaan berbagai
kelompok data. Ada tiga macam nilai sentral, yaitu rerata atau mean (M), Modus atau
nilai yang sering muncul (Mo), dan Median (Me).
Rerata atau mean adalah angka yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai
(X) dengan jumlah individu (N). Jadi secara ringkas dapat ditulis :
X
N
(Rumus 3.1.)
M = Rerata = mean
X = Jumlah nilai
N = Jumlah individu
4223
2,75
4
Jika data cukup besar dan telah dikelompokkan rumus 3.1 di atas diubah menjadi :
fX
N
(Rumus 3.2.)
Contoh :
38
Dua puluh orang mahasiswa masing-masing memperoleh nilai ujian seperti pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1. : Nilai Ujian 20 Mahasiswa
X
f
fX
5
2
10
4
6
24
3
5
15
2
4
8
1
3
3
20
60
fX
N
60
3
20
X
44
39
34
29
24
19
14
-
f
3
7
6
9
11
9
5
50
fX
132
273
204
261
264
171
70
1375
Rumus 3.2. berlaku untuk distribusi frekuensi tunggal maupun distribusi frekuensi
bergolong, dengan pengertian symbol X pada distribusi frekuensi bergolong adalah
titik tengah, atau mid point dari masing-masing interval kelas. Sebagai contoh
perhatikan nilai rerata dari tabel 3.2.
M
fX = 1375 27,5
N
50
Cara lain menghitung rerata adalah dengan menggunakan terkaan (mean terkaan)
M MT
fx'
N
(Rumus 3.3.)
39
M = Rerata
MT = Rerata Terkaan (titik tengah dari interval kelas yang diduga mengandung
rerata.
x = Deviasi akibat kesalahan terkaan
i
= Lebar interval kelas
N
= Jumlah individu
X
44
39
34
29
24
19
f
3
7
6
9
11
9
x
+3
+2
+1
0
-1
-2
fx
9
14
6
0
-11
-18
+29
-44
40
12 16
fx'
14
-
5
50
-3
-
-15
-15
M MT
15
5
50
29
= 29 1,5 = 27,5
Misalkan kita memindahkan MT pada interval kelas yang lain, apakah harga
rerata yang diperoleh akan sama? Secara teoritik kita bebas meletakkan MT pada
interval kelas manapun, akan menghasilkan harga rerata yang sama. Namun demikian
perlu diingat bahwa maksud digunakannya rumus terkaan (rumus 3.3) adalah supaya
kita (lebih mudah) bekerja dengan angka kecil. Oleh Karena itu usahakan kita
menerka tidak terlalu jauh dengan harga rerata yang sesungguhnya.
fx
Komponen
kita menerka terlalu tinggi, maka komponen koreksi tersebut menjadi negative,
sebaliknya jika terkaan terlalu rendah, maka komponen koreksinya positif. Pada
contoh diatas tadi, karena terkaan kita terlalu tinggi (MT = 29) dan M = 27,5 maka
komponen koreksinya negative (-1,5). Jika gunakan MT = 24, maka kita akan
memperoleh komponen koreksinya sebesar 3,5. Perhatikanlah perhitungan dibawah
ini dengan bahan dari tabel 3.2.
Tabel 3.4 Tabel Kerja untuk Menghitung Rerata dengan
Rumus Terkaan
Interval
X
f
x1
fx1
42 46
44
3
+4
12
37 41
39
7
+3
21 54
32 36
34
6
+2
12
41
27 31
22 26
17 21
12 16
29
24
19
14
-
fx
+1
0
-1
-2
-
9
0
-9 -19
-10
35
M MT
9
11
9
5
50
35
5
50
24
= 24 + 3,5 = 27,5
Perlatihan 3.1
1. Hasil tes matematika dari 40 siswa SMP adalah :
Tugas anda :
a. Sajikan dalam bentuk tabel!
b. Tentukan berapa reratanya!
2. Tentukanlah rerata dari data dalam tabel 3.5. dibawah ini .
Tabel 3.5. Nilai Ujian 80 Mahasiswa
42
Interval
91 100
81 90
71 80
61 70
51 60
41 50
31 40
f
12
20
25
15
5
2
1
80
2. Modus
Modus adalah data yang sering muncul atau fenomena yang paling banyak
terjadi. Dalam keadaan tidak disadari modus sering digunakan untuk menyatakan
rerata kualitatif. Seperti: Pada umumnya kecelakaan lalu-lintas disebabkan oleh
kecerobohan pengemudi.
Pada data kuantitatif modus ditentukan dengan cara mencari data yang
mempunyai frekuensi tertinggi, diantara kelompok data tersebut. Misalnya deretan
angka 3 4 5 4 4 3
frekuensinya tertinggi.
Jika datanya telah tersusun dalam tabel distribusi frekuensi, modusnya
ditentukan dengan rumus :
sb
i
sb
sa
M o Bbny
..........(Rumus 3.4)
M0 = Modus
Bbny = Batas bawah nyata dari kelas yang mengandung modus.
sb = Selisih frekuensi kelas yang mengandung M0 dengan frekuensi kelas
di bawahnya.
sa = Selisih frekuensi kelas yang mengandung M0 dengan frekuensi kelas
di atasnya.
43
= Lebar interval.
6
5 = 21,375
6 10
M 0 19,5
f
2
8
8
18
12
2
50
Dalam suatu distribusi data modus boleh jadi lebih dari satu seperti pada tabel 3.7.
Tabel 3.7. : Nilai IAD 50 Mahasiswa
Nilai
f
4
5
3
20
2
20
1
3
0
2
44
50
Modus dari tabel 3.7. adalah 3 dan 2, karena nilai-nilai tersebut mempunyai frekuensi
tertinggi, masing-masing 20.
45
Perlatihan 3.2
Tentukanlah modus dari kedua tabel dibawah ini!
Tabel 3.8. : Sekor tes kecemasan
Nilai
21 23
18 20
15 17
12 14
9 11
68
f
2
8
20
22
15
3
f
5
8
12
20
15
10
5
46
3. Median
Median atau nilai tengah adalah suatu nilai yang membatasi 50% frekuensi
distribusi di bagian bawah dan 50% frekuensi distribusi di bagian atas. Dalam deretan
angka yang telah diurutkan median (Me) adalah angka yang terletak ditengah-tengah.
Contoh, dari deretan angka 2 3 3 4 5 6 6, mediannya adalah 4, dan dari
deretan data 2 3
Dalam data yang cukup banyak atau telah tersusun dalam tabel distribusi
frekuensi mediannya ditentukan dengan rumus 3.5.
1 / 2n fk b
i
f
M e Bbny
.(Rumus 3.5.)
Me = Median
fkb = Frekuensi kumulatif dibawah frekuensi kumulatif yang
mengandung Me
f = Frekuensi dari kelas yang mengandugn Me
i = Lebar interval kelas yang mengandung Me
Letak Me
Nilai
91 100
81 90
71 80
61 70
51 60
41 50
31 40
f
12
20
25
15
5
2
1
80
fk
80
68
48
23
8
3
1
-
fkb
Menghitung N = x 80 = 40.
47
2.
3.
4.
5.
6.
Mencari fkb yaitu angka pada kolom fk yang terletak tepat dibawah 48 adalah
23.
7.
M e Bbny
40 23
10
25
70,5
= 77,3
Perlatihan 3.3
Dari tabel 3.8. dan 3.9. dalam perlatihan 3.2. tentukan median masing-masing!
48
Letak rerata, modus, dan median dalam suatu distribusi sangat tergantung
pada bentuk distribusinya. Pada distribusi normal, letak ketiga tendensi sentral itu
berhimpit. Distribusi normal adalah distribusi simetris yang kurvanya berbentuk bel
(genta).
M
Mo
Me
Grafik 3.1. Letak M, Mo, dan Me pada distribusi normal
Dalam distribusi yang juling maka letak ke tiga tendensi sentral diilustrasikan seperti
pada grafik 3.2 dan 3.3.
Mo Me M
Grafik 3.2 Letak Letak M, Mo, dan Me pada kurve juling positif
49
M, Me, Mo
Grafik 3.2 Letak Letak M, Mo, dan Me pada kurve juling negatiff
Kapan kita menggunakan rerata, modus, dan median, sebagai ukuran tendensi
sentral?
Untuk penggunaan ketiga tendensi sentral walaupun belum menggambarkan
semua kemungkinan, secara ringkas dapat dikemukakan:
1. Rerata merupakan tendensi sentral yang paling mantap, oleh karena itu orang
cendenrung menggunakan rerata (M) sebagai ukuran tendensi sentral,
terutama jika distribusinya normal. Disamping itu rerata dapat digunakan
untuk dasar perhitungan statistik selanjutnya.
2. Median dianggap paling tepat sebagai ukuran tendensi sentral, jika
distribusinya mempunyai keistimewaan, seperti juling, atau adanya bahanbahan yang tidak lengkap.
3. Modus digunakan jika dalam keadaan tertentu dan atau darurat seperti : waktu
yang sangat terbatas.
50