Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Ekskresi atau eliminasi adalah proses pengeluaran zat atau metabolit dengan
tujuan menurunkan kadar zat atau metabolit dalam tubuh agar tidak menyebabkan
akumulasi. Fase ekskresi adalah fase terakhir setelah proses absorpsi, distribusi dan
metabolisme. Ekskresi merupakan perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke
organ ekskresi. Obat mengalami ekskresi bertujuan untuk mendetoksifikasi obat, karena
telah diketahui bahwa obat dianggap racun/zat asing oleh tubuh. Dalam proses ekskresi
terdapat parameter Kliren (Clearance). Kliren adalah Parameter eliminasi obat yang
meliputi metabolisme/biotransformasi dan ekskresi untuk dikeluarkan dari tubuh melalui
organ ekskresi.
Pada percobaan kali ini, dilakukan penentuan kecepatan eliminasi obat
siprofloksasin dalam urin melalui tahap ekskresi, oleh karena itu percobaan ini dapat
dikatakan ekskresi urin. Ekskresi urin mengikuti model farmakokinetik orde satu, yaitu
perubahan jumlah obat dalam tubuh bergantung pada laju absorpsi dan eliminasi obat,
dengan kata lain jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urin secara langsung
berhubungan dengan jumlah total obat terabsorpsi. Data urin diambil dari seorang
sukarelawan yang sebelumnya diberi obat siprofloksasin dengan kadar 500 mg.
Siprofloksasin merupakan salah satu antibiotik spektrum luas yang cukup potensial,
banyak digunakan untuk berbagai jenis infeksi seperti infeksi paru kronis dan akut pada
anak, sepsis dan juga terbukti efektif terhadap septikemia yang terjadi pada neonatus
(Douidar dan Wayne,1989).
Siprofloksasin

merupakan antiobiotik

golongan fluorokuinolon. Sebelum

meminum obat sukarelawan harus mengeluarkan urin terlebih dahulu untuk dijadikan
urin blanko. Urin blanko digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding
dalam analisis. Urin uji dari sukarelawan ditampung per waktu dalam 6 periode tanpa ada
urin yang terbuang. Jumlah volume urin perlu diketahui untuk nilai kumulatif urin
sehingga dapat menentukan kadar obat yang diekskresikan. Semakin banyak volume urin
yang diekskresikan maka jumlah kadar obat akan terlihat lebih sedikit. Namun apabila
volume urin yang diekskresikan sedikit, maka jumlah kadar obat akan terlihat lebih
banyak.

Dalam praktikum penentuan konsentrasi kadar siprofloksasin dalam urin


digunakan analisis mengguanakan alat instrumen HPLC. Karena sampel yang dianalisis
dalam konsentrasi yang kecil, dengan menggunakan HPLC memiliki kelebihan yaitu
dapat menganalisis sampel dalam konsentrasi yang kecil. Sehingga dengan menggunakan
instrumen ini akan menghasilkan analisis yang spesifik dan sensitif. Selain itu, kelebihan
lainnya dengan menggunakan HPLC yaitu terjadinya proses pemisahan dengan kinerja
yang tinggi karena terjadi pemisahan didalam kolom yang akan memisahkan suatu
senyawa berdasarkan kepolarannya. Sehingga akan menghasilkan kadar analit yang
sesuai dan spesifik. HPLC juga mempunyai kekurangan yaitu jika sampel yang
digunakan sangat kompleks, maka resolusi yang baik akan sulit diperoleh.
Fase gerak yang digunakan yaitu larutan dapar yang berisi aquabidest, 0,1%
TEA, NaOH, yg kemudian di adjust pH 2 dan asetonitril dengan perbandingan 75 : 25
dalam persen (%). Detektor yang digunakan untuk analisis ini yaitu dtetktor UV karean
siprofloksasin berada pada daerah serapan sinar UV. Sistem elusi yang digunakan pada
praktikum ini yaitu sistem elusi isokratik karean pada saat pengujian fase gerak yang
digunankan komposisi dan perbandingannya tidak berubah. Hal pertama yang dilakukan
pada perlakuan sampel adalah pengenceran urin blanko. 1 mL urin blanko dan larutan
stok (Siprofloksasin) 100 ppm diencerkan dengan larutan fase gerak hingga 10 mL
dilakukan agar sampel yang akan diuji tidak terlalu pekat dan dapat dianalisis dengan
HPLC.
Larutan dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,1; 0,5; 1;5; 10; 20; 50 ppm
yang didalamnya mengandung cuplikan urin blanko 1 ml dan fase gerak hingga 10 ml.
Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan membran penyaring 0,45 nm untuk mencegah
masuknya komponen-komponen yang tidak diharapkan terutama yang memiliki ukuran
molekul lebih besar dikarenakan HPLC sangat sensitif terhadap sampel/ larutan yang
akan diukur. Selanjutnya 6 urin uji yang ditampung pada masing-masing vial pada
periode waktu yang berbeda juga diambil 1 mL dan diencerkan hingga 10 ml dengan fase
gerak.
Pengujian larutan urin blanko dan larutan urin uji dengan HPLC dilakukan untuk
mendapatkan nilai Area Under Curve (AUC). Nilai AUC mengidentifikasikan jumlah

obat yang terekskresi di dalam urin. Semakin besar nilai AUC maka semakin tinggi
jumlah obat yang diekskresikan. Dari nilai AUC blanko dan nilai konsentrasi yang ada
selanjutnya didapatkan persamaan garis regresi yaitu y = 764920,523 + 1841280,327x.
Persamaan ini digunakan untuk menentukan nilai konsentrasi pada nilai AUC uji yang
didapat. Selanjutnya dengan menggunakan metode laju eksresi nilai konsentrasi yang ada
digunakan untuk menentukan regresi akhir antara ln Du/dt dan tmid, sehingga didapatkan
persamaan regresi yaitu y = - 0.112x + 3.658 dengan nilai r2 yaitu 0.999. Dari regresi
tersebut didapatkan nilai konstanta eliminasi (K) yaitu 0,077 /jam, dengan demikian
didapatkan nilai t eliminasi sebesar 6,1825 jam. Sedangkan dengan menggunakan
metode sigma minus t eliminasinya 4,277 jam.
Menurut pustaka, waktu paruh eliminasi pada subjek dengan fungsi ginjal normal
adalah sekitar 4 jam. Untuk mendapatkan kurva yang baik maka nilai r yang didapat
harus mendekati 1. Namun pada kurva, pada tmid = 7,5 terjadi kenaikan kurva, hal
tersebut sebaiknya tidak boleh terjadi pada fase eliminasi, karena ketika sudah masuk
fase eliminasi tidak ada reabsorpsi kembali. Banyak hal yang dapat membuat tidak
sesuainya data yang dihasilkan salah satunya kekeliruan peneliti (human error) pada saat
pemeriksaan, seperti pemipetan larutan yang lebih atau kurang dari batas pipet, kesalahan
volume larutan ketika akan diinjeksikan kedalam kolom, dll.
Untuk metode analisis validasi terdiri dari 4 parameter

yang dapat

dipertimbangkan secara kuantitatif yaitu akurasi, presisi, selektif dan sensitif. Parameter
analisis validasi yang dipertimbangkan untuk menentukan nilai ekskresi urin dengan
HPLC ini adalah sensitif. Pemeriksaan ini dapat dikatakan sensitif, dimana HPLC
merupakan instrumen yang memiliki daya sensitivitas yang tinggi, karena dapat
mengukur nilai kadar sampel dengan volume larutan yang sedikit.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
-

Persamaan regresi untuk baku standar siprofloksasin antara konsentrasi terhadap nilai
AUC adalah y = 764920,523 + 1841280,327x dengan nilai r2 = 0.999.

Persamaan regresi untuk sampel antara Ln Du/Dt terhadap tmid adalah y = -0.112x +
3.658.

Nilai kecepatan eliminasi (Ke) adalah 0,077/jam.

Nilai waktu paruh eliminasi (t ) adalah 4,277 jam.

Anda mungkin juga menyukai