Anda di halaman 1dari 11

BAB I

ABSTRAK
Pemeriksaan Penyakit Organik pada hewan besar (POB) dilakukan untuk menemukan
adanya abnormalitas pada hewan ruminansia. Pada penelitian, dilakukan pemeriksaan pada sapi
peranakan Frisian Holstein (PFH) di Koperasi Warga Mulya di Cemoro Harjo, Cangkringan,
Sleman. Pemeriksaan dilakukan secara legeartis dari sistem organ paling cranial sampai sistem
organ paling caudal. Hasil pemeriksaan menunjukkan, sapi dalam keadaan sehat tanpa adanya
abnormalitas yang berarti.
Kata Kunci : POB, Ruminansia, PFH, Legeartis
BAB II
RIWAYAT KASUS
A. Ambulatoir
Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin, 22 Desember 2014 dimulai pada pukul 13.00 WIB dan
selesai pada pukul 15.00 WIB.
Nama pemilik

: Bapak Soleh, Koperasi Warga Mulya.

Alamat

: Cemoro Harjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

Mahasiswa

; Citra Meilawati, Kelompok 5 Gelombang 2

Macam Hewan

: Sapi

Nama Hewan

:-

Signalemen

Breed

: PFH (Peranakan Frisian Holstein)

Sex

: Betina

Age

: < 1,5 thn


Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

Spesific patern

: Kulit Putih Hitam

B. Anamnesa
Sapi diberi pakan hijaun berupa rumput gajah dan konsetrat
C. Status Presens
1. Keadaan Umum

: BCS 3.5 , ekspresi muka tegang / tidak nyaman

2. Frek Nafas

: 36x/menit Frek Pulsus: 44x/menit Panas Badan: 39.1oC

3. Kulit dan Rambut

: kerontokan normal

4. Selaput Lendir

: warna konjungtiva merah normal

5. Kelenjar-kelenjar limfe

: Normal, tidak ada kebengkakan

6. Pernafasan

: Thoraco-abdominal (vesicular normal)

7. Peredaran darah

: Nomal (Sistol dan Diastol dapat dibedakan)

8. Pencernaan

: Tonus rumen 7x/5 menit, feses normal khas sapi perah

9. Kelamin dan Perkencingan: Urinasi normal


10. Saraf

: Normal tidak ada kelainan

11. Anggota Gerak

: Normal, bisa jalan menggunakan ke 4 kakinya, berdiri tegak

12. Berat Badan

: 200 Kg

13. Lain-Lain

: Putting susu abnormal karena berjumlah 6

D. Diagnosa
Diagnosa diambil berdasarkan anamnesa, pemeriksaan kondisi umum, gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah dan pemeriksaan feses. Diagnosa
sementara yang bisa diambil adalah sapi sehat.

Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

E. Prognosis
Fausta
F. Tata Laksana / Terapi
1.

Vitamin B1 10 ml
Vitamin B1 mempunyai fungsi sebagai :
Mengatasi kelesuan dan gangguan metabolism
Menambah nafsu makan, memperbaiki kondisi tubuh, meningkatkan daya tahan
tubuh
Memperbaiki pertumbuhan
Memelihara fungsi normal pada sistem syaraf
Suplemen vitamin setelah pengobatan antibiotic
Terutama diperlukan pada semua keadaan akibat defisiensi vitamin B

G. Saran
Pemberian makanan penguat atau makanan kasar dan pakan hijauan segar harus
diseimbangkan. Air minum bila perlu diberi garam dapur, harus disediakan secara ad libitum.
Menghindari perubahan pakan yang mendadak dengan kandungan serat kasar tinggi serta
tidak diimbangi dengan cairan yang cukup karena akan memudahkan terjadinya indigesti.
Lingkungan kandang harus bersih dan lantai tidak licin , karena lingkungan kandang yang
kotor akan memudahkan sapi terinfeksi suatu penyakit seperti mastitis, diare,dll.

BAB III
DISKUSI
A. Registrasi dan Sinyalemen
Registrasi merupakan pencatatan data, baik klien maupun data pasien. Registrasi untuk
klien meliputi pencatatan nama, alamat, dan nomor telepon. Registrasi untuk pasien meliputi
breed (ras), sex (jenis kelamin), age (umur), dan specific pattern . registrasi ditulis disebuah
kertas yang disebut ambulatoir, sebagai contoh ambulatoir sapi berwarna pink/merah muda

Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

(Lane and Coper, 2003). Registrasi dan sinyalemen dapat dilihat pada BAB II mengenai riwayat
kasus dan ambulatoir akan dilampirkan pada bagian belakang laporan ini.
B. Anamnesa
Anamnesa adalah suatu proses tanya jawab atau menggali informasi kepada klien dari
dokter , untuk mendapatkan informasi yang dapat ditulis pada ambulatoir, atau rekam medis.
Dalam melakukan anamnesa dokter hewan membutuhkan kemampuan untuk memperoleh
riwayat penyakit pasien yang jelas dari pemiliknya.
C. Pemeriksaan Umum
Melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu. Inspeksi digunakan untuk
mmeneliti adanya hal lain yang abnormal. Perhatikan ekspresi muka/ temperamen, kondisi
tubuh, pernapasan (frekuensi, cara pengambilan nafas, ritme dan suara-suara abnormal) tanpa
melakukan pemeriksaan secara auskultasi, keadaan abdomen, posisi (berdiri/ berbaring), sikap,
langkah, permukaan tubuh, pengeluaran dan bau abnormal dari lubang-lubang pelepasan
(hidung, mulut, anus, telinga, mata), adanya suara abnormal seperti batuk, bersin, ngorok,
melenguh, menangis, flatus dan eruktasi (Indarjulianto, 2010). Pada pemerikaan saat praktikum
sapi terlihat konjungtiva pink, cermin hidung lembab, BCS 3,5 dan ini dapat dikatakan normal.
Pulsus pada sapi dapat diraba pada arteri maxillaris externa, arteri facialis, atau arteri
coccygea (ventral pangkal ekor) kemudian lakukan penghitungan selama 1 menit.Bila
mengalami kesulitan dapat dilakukan selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi
pulsus normal pada sapi : 54-84 kali/ menit (Surono, 2008). Sementara frekuensi nafas dapat
dihitung dengan memperhatikan gerak toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan
tenang atau juga dapat dengan memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang
hidung.Untuk normalnya pada sapi : 20 42 kali/ menit (Surono, 2008).
Pada hasil pemeriksaan didapatakan frekuensi nafas sapi adalah 36x/mnt berarti sapi
dalam keadaan normal. Sedangkan pada hasil pemeriksaan pulsus, didapatkan hasil bahwa
pulsus sapi tersebut 44x/menit, dibawah normal. Hal ini disebabkan pulsus sapi ini, sulit untuk
ditemukan pulsusnya, sapi sudah terlalu lelah, maupun karena telah dilakukan pengambilan
darah pada hari yang sama dengan jarak waktu yang sedikit.
Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelicin (misal : vaselin). Masukkan
ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya terhenti ( 3 menit) dan hitung
skalanya. Suhu normal pada sapi 37,6oC-39,2oC. Selain itu termometer dapat dimasukkan dalam
mulut, namun menambahkan 0,5C karena adanya evaporasi (Boddie, 1962). Hasil pemeriksaan
yang kami dapat suhu sapi adalah 39,1 C berarti sapi dalam keadaan normal.
Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan telunjuk sedikit
ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum. Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari
maka conjunctiva palpebrarum bawah akan tampak pula. Normal pada sapi berwarna merah
(Indarjulianto, 2010).
Hidung, mulut, dan vulva untuk normalnya selalu basah dan berwarna pink, selain itu
lakukan juga pemeriksaan CRT (Capilary Refill Time/ waktu terisinya kembali kapiler) dengan
cara membuka bibir hewan kemudian menekan gusi dan melepaskannya kembali. Waktu normal
maximal 2 detik (Indarjulianto, 2010).
Pada pemeriksaan selaput lender didapatkan hasil conjungtiva pink (normal), cermin
hidung lembab. Sapi dalam keadaan normal.
D. Pemeriksaan Khusus
a. Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan dilakukan dengan melihat nafsu makan, cara makannya apakah
ada kesakitan menelan (Indarjulianto, 2010).
Mulut : Inspeksi pada mulut dengan membuka mulut dengan cara memegang tali hidung
dengan tangan kiri dan masukkan tangan kanan ke spatium intraalveolar, pegang lidah dan tarik
kesamping mulut terbuka, lalu lihat keadaan mulut apakah ada lesi, benda asing, anomali lain
dan juga dicium bau mulutnya. Kemudian lakukan palpasi pada farinx, oesophagus
(Indarjulianto, 2010).
Esophagus : perhatikan leher sebelah kiri, terutama bila sapi sedang eruktasi, regurgitasi,
atau menelan (deglutisi). Lakukan palpasi pangkal esophagus lewat mulut, lakukan palpasi dari
luar.Perhatikan bila kemungkinan ada benda asing/ sumbatan pada esophagus.Bila terjadi
sumbatan esophagus, ambil sonde kerongkongan yang terbuat dari spiral baja.Ukur dan beri
tanda batas setelah diukur panjangnya dari mulut sampai rumen.Olesi ujung sonde (bagian yang
Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

besar) dengan vaselin atau pelicin yang tidak merangsang dan aman, buka mulut sedikit dan
masukkan ujung sonde ke dalam mulut.Dorong pelan-pelan, biarkan sonde ditelan.Pada keadaan
normal sonde dapat ditelan terus sampai tanda batas yang tadi telah ditentukan. Tetapi bila ada
sumbatan atau penyempitan maka sonde akan berhenti atau sukar didorong masuk (Indarjulianto,
2010).
Rumen : Kemudian ke arah abdomen bandingkan abdomen kanan dan kiri, perhatikan
fossa paralumbalis saat inspeksi. Lakukan palpasi dan auskultasi, hitung gerakan rumen per 5
menit, normalnya 5-10 kali per 5 menit.Lakukan perkusi pada dinding abdomen sebelah kiri
pada tiga bagian atas, tengah dan bawah.Normalnya atas suara resonan, tengan semiresonan dan
bawah pekak (Indarjulianto, 2010).
Retikulum : Auskultasi daerah retikulum pada costocondral ke-7 sebelah kiri perhatikan
suara aliran ingesti cair. Bisa dengan bambu yang ditopang dibawah proc. xiphoideus.
Omasum dan abomasum : Omasum tidak dapat diperiksa secara fisik karena letak
anatominya yang tidak terjangkau. Sebagian dinding abomasum menempel pada dinding perut
bawah, sebelah belakang dari proceccus xiphoideus. Lakukan perkusi pada daerah ini, bila
lambung berisi gas akan terdengar resonansi, suara pekak bila terjadi impaction.
Usus, Rectum, dan Anus : Kemudian lanjut ke intestinum di abdomen dexter dengarkan
gerakan peristaltiknya secara auskultasi. Kemudian lakukan ekplorasi rektal dengan memasukan
tangan pelan-pelan menerobos spingter ani.Bila rektum berisi tinja keluar secara berlahan. Raba
dinding rektum sebelah kanan dimana dalam keadaan normal dinding ini tidak akan meampaui
bidang media (Indarjulianto, 2010).
Hasil pemeriksaan yang kami dapatkan system pencernaan sapi dalam keadaan normal,
yaitu tonus rumen kuat, frekuensi jarak rumen 7x/5 menit
b. Sistem Respirasi
Secara umum inspeksi/ adspeksi kelainan yang timbul, periksa frekuensi dan bandingkan
dengan pulsus, menentukan tipe pernafasannya, periksa organ yang menunjang sistem
penafasan.Pada hidung, perhatikan leleran dan lesi serta perkusi sinus frontalis.Pada pharynx,
larynx palpasi dari luar dan periksa limfoglandula regional.Auskultasi daerah trakea dan rongga
Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

dada.Pada rongga dada dilakukan juga perkusi dan perhatikan suara abnormal yang timbul, lalu
palapasi daerah intercostae (Indarjulianto, 2010).
Hasil pemeriksaan sapi pada system pernafasan didapatkan dalam keadaan normal dan
tipe pernafasan thoraco abdominal.
c. Sistem Sirkulasi
Secara umum perhatikan kelainan-kelainan alat sirkulasi yang dapat diinspeksi.Periksa
denyut nadi dan tentukan pulsusnya.Periksa jantung secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dan tentukan abnormalitas yang mungkin terjadi. Periksa vena jugularis, apa ada
pulsus atau tidak. Periksa pembuluh darah perifer, periksa CRT (Indarjulianto, 2010). Pada
pemeriksaan yang kami lakukan system sirkulasi sapi dalam keadaan normal.
d. Sistem Lokomotor
Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Perisalah musculi dengan
membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan pula suhu,
kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan
bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada
krepitasi (pada fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu. Persendian diperiksa dengan cara
inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan
(pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea). Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa
nyeri, atau kekakuan persendian (Boddie. 1962). Hasil pemeriksaan yang kami lakukan anggota
gerak sapi dalam keadaan normal.

e. Sistem Limfatik
Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada sapi, yaitu : lgl. Submaxillaris, lgl.Parotidea,
lgl.Retropharingeal, lgl.Cervivalis medius, lgl.Cervicalis caudalis, lgl.Prescapularis, lgl.Precuris,
lgl. Inguinalis superficialis (betina : lgl. mammaria), dan lgl. Poplitea.
Limfoglandula yang tidak dapat dipalpasi tetapi dapat menyebabkan gejala klinis apabila
ada pembengkakan : lgl. Mediastinalis anterior, lgl.Mediastinalis posterior, dan dengan
eksplorasi rektal lgl.Bronchialis, lgl. Mesenterialis (Indarjulianto, 2010).

Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

Hasil pemeriksaan limfoglandula yang kami lakukan limfoglandula sapi dalam keadaan
normal tidak terjadi kebengkakan.
f. Sistem Saraf
Syaraf pusat
Sistem Syaraf Pusat meliputi 12 syaraf nervus: Syaraf I, N. Olfactorius (pembau), coba
dekatkan dengan rumput-rumputan. Syaraf II, N. Opticus (penglihatan), coba gerakkan jari
telunjuk apakah mata sapi tersebut mengikuti atau tidak dan juga periksa dengan opthalmoscope.
Syaraf III, N. Oculomotorius. Syaraf IV, N. Trochlearis. Syaraf V, N. Trigeminus, lakukan
rangsangan dan perhatikan reaksinya pada otot otot daerah kepala, mata, saliva dan lakrimasi.
Syaraf VI, N. Abducens, perhatikan gerakan palpebra atas, bola mata dan pupil. Syaraf VII, N.
Facialis (wajah), perhatikan hewan apakah nampak bodoh (kelumpuhan bilateral) atau
muka/bibir menggantung sebelah (perot) pada kelumpuhan unilateral. Syaraf VIII, N. Auditorius
(pendengaran dan keseimbangan), perhatikan apakah hewan miring kesebelah, sempoyongan dan
panggil hewan tersebut. Selanjutnya lakukan pemeriksaan dengan otoskop. Syaraf IX, N.
Glossopharyngeus, buka mulut, rangsang bagian belakang pharynk. Syaraf X, N. Vagus,
menginervasi organ organ visceral. Syaraf XI, N. Spinalis Accesssorius, perhatikan scapula:
pada paralisa unilateral salah satu scapula menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi
m. Trapezius/ m. Sternocephalicus). Syaraf XII, N. Hypoglossus, perhatikan lidah apakah
menjulur keluar (paralisa bilateral) atau menjulur ke salah satu sisi mulut (paralisa unilateral).
(Boddie, 1962)
Syaraf perifer
Reflek superficial: 1) Reflek conjunctiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophtalmic
dan cabang maxillaris syaraf cranial V), 2) Reflek cornea (untuk serabut sensorik dari cabang
ophtalmic dan cabang maxillaris syaraf cranial V), 3) Reflek pupil (N. Opticus sensorik, N.
Occulomotorius motorik, lakukan dengan cara menutup salah satu mata, buka, dan liat kecepatan
reaksi pengecilan pupil; 4) Reflek perineal (N. Spinalis), sentuh perineum, perhatikan reaksinya;
5) Reflek pedal, sentuh dan pijit pada bagian interdigiti, perhatikan reaksi aecus reflek;
Reflek profundal (hubungan neuromuscular): 1) Reflek patella, pukul ligamentum patella
mediale. Bila reflek bagus m. quadriceps femoris akan berkontraksi mendadak/ tampak
Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

menendang. 2) Reflek tarsal, lakukan perkusi pada tendo achilles, bila refleknya baik maka m.
gastrocnemicus akan kontraksi (tampak menendang).
Reflek organik: 1) Reflek menelan, koordinasi neuromuscular didaerah pharynx dan
esophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan, paralisis; 2) Reflek
respirasi, pusat reflek di medulla oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax; 3) Reflek
defekasi, syaraf yang menginervasi spincter anus (Boddie, 1962).

g. Sistem Urogenital
Dengan pembedaan jenis kelamin, penetuan oragn genital apa saja yang harus diperiksa.
Inspeksi abnormalitas, seperti leleran, bau, warna dan lainnya.Palpasi bentuk dan kedudukan
organ genital.Pada glandula mamae, inspeksi dan palpasi permukaan kulit, konsistensi, palpasi
ruangan-ruangan

dalam

kelenjar

mamae.Palpasi

puting

dan

perhatikan

bentuk

dan

kedudukannya.Periksa sekret mamae (warna, bau, jonjot). Periksa organ uropotika, cara urinasi.
Palpasi ginjal dan vesica urinaria.Kateterisasi dan pemeriksaan urin, warna dan baunya
(Indarjulianto, 2010).
Hasil pemeriksaan yang kami dapatkan kemarin vulva bersih dan dapat dikatakan sapi
dalam keadaan normal

E. HASIL PEMERIKSAAN LAB


Tes
Hematokrit
(PCV)
Hemoglobin
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Leukosit
Protein total
Fibrinogen

Unit

Hasil Lab

Interpretasi

30

Literatur
(Schalms, 2010)
21 30

%
g/dl
X 106/l
Fl
Pg
g/dl / %
X 103/l
%
g/dl
mg%

11,0
6,78
10,8
7,8
400

8,4 12
4,9 7,5
36 50
14 19
38 43
5,1 13,3
2-20
7,56
300-700

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal

Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

Neutrofil
segment
Limfosit
Monosit
Eosinofil

31

14-45

%
%
%

64
2
3

15-40
2-7
45-75

Normal
Limfositosis
Normal
Eosinopenia
(Schalms. 2010)

BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada sapi FH di Koperasi Warga Mulya, dapat
disimpulkan bahwa sapi berada dalam kondisi sehat.

Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

10

DAFTAR PUSTAKA
Boddie, G. 1962. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadhelpia: Lippincott
Company.
Indarjulianto, S. Raharjo, Slamet. Widiyono, Irkham. 2010. Diagnosa Klinik Veteriner.
Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKH-UGM
Schalms. 2010. Veterinary Hematology 6ed. Wiley Blackwell : USA
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia) 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Surono. 2008. Petunjuk Praktikum Diagnosa Klinik Veteriner. Yogyakarta : Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKH-UGM

Laporan Praktikum POB 2015 (Citra Meilawati-07346)[Type the company name]

11

Anda mungkin juga menyukai