LP Koe R TB Paru 3
LP Koe R TB Paru 3
KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubeculosis.
2.
Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet
nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali
penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya
terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu
lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi
dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor
penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi
droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang
terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping
penularan
melalui
saluran
pernapasan
(paling sering),
M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan
luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
3.
Patofisiologi
Mycobacterium TBC
Masuk jalan napas
Tinggal di Alveoli
Tanpa infeksi
Inflamasi
Fibrosis
Kalsifikasi
- Batuk
Alaveolus tidak
- Spuntum purulen
Exudasi
- Hemoptisis
kembali saat
ekspirasi
- BB menurun
Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi
Kuman
Infeksi primer
Sembuh total
Komplikasi
- Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen, hematogen
Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian
Diresorpsi kembali/sembuh
Sarang meluas
Jika dibatukkan
sembuh dgn.
membentuk kavitas.
Jar. Fibrotik
.
Kavitas meluas
Membentuk sarang
tuberkuloma
4.
Batuk darah
1. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
2. Darah berbuih bercampur udara
3. Darah segar berwarna merah muda
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia kadang-kadang terjadi
6. Benzidin test negatif
Muntah darah
1. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
2. Darah bercampur sisa makanan
3. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
4. Darah bersifat asam
5. Anemia seriang terjadi
6. Benzidin test positif
Epistaksis
1. Darah menetes dari hidung
2. Batuk pelan kadang keluar
3. Darah berwarna merah segar
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia jarang terjadi
6.
Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai
berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
-
Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
7.
Terapi
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam
Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Obat Anti TB
Aksi
Potensi
Isoniazid (H)
Bakterisidal
Tinggi
Rifampisin (R)
Bakterisidal
Tinggi
10
10
10
Pirasinamid (Z)
Bakterisidal
Rendah
25
35
50
Streptomisin (S)
Bakterisidal
Rendah
15
15
15
Etambutol (E)
Bakteriostatik
Rendah
15
30
45
Esensial
2.
3.
4.
5.
Kategori I
spondiolitis
dengan
gangguan
neurologis,
Kategori II
tetap positif.
3.
Kategori III
Kategori IV
: Tuberkulosis Kronik.
sisipan), kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat apakah dahak
sudah negatif atau belum. Fase lanjutanya adalah 4 HR atau 4 H3R3. Pada
penderita meningitis, TB Milier, Spondiolitis dengan kelainan neurologis, fase
lanjutan diberikan lebih lama yaitu 6 7 bulan hingga total pengobatan 8 9
bulan. Sebagai panduan alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.
PANDUAN OBAT KATEGORI II
Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Biula setelah fase intensif dahak
menjadi negatif maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah 3 bulan dahak
masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE
(juga dikenal sebagai obat sisipan) bila setelah 4 byulan dahak nmasih tetap
posistif maka pengobatan di hentikan 2 3 hari, lalu periksa biakan dan uji
resistensi kemudian pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan. Bila penderita
mempunyai data resisten sebelumnya dan ternyata kuman masih sensitive
terhadap semua obat dan setelah fase intensif dahak menjadi negatif maka fase
lanjutan dapat diubah seperti kategori I dengan pengawasan ketat. Bila data
menunjukan resistensi terhadap H atau R maka fase lanjutan harus diawasi
dengan ketat. Tetapi jika data menunjukan resistensi terhadap H dan R maka
kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil. Fase lanjutan adalah 5 H3R3E3 bila
dapat dilakukan pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan
pengawasabn.
PANDUAN OBAT KATEGORI III
2 HRZ / 6 HE
2 HRZ / 4 HR
2 HRZ / 4 H3R3
PANDUAN OBAT KATEGORI IV
Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilabn pengobatan kecil
sekali. Untuk negara kurang mampu dan dari segi kesehatan masyarakat dapat
diberikan H saja seumur hidup. Sedang untuk negara maju atau pengobatan
secara individu (penderita mampu) dapat dicoba pemberian obat berdasarkan
sesuai uji resisten atau obat lapis kedua seperti quinolobn, ethioamide, sikloserin,
amikasin, kanamisin dsb.
7
8.
campur purulen
Pneumonia
Bronkitis
Penatalaksanaan Hemoptoe
Tujuan Umum :
1. membebaskan jalan nafas
2. mencegah aspirasi
3. menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar.
Konservative
~ Hemoptoe sedikit (<200ml/24jam} dapat berhenti
-obat: codein, doveri, penyakit dasar
- diminta tenang, istirahat total, kalau perlu obat penenang
~ Tidur setengah duduk:
13-31% hemopthoe berhenti sendiri MRS 1-4 hari,
87 % berhenti sendiri setelah 4hari MRS
~ Infus atau transfusi
Batuk darah masif:
-
tidur trendelenburg ke arah sisi yang sakit{agar tidak aspirasi ke paru yang
sehat}
8
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil
dan atau berkeringat
Mimpi buruk
Tanda:
2.
Sirkulasi
Gejala:
-
Palpitasi
Tanda:
-
Takikardia, disritmia
Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam
mediatinum)
9
3.
TD: hipertensi/hipotensi
Integritas ego:
Gejala:
-
Tanda:
4.
Tanda:
5.
Tanda:
6.
Pernapasan:
Gejala:
-
Napas pendek
Tanda:
-
Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
(crackels posttussive)
7.
Deviasi trakeal
Keamanan:
Gejala:
-
Tanda:
8.
Interaksi Sosial:
Gejala:
-
9.
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-
Riwayat keluarga TB
10.
Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
Interpretasi Hasil
Sputum:
-Kultur
-Ziehl-Neelsen
BTA positif
11
Foto thorax
Histologi
atau
kultur
Darah:
-LED
-Limfosit
-Elektrolit
Hasil
bervariasi
tergantung
lokasi
dan
sebagai
akibat
dari
infiltrasi
12
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas,
penurunan kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen.
2. Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara, nyeri
dada, proses inflamasi.)
3. Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
4. (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.
5. Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang
pengetahuan tentang pengamanan drainase.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status
metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.
7. Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan
penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN
4.1 Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas, penurunan
kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji fase patologis penyakit (aktif/tidak aktif) dan potensi penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa.
-
Membantu
klien
menyadari/menerima
perlunya
mematuhi
program
Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup
dan menghindari hal-hal yang dapat menghambat penyembuhan penyakit.
Fase aktif berakhir 2-3 hari setelah periode kemoterapi awal tetapi pada
caverne atau lesi yang luas risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai
3 bulan.
4.2 Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara dalam
rongga pleura, nyeri dada, proses inflamasi)
Intervensi dan Rasional:
1.
2.
Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat
stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat
hipoksia.
3.
Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu
lobus, segmen paru atau seluruh area paru (unilateral).
4.
Ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea ke arah sisi yang
sehat pada tension pneumothorax.
5.
Kaji fremitus.
-
Suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan dan udara
seperti pada pneumothorax.
14
6.
Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif
dan mengurangi trauma.
7.
8.
Setelah WSD dilepas, tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril, observasi
tanda yang dapat menunjukkan berulangnya pneumothorax seperti napas pendek,
keluhan nyeri.
-
Deteksi
dini
terjadinya
komplikasi
penting
seperti
berulangnya
pneumothorax.
4.3 Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan,
upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Intervensi dan Rasional:
1.
2.
adanya hemoptisis.
-
Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang
tidak adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka
bronkial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.
3.
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu pasien latihan napas dalam dan
batuk yang efektif.
-
4.
5.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan penghisapan (suction)
-
6.
4.4 (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.
Intervensi dan Rasional:
1.
2.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit,
termasuk membran mukosa dan kuku.
-
3.
4.
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri
sehari-hari sesuai keadaan pasien.
-
5.
6.
4.5 Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang
pengetahuan tentang pengamanan drainase.
Intervensi dan Rasional:
1.
Informasi tentang bagaimana sistem kerja dan tujuan drainase memberi rasa
tenang kepada klien dan mengurangi ansietas.
3.
Awasi sisi lubang insersi pemasangan selang, amati kondisi kulit, ganti kasa
pentup steril setiap hari atau setiap kali bila kotor atau basah.
- Tindakan deteksi dini komplikasi pemasangan drainase dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
4.
4.6 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status
metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.
Intervensi dan Rasional:
1.
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat
17
Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)
- Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.
3.
Pantau asupan dan haluaran, timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
- Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4.
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta
sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.
- Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat untuk
mengobatan sistem respirasi yang dapat merangsang pusat muntah.
5.
Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.
- Memaksimalkan asupan nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta
menurunkan iritasi saluran cerna.
6.
Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang
tepat.
- Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehuvungan dengan status
hipermetabolik klien.
7.
4.7 Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan
penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Intervensi dan Rasional:
1.
2.
Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan
alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama.
- Meningkatkan partisipasi klien dalam program pengobtan dan mencegah
putus berobat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum jadual terapi
selesai.
3.
Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang
memerlukan evaluasi lanjut.
4.
19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,
Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu
Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU + HEMOPTOE DI
RUANG PARU LAKI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Nama Mahasiswa
: Subhan, S.Kep
N I M
: 010030170 B
Ruangan
: Paru Laki
Tanggal Pengkajian
: 25 Nopember 2002
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. PL
No. Reg.
: 10220851
Umur
: 35 tahun
Tgl. MRS
: 22 Nopember 2002
Diagnosa
: TB Paru Komplikasi
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Jualan Pangsit
Pendidikan
: SD
Alamat
: Surabaya
Penanggung
: Sendiri
Hemoptoe
Kebiasaan berobat
: Dokter/Puskesmas
Alergi
: Tidak ada
Kebiasaan merokok/alkohol
: Sesak napas
Riwayat keluhan utama : Sesak napas sejak 6 hari yl (20/11-02), semakin hebat
disertai nyeri dada menjalar ke bahu pada pagi hari
sebelum MRS (22/11-02). Batuk (+), sputum (-), batuk
darah (+) 250 cc.
kesehatan
sudah
pulih,
berat
badan
bertambah.
Klien
tidak
Riwayat Kesehatan Lingkungan: -Riwayat Kesehatan Lainnya: -Alat bantu yang dipakai:
-Gigi palsu
: ya
tidak
-Kaca mata
: ya
tidak
-Pendengaran
: ya
tidak
-Lainnya (sebutkan)
S : 37 0C
N : 92 x/mnt
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
HR : 92 x/mnt
axilla
teratur
lengan kiri
normal
teratur
rectal
cyanosis
tidak teratur
oral
kuat
berbaring
cheynestoke
lemah
duduk
kusmaul
: normal /dbn.
normal /dbn.
Penglihatan
23
Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan kotor ada bekas cairan darah.
Abdomen : tak ada kelainan.
Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/hari,
Diet TKTP, Bubur, tiap makan dihabiskan
Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan bebas, perese tidak ada.
Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan. Tulang belakang tidak ada kelainan.
Kulit : kuning kecoklatan. Akral dingin basah. Turgor cukup.
Sistem Endokrin
Tak ada kelainan
POLA AKTIVITAS
Makan:
Frekuensi
Jenis menu
Yang disukai
: tidak spesifik
: pantangan agama
Pantangan
: pantangan agama
Alergi
: tidak ada
Minum:
Frekuensi
: 6-7 x/hari
Jenis minuman
Yang disukai
: teh
: --
Pantangan
: pantangan agama
Alergi
: --
Kebersihan diri:
Mandi
: 2-3 x/hari
Keramas
: 2-3 x/minggu
Sikat gigi
: 2-3 x/hari
Memotong kuku
: 1 x/minggu
Ganti pakaian
: 2-3 x/hari
Masalah
: tidak ada.
24
Tidur malam
Aktivitas sehari-hari
PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga:
aktif
kurang
tidak ada
Dukungan kelompok/teman/masyarakat:
aktif
kurang
tidak ada
bermusuhan
mudah tersingung
kontak mata
defensif
curiga
lainnya
(sebutkan)
kooperatif,
ramah
Konflik yang terjadi terhadap:
Peran
Nilai
lainnya (sebutkan) --
Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan:
Tuhan Allah
Dewa
Lainnya (sebutkan) .
Dewa
Lainnya (sebutkan) .
Lainnya (sebutkan) .
Lainnya (sebutkan) .
Tindakan
Tidak
25
Tidak
Cobaan/peringatan
Kebutuhan Pembelajaran:
Pengetahuan tentang penyebab penyakit:
Ya
Tidak
Keliru
Tidak
Keliru
Lainnya (sebutkan) Klien menyatakan tidak memahami dengan jelas bagaimana proses
penularan penyakit TB Paru.
Pembedahan
Perawatan
Nutrisi
Lainnya (sebutkan)
- Klien meminta penjelasan tentang pengobatan, pemeriksaan ulang dan perawatan
penyakitnya.
: kurang mengerti
Radiologi
Lainnya
:-
Gejala/tanda kekambuhan:
Ya
Sebagian
Keliru
Lainnya (sebutkan) .
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Hb 13 g %; Lekosit 19; Thrombosit 386; PCV 0,39; GDA 105, SGOT 22, BUN 12.
X Ray : tanggakl 22 Nopember 2002
Kesan : Multi cavitas Apeks Dextra, Fibro infiltrat Dextra, Fibrocalsifikasi
26
TERAPI
-
Codein 3x1mg
27
ANALISA DATA
Data
DS:-Klien
menyata- kan pernah
berobat di
Minum OAT
dari Puskesmas Tambak Rejo
6 bulan, berjalan sesuai program
dan kondisi kesehatan sudah
pulih
- Klien
tidak
mengetahui/menyangka
ka-lau
penyakitnya
akan
kambuh
kembali.
- Klien tidak memahami dengan
jelas
bagaimana
proses
penularan tuberkulosis.
DO:X
Ray
:
Kesan :
Apeks
Penyebab
Masalah
infeksi
(reaktivasi)
nyebaran
penyakit.
sekunder
dan
pe-
penularan
Multi cavitas
Dextra,
infiltrat
Fibro
Dextra,
Fibrocalsifikasi
Minum OAT secara rutin.
DS: - Tidak ada Riwayat putus berobat/berhenti minum OAT (+)
- Klien
bekerja sebgi penjual
pangsit.
- Klien meminta pen-jelasan
tentang
peng-obatan,
pemeriksaan
ulang
dan
perawatan penyakitnya.
Kurang
(tentang
Kurang Pengetahuan
pengetahuan
proses
tera-
pi,kemungkinan kambuh
dan perawatan penyakit).
11.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
informasi,
Dx.Keperawatan &
& No.
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
26/11-02
1.
4.
8.
2.
Kurang
pengetahuan
(tentang proses terapi,
kemungkinan kambuh
dan perawatan penyakit)
b/d kurang terpajan atau
salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/
lengkapnya
informasi
yang ada.
Kriteria Hasil:
1. Klien akan menyatakan pemahaman tentang proses penyembuhan penyakit, kebutuhan pengobatan dan
pemeriksaan
ulang
untuk menilai hasil
terapi
2. Klien dapat mengidentifikasi
gejala
yang
memerlukan
evaluasi/intervensi
lebih lanjut.
31
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl
27/11-0
Jam
10.00
Tindakan Keperawatan
Nama Perawat
Dx. 1
2
1.
2.
Menjelaskan
penyebab
penyakit,
proses
4.
Mengdentifikasi
terhadap
reaktivasi
faktor
risiko
tuberkulosis
individu
(alkoholisme,
dan
tidak
Subhan
Mendiskusikan
dengan
klien
pentingnya
Mendiskusikan
dengan
klien
pentingnya
Codein 3x1mg
Dx. 2
1. Mengkaji kemampuan klien untuk mengikuti
pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan
umum, pengetahuan klien sebelumnya, suasana
yang tepat).
2. Menjelaskan tentang dosis obat, frekuensi
pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu
lama.
3. Mengajarkan dan menilai kemampuan klien untuk
mengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit
(hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan
bernapas, kehilangan pendengaran, vertigo).
4. Menekankan pentingnya mempertahankan asupan
nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang
tinggi serta asupan cairan yang cukup setiap hari.
33
EVALUASI
Tgl &
No.
28/4-02
1.
Diagnosa
Nama
Evaluasi
Perawat
Jam 09.00
Risiko
tinggi
ter- S: Klien
menyatakan
pemahamannya
tentang
penyebaran penularan
dan tertawa.
Subhan
penyakit b/d penurunan imunitas dan O: Klien tidak menunjukkan perilaku batuk/bersin
kurang
pengetahuan
tentang
proses
A: Masalah teratasi.
P: Ingatkan
kembali
klien
tentang
risiko
2.
pi,kemungkinan kam-
TB Paru.
hasil
interpretasi informa-
kesehatannya.
pengobatan
dan
perkembangan
Subhan
P: Ingatkan
kembali
klien
tentang
tentang
35