Disusun oleh :
TRI WIDYANINGRUM
12.1147
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrien dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwald).
B. PENYEBAB GAGAL JANTUNG
Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis).
Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan
fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
C. GEJALA
Tanda tanda dan gejala gejala kegagalan yang disebabkan oleh
Lelah
Angina
cemas
bunyi jantung S3
oliguri
kulit dingin, pucat
Tanda tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari
ventrikel kiri
-
Dyspneu
- Batuk
- Orthopneu
Tanda- tanda dan gejala gejala yang disebabkan oleh kongesti balik
ventrikel kanan :
-
Edema perifer
Hati membesar
Keluhan berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas,
batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau batuk berdarah, fungsi
ginjal menurun.
Gejala jantung kanan
PATOFISIOLOGI
Respon kompensasi terhadap out put kardiac yang tidak adekuat.
Cardiac out put yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi
yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ- organ tubuh yang vital.
Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua
pengaruh utama :
1.
2.
Vasokontriksi perifer
Vasokontriksi perifer menggeser arus darah arteri ke organ-organ yang
kurang vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ yang lebih vital,
seperti otak. Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena ke jantung.
Peningkatan peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas.
Pada permulaan respon berdampak perbaikan terhadap cardiac out put,
namun selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium,
Kegagalan ventrikel kanan terjadi bila bilik ini tidak mampu memompa
melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru- paru. Kegagalan ventrikel
kanan dalam memompakan darah akan mengakibatkan oedema pada ekstrimitas.
Pada hati juga mengalami pembesaran karena berisi cairan intra vaskuler,
tekanan di dalam sistem portal menjadi begitu tinggi sehingga cairan didorong
melalui pembuluh darah masuk ke rongga perut (acites) akibatnya akan
mendesak diafragma yang akhirnya akan susah untuk bernafas.
GAGAL JANTUNG
Curah jantung
Curah jantung
Vena sistemik
Asites
Hepatomegali
Tanda-tanda klinis :
pulmonalis
Asites
Hepato/splenomegali
JVP
Perfusi jaringan
F.
Takikardi
Dispnea/sesak napas
sianosis
Perfusi jaringan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung
(T. Santoso, Gagal jantung 1989). Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk
mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-fungsi organ
lain seperti : hati, ginjal dan lain-lain.
G.
Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir
berkurang
Hidrothorak
Ekokardiografi :
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal
jantung
Kateterisasi Jantung:
Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary
arterial wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung
lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.
H.
PENATALAKSANAAN
Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori :
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
jantung
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
pencegahan kekambuhan
mencegah
kekambuhan
Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat,
minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
.
I.
PENGKAJIAN DATA
Pengkajian Primer
Airway :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll
Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan
dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku
pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau
ronchi, oedema
Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat
Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare / konstipasi
Makanana/cairan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
J.
DIAGNOSA
Untuk memperkuat diagnosa maka dlm pemeriksaan fisik akan menunjukkan :
Denyut nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi jantung abnormal,
pembesaran jantung, pembengkakan vena leher, cairan di dalam paru, pembesaran
hati, penambahan berat badan yang cepat, pembengkakan perut dan tungkai.
K.
PENGOBATAN
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan
berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan
harapan hidupnya.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu :
1. mengobati penyakit penyebab gagal jantung.
a. Pembedahan bisa dilakukan untuk :
adalah
pencegahan
atau
pengobatan
dini
terhadap
PRIORITAS PERAWATAN
1. Meningkatkan kontraktilitas miokard/ perfusi jaringan sistemik
2. Menurunkan kelebihan volume cairan
3. Mencegah komplikasi Post op.
4. Memberikan informasi mengenai penjahit, prognosa , terapi dan pencegahan
terhadap pengulangan penyakit
M.
urin,
jumlah
penurunan GFR.
penurunan
kriteria hasil :
- cairan
karena
ginjal.
dalam
keadaan
Hitung
seimbang.
- TTV
masukan Menentukan
rentang normal
- Tidak
oedem.
perfusi
cairan
tiba-
tiba
/berlebihan
ada Ukur
abdomen
lingkar
sesuai Pada gagal jantung
indikasi
peritoneal,
menyebabkan asites
Kolaborasi
pemberian diuretik
Meningkatkan laju
urine
dan
menghambat
reabsorbsi
natrium
Setelah
gas tindakan
dilakukan Auskultasi
nafas
bunyi
Menyatakan adanya
berhubungan
dengan
keperawatan selama
kongesti paru.
pasien
kedalam
alveoli - Oksigenasi
dalam.
sekunder
Oedem
paru.
nafas
adekuat.
- Bebas
dan
memudahkan aliran
gejala
oksigen.
distres
Dorong perubahan
pernafasan
posisi sering
Membantu
mencegah
atelektasis
dan
pneumonia.
Kolaborasi
pemberian oksigen
Meningkatkan
konsentrasi oksigen
alveolar, yang dapat
memperbaiki/
menurunkan
hipoksemia jaringan
Cemas
Setelah
berhubungan
tindakan
dengan
jantung.
kesehatan
tentang Pasien
pengetahuan
tentang
1 x 24 jam dengan
kondisinya
dan
mengurangi stress.
akan
rasional
pengobatan
Pemahaman
program,
obat,
dapat meningkatkan
kerjasama
melaksanakan
tindakan
keperawatan.
Setelah
tindakan
dilakukan Pijat
kemerahan
area
atau Meningkatkan
dalam
gangguan
aliran
darah,
jaringan
3 x 24 jam dengan
meminimalkan
berhubungan
kriteria hasil :
hipoksia jaringan.
menurun.
gangguan
Memperbaiki
jaringan.
sirkulasi,
menurunkan
tekanan pada satu
Setelah
tindakan
sebelum
berhubungan
peningkatan
3 x 24 jam dengan
- Dapat
aktivitas
memenuhi Evaluasi
kebutuhan
peningkatan
Dapat menunjukan
perawatan sendiri.
intoleran aktivitas
peningkatan
- Menurunnya
kelemahan
dekompensasi
dan
kelelahan
- Tanda vital dalam
rentang normal.
Beban tekanan
berlebihan
Beban sistole
berlebihan
Beban sistole
meningkat
Preload
meningkat
Beban volume
berlebihan
Gagal jantung kanan
Hambatan pengosongan
ventrikel
Beban jantung meningkat
Gagal jantung kiri
Forward failure
Nutrisi
LVED naik
Renal flow
turun
Suplai O2
otak menurun
Metabolisme
an aerob
GFR
Retensi Na + H2O
Tekanan kapiler
paru naik
Oedema paru
Metabolisme sel
Lemah
Cemas
Backward failure
COP
Suplai darah
jaringan turun
Kurang
pengetahuan
Timbunan asam
laktat meningkat
Kelebihan volume
cairan
Fatique
Intoleransi aktivitas
Cairan masuk
dalam alveoli
Gangguan
pertukaran gas
Gangguan perfusi
jaringan
Tekanan vena
pulmo naik
Daftar pustaka
APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby
Year Book. Michigan
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I
Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A nursing
proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1987.
Doenges, Marylyn E., Nursing Care Plans, Edisi III, 1999