Anda di halaman 1dari 8

Fakultas

Ilmu dan Teknologi Kebumian

Program Studi Meteorologi


PENERBITAN ONLINE AWAL
Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada
Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan
program sarjana. Karena paper ini langsung diunggah setelah
diterima, paper ini belum melalui proses peninjauan, penyalinan
penyuntingan, penyusunan, atau pengolahan oleh Tim Publikasi
Program Studi Meteorologi. Paper versi pendahuluan ini dapat
diunduh, didistribusikan, dan dikutip setelah mendapatkan izin
dari Tim Publikasi Program Studi Meteorologi, tetapi mohon
diperhatikan bahwa akan ada tampilan yang berbeda dan
kemungkinan beberapa isi yang berbeda antara versi ini dan
versi publikasi akhir.

2012 Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung

Analisis hidrometeorologi Pada Daerah Panas Bumi


(Studi Kasus Daerah Aliran Sungai Kamojang, Garut)
MARIZ RAFA
Program Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Disamping untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari seperti pertanian, perkebunan, hingga pariwisata, air juga mempunyai kontribusi
yang besar dalam industri panas bumi. Air merupakan komponen yang penting dalam pemberdayaan
energi panas bumi. Karena tanpa air tidak akan ada uap yang dapat dimanfaatkan sebagai energi. Semakin
lama, kualitas uap yang dihasilkan pasti mengalami penurunan. Oleh karena itu air sangat diperlukan
untuk keberjalanan industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Perhitungan water balance metoda F.J. Mock dihitung berdasarkan data curah hujan dan limited
evapotranspirasi. Rincian air yang masuk (inflow) dan yang keluar (outflow) ke dan dari siklus hidrologi
tersebut untuk satu wilayah selama perioda tertentu dinyatakan dalam kesetimbangan air (water balance).
Jumlah volume air yang bisa dimanfaatkan merupakan total run-off (TRO) yang terjadi berdasarkan
jumlah curah hujan yang turun.
Nilai volume air di wilayah kajian didapat dari nilai total run off dalam satuan liter. Didapat nilai tertinggi
ada di bulan Maret sebesar 4.413.397.947,10 liter, dan nilai terendah ada di bulan Juli sebesar
69.943.375,94 liter. Diperlukan usaha-usaha lebih untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah kamojang
pada musim kering untuk kedepannya, seperti pembuatan waduk penampungan sementara dan pembuatan
reservoir airkasus lainnya dalam menggambarkan fenomena monsun break yang terjadi secara tepat pada
periode kajian.

Kata kunci: precipitation, water balance, total run-off, water volume

1.

jumlah lokasi tersebut mempunyai total potensi


sumber daya dan cadangan panas bumi sebesar sekitar
27.357 MWe. Dari total potensi tersebut hanya 3%
(807 MWe) yang telah dimanfaatkan sebagai energi
listrik dan menyumbangkan sekitar 2% dalam
pemakaian energi listrik nasional.

Pendahuluan

Dalam siklus hidrologi air terdapat di darat, laut


maupun udara. Berdasrakan presentasenya air paling
banyak terdapat di laut (97,5%) dan yang terkecil
terdapat di udara (0,001%). Air menguap ke udara dari
permukaan bumi, berubah menjadi awan dan sesudah
melalui beberapa proses kemudian jatuh sebagai hujan
atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum
jatuh ke permukaan bumi sebagian langsung menguap
ke udara dan sebagian tertampung ke permukaan
bumi.

Air merupakan komponen yang penting dalam


pemberdayaan energi panas bumi. Karena tanpa air
tidak akan ada uap yang dapat dimanfaatkan sebagai
energi. Ketersediaan air tanah pada suatu wilayah
dapat di peroleh dari penyerapan air hujan dan air
permukaan. Namun karena jenis permukaan lahan
yang mempunyai daya serap air yang berbeda dan
pengembangan suatu wilayah sering meniadakan
ketersediaan air sebagai salah satu faktor pembatas
tetapi lebih kepada tersedianya peluang ekonomi.
Maka ada kemungkinan jumlah ketersediaan air tidak
sesuai dengan kebutuhan ideal untuk suatu sumber
daya panas bumi.

Panas bumi merupakan sumber daya energi baru


terbarukan yang ramah lingkungan (clean energy)
dibandingkan dengan sumber energi fosil. Dalam
proses
eksplorasi
dan
eksploitainya
tidak
membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar.
Energi panas bumi bersifat tidak dapat diekspor, maka
sangat cocok untuk untuk memenuhi kebutuhan energi
di dalam negeri.

Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis energi,


khususnya minyak. Oleh karena itu, beberapa langkah
strategi harus dilakukan guna mengatasi permasalahan
tersebut. Geotermal, sumber energi di Indonesia yang
memilki potensi 40 % potensi dunia menjadi suatu
alternatif saat ini (Widjajono Prawidagdo). Di dalam

Sampai tahun 2004, sebanyak 252 area panas bumi


telah di identifikasi melalui inventarisasi dan
eksplorasi. Sebagian besar dari jumlah area tersebut
terletak di lingkungan vulkanik, sisanya berada di
lingkungan batuan sedimen dan metamorf. Dari

geothermal, pemanfaatan dan pengelolaan air sangat


diperlukan karena dengan adanya pengolahan air
tersebut, pembangkit listrik geothermal dapat berjalan
dengan baik. Perlu diketahui pula, air tanah yang
terdapat di dalam reservoir dan dipanaskan oleh
magma, berasal dari air hujan yang mengalami
infiltrasi ke dalm tanah. Oleh karena itu, fenomena
curah hujan dalam keterkaitannya dalam geothermal
merupakan salah satu hal yang menarik untuk diteliti
oleh seorang meteorologist.
Dengan dikonversinya air menjadi uap, sebuah turbin
pembangkit dapat berjalan. Perlu diketahui,
ketersediaan air tidak selamanya selalu menjadi
cadangan yang banyak bagi pemanfaatan geothermal.
Bergantinya dari musim hujan ke musim kemarau atau
sebaliknya menjadi suatu faktor yang sangat
menentukan ketersediaan air di dalam tanah.

Gambar 2.1. Data DEM wilayah kajian

Oleh karena itu, langkah-langkah yang signifikan


perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaan air tanah
untuk pemanfaatan sumber listrik geothermal.
Pemecahan masalah ini bisa dilakukan dengan
manajemen pengisian kelebihan air pada bulan basah
untuk disimpan pada bulan kering dan pemanfaatan
curah hujan maksimum pada kawasan-kawasan
terbangun dengan suatu teknologi konservasi air tanah
buatan (artificial recharge).

2.

Gambar 2.2. Peta wilayah PLTP Kamojang

Data dan Metode


d). Data tata guna lahan
Data tata guna lahan digunakan untuk melihat kondisi
jenis tanaman yang menjadi dominan di wilayah
kajian untuk menentukan koefisien kekasaran.

Data utama yang digunakan dalam penelitian tugas


akhir ini berasal dari :
a). Data Primer observasi stasiun meteorologi
Data stasiun meteorologi di sekitar wilayah kajian
digunakan
sebagai
data
utama,
berhubung
ketersediaan data yang terbatas sehingga dipakai data
curah hujan harian saja, yang diolah menjadi data
curah hujan bulanan dan menentukan jumlah hari
hujan.
b). Data Sekunder NCEP
Karena kurangnya data observasi yang tersedia maka
untuk melengkapinya digunakan data NCEP. Data ini
merupakan data analisis kondisi atmosfer yang
diperoleh dengan menggabungkan data observasi dan
model. Data-data yang digunakan adalah data
temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin pada
ketinggian 10 meter. Data NCEP yang didapat tidak
dilakukan interpolasi melainkan hanya data terdekat
dari titik kajian, karena pengaruh ketiga parameter
dalam kajian ini sangatlah kecil.

Gambar 2.3. Tata guna lahan wilayah kajian

e). Data jenis tanah


Data tata guna lahan pada wilayah kajian digunakan
untuk keperluan koefisien porositas pada perhitungan
neraca air menggunakan metoda F.J Mock . Hal ini
penting dikarenakan tanah mempunyai pengaruh
terhadap hasil siklus hidrologi, dimana dengan tipe
tanah yang kohesif atau non-kohesif akan
menghasilkan siklus hidrologi yang jauh berbeda.

c). Data DEM


Dalam studi kali ini data elevasi digital yang
digunakan berasal dari NASA SRTM yang
mempunyai resolusi 90 meter yaitu kontur yang
menghasilkan 90 x 90m pixel.

keterbatasan data, hanya data curah hujan harian yang


tersedia maka untuk menutupi kekosongan data
digunakan data NCEP sebagai data sekunder.
Data DEM digunakan untuk menentukan besar
wilayah kajian. Dengan memasukan koordinat stasiun
meteorologi bisa didapatkan bentuk polygon thiessen
untuk menentukan besar curah hujan wilayah yang
akan dipakai dalam neraca air.
Data tata guna lahan di perlukan untuk menentukan
koefisien kekasaran wilayah kajian. Data jenis tanah
digunakan untuk menentukan koefisien porositas
wilayah kajian.
Koefisien-koefisien tersebut
digunakan pada perhitungan neraca air F.J. Mock.

Gambar 2.4 Jenis tanah wilayah kajian

Data-data yang didapat digunakan untuk pembuatan


neraca air F.J. Mock. Hasil yang didapat diguanakan
untuk membuat analisis hidrometeorologi pada
wilayah kajian dan mencari besar potensi air yang ada
untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat wilayah
kajian. Secara garis besar skema pengerjaan tugas
akhir ini dapat diilustrasikan dengan gambar 2.6.

f). Data kebutuhan air


Data kebutuhan air di wilayah kajian digunakan untuk
melihat seberapa besar kebutuhan air yang di
guanakan untuk injeksi reservoar dan kebutuhan
sehari-hari penduduk sekitar.
Injeksi air diperlukan untuk meningkatkan kualitas
produksi sumur panas bumi. Air ini berasal dari uap
air yang didinginkan dan sebagian lagi dari air tanah.

Gambar 2.5 Diagram aliran air PLTP Kamojang


Kebutuhan Injeksi = 50% x Volume Air Injeksi
Gambar 2.6. Diagram Alir Penulisan Tugas akhir

Perhitungan ini dilakukan untuk menghitung berapa


jumlah konsumsi air perorangan selama sebulan pada
wilayah kajian. Jumlah penduduk wilayah kajian
adalah 90 jiwa. Dalam perhitungan kebutuhan air
penduduk di perlukan asumsi. Asumsi yang digunakan
adalah 150 lt/jiwa/hari (Sumber: Neraca Sumber Air
Nasional, Kerjasama Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional dengan Dit.Bina Program
Pengairan Dep. P.U.).

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1. Analisa curah hujan


Curah hujan yang diperlukan untuk penentuan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rencana pengendalian
banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah
yang bersangkutan (Sosrodarsono & Takeda, 2003).
Data yang didapat terdapat di beberapa titik yang
tersebar di kabupaten Garut.
Metode yang digunakan adalah metode polygon
thiessen, metode ini saya gunakan karena curah hujan
yang didapat memiliki variasi yang sangat beragam.

Maka didapat rumuas perhitungan:


Kebutuhan = 900 jiwa x 150 lt/hari x jumlah hari
Dalam pengerjaan tugas akhir ini dimulai dengan
mengumpulkan data meteorologi 2001-2010 di sekitar
wilayah kajian (Kamojang, Garut). Didapat data
observasi di sekitar wilayah kajian yaitu stasiun Leles,
Bungbulang, Wanaraja, dan Taragong. Karena

distribusi curah hujan pada bulan Juni, Juli, dan


Agustus curah hujan berada di bawah 50 mm/bulan.

Gambar 3.3. Grafik curah hujan tahunan stasiun


Leles tahun 2001-2010
Jika dilihat dari gambar 4.3. grafik curah hujan ratarata tahunan 2001-2010, angka tertinggi ada pada
tahun 2001 dan 2010 yang mencapai 302,4 mm/bulan.
Dan angka terendah ada pada tahun berikutnya sebesar
133,7 mm/bulan. Setiap tahun curah hujan pada
wilayah ini cenderung meningkat hal ini menunjukan
kecenderungan terjadinya perubahan iklim, bahkan
pada tahun 2010 curah hujannya sebesar 277,3
mm/bulan.

Gambar 3.1. polygon thiessen wilayah kajian


Dari hasil plot polygon tersebut dapat dilihat bahwa
wilayah kajian sangat kecil yaitu 24.477Km2. Karena
luas wilayah yang sangat kecil sehingga untuk
mencari besar curah hujan wilayah hanya
membutuhkan 1 titik pengamatan, yaitu stasiun leles
dengan jarak dari wilayah kajian kurang lebih 8 Km.

3.2. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan
air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan
transpirasi. Evapotranspirasi merupakan dasar dalam
menentukan kebutuhan air dalam perencanaan
pemanfaatan air dan proses yang sangat penting dalam
proses hidrologi. Banyak cara untuk mencari nilai
evapotranspirasi potensial, namun dalam tugas akhir
ini metode yang digunakan adalah metode pennman.

Gambar 3.2. Grafik curah hujan bulanan stasiun


Leles tahun 2001-2010
Curah hujan pada daerah kajian ini memiliki rata-rata
curah hujan bulanan tergolong jenis campuran, yaitu
tipe monsun dan tipe ekuatorial. Grafik membentuk
huruf U serta terdapat dua puncak pada bulan Maret
dan Desember. Curah hujan maksimum terdapat pada
bulan Maret sebesar 357,8 mm/bulan. Dalam setahun
terdapat enam bulan basah berturut-turut dan tiga
bulan kering berurut-turut, kemudian dikelompokan
dalam Zona Musim (ZOM), tipe curah hujan yang
bersifat unimodial yaitu satu puncak musim hujan,DJF
musim hujan, dan JJA musim kemarau (Bayong,
1999).

Gambar 3.4. Grafik


Limited
Evapotranspirasi
bulanan tahun 2001-2010
Pada gambar 3.4. menunnjukan kurva grafik limited
evapotranspirasi. Nilai tertinggi terdapat di bulan
Februari, hal ini disebabkan karena pada bulan
tersebut intensitas hujan masih sangat tinggi, namun
pada bulan ini posisi matahari berada di garis ekuator
(ekuinoks) yang sedang bergerak ke arah utara
sehingga intensitas penyinaran mataharinya sudah
mulai besar. Limited evapotranspirasi terkecil terdapat
di bulan Mei, hal ini disebabkan faktor intensitas
hujan, penyinaran matahari, dan tutupan lahan yang
ada. Titik limited evapotranspirasi terendah juga

Lokasi stasiun Leles jauh dari permukaan laut utara


dan selatan menyebabkan pengaruh sea breeze (angin
laut) di lokasi ini sangat lemah, hal ini terlihat pada

terdapat di bulan Agustus, karena pada bulan ini


intensitas hujan benar-benar rendah.
3.3. Analisa neraca air
Pada perhitungan neraca air bulanan wilayah kajian
terlihat bahwa kondisi selama rentang 10 tahun (20012010). Terlihat jelas bahwa pengaruh neraca air ini
sangat
dipengaruhi
curah
hujan.
Nilai
evapotranspirasinya cenderung stabil sepanjang tahun,
namun besar nilai run off dan base flow sangat
dipengaruhi intensitas hujan. Ketika intensitas hujan
tinggi maka nilai run off dan base flow juga tinggi
begitu pula kebalikannya.

Gambar 3.5. Grafik Grafik neraca air bulanan tahun


2001-2010
3.4. Volume air wilayah kajian
Besar nilai volume air di wilayah kajian didapat dari
nilai total run off dikali besar wilayah kajian dan di
ubah menjadi satuan liter. Di dapat nilai tertinggi ada
di bulan Maret sebesar 4.413.397.947,10 liter, dan
nilai terendah pada bulan Juli sebesar 70.052.010,41
liter. Jumlah volume potensi air yang ada di wilayah
kajian sangan di pengaruhi oleh besarnya intensitas
curah hujan yang ada. Nilai volume yang besar ada
pada bulan-bulan basah, sedangkan nilai volume yang
kecil ada pada bulan-bulan kering.

Dari gambar 3.5. terlihat bahwa nilai run off dan base
flow terendah terdapat di bulan oktober sedangkan
curah hujan pada bulan itu cenderung mengalami
peningkatan, hal ini di sebabkan nilai base flow pada
bulan oktober digunakan untuk memenuhi minimal
volume simpan pada bulan september, karena puncak
terendah nilai intensitas hujan berada di bulan agustus
dan september.

Tabel 3.1. Tabel volume air bulanan tahun 2001-2010

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Volume Air (liter)


2.178.609.330,61
4.074.325.815,13
4.413.397.947,10
2.768.415.057,15
1.277.215.697,40
350.971.003,12
69.943.375,94
104.948.906,31
373.451.633,63
111.422.491,09
1.750.868.891,27
1.772.588.976,83

Gambar 3.6. Grafik volume air tahun 2001-2010

Jika dilihat dari gambar 3.6. pola volume air


cenderung
mengalami
peningkatan
namun
peningkatannya tidak mengalami lonjakan yang besar.
Pada bulanbulan basah nilai volume air ini bisa
melebihi angka 10 milyar liter namun ketika bulan
kering bisa mencapai angka 0 liter.

ada. Namun kebutuhan air ini pasti akan terus


meningkat karena semakin lama daya produksi
pertamina kamojang akan terus mningkat. Saat ini
produksi perharinya mencapai 200Mw, dan tahun
2013 daya produksi listriknya akan dinaikan 30Mw
perhari menjadi 230Mw per harinya.
Saat ini kebutuhan air untuk injeksi didapat dari
waduk penampungan sementara (WPS) Cikaro. Air
permukaan dan air yang berasal dari uap panas
dikumpulkan dalam sebuah waduk yang kemudian
akan di pompa kembali untuk melakukan injeksi.
Dari segi jumlah penduduk saat ini di wilayah kajian
masih tergolong sedikit penduduk asli dan yang
datang untuk bekerja di wilayah tersebut kurang lebih
900 orang. Diambil asumsi 1 orang membutuhkan
150lt/hari (Sumber: Neraca Sumber Air Nasional,
Kerjasama Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional dengan Dit.Bina Program Pengairan Dep.
P.U.). jadi untuk sebulan kebutuhan air penduduknya
mencapai 4.050.000lt/hari. Kebutuhan air penduduk
juga akan trus meningkat kedepannya karena di daerah
tersebut telah dibangun pembangkit listrik maka
kedepannya kemungkinan besar bisa menjadi salah
satu pusat industri.

Gambar 3.7. Grafik kebutuhan air tahun 2001-2010


Gambar 3.7. menunjukan besar kebutuhan air
perbulannya, dan polanya mengalami peningkatan.
Kebutuhan air terbesar berasal dari kebutuhan injeksi
reservoar geothermal. Uap panas yang dingin lalu
menjadi air di injeksi kembali kedalam reservoar,
namun perlu ada penambahan air injeksi yang berasal
dari air tanah. Besar volume air yang diambil dari air
tanah sebesar 50-40% dari total injeksi. Volume air
yang dibutuhkan juga sangat fluktuatif tergantung
penurunan produksi uap reservoar panas bumi yang

Gambar 3.8 Grafik volume air dan kebutuhan air tahun 2001-2010

Dari Gambar 3.8. terlihat bahwa perbandingan jumlah


volume air yang tersedia pada wilayah kamojang
dengan data kebutuhan air di daerah kajian. Volume
air sangat dipengaruhi intensitas curah hujan di
wilayah tersebut. Ketika intensitas hujannya turun
volume tetap mengalami penurunan bahkan mencapai
angka nol sedangkan kebutuhan air tetap tinggi maka
diperlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Dilihat dari pola jumlah volume air dan jumlah
kebutuhan air yang ada masih cukup jauh jaraknya.
Sehingga untuk beberapa tahun kedepan setidaknya
untuk 10 tahun sampai 2020 WPS Cikaro masih bisa
memenuhi kebutuhan air untuk produksi listrik yang
ada jika tidak ada peningkatan daya produksi listrik
yang besar. Namun untuk kedepannya kebutuhan
listrik pasti akan meningkat maka perlu dibuat wadukwaduk dan reservoar-reservoar baru untuk menutupi
kebutuhan air khususnya air injeksi di saat musim
kemarau.

Mock F.J, 1973. Land Capability Apraisal Indonesia, FAO,


Bogor.
Lubis, A., 1995. Pola Infiltrasi Air Hujan Serta Implikasinya
Terhadap Konservasi Lahan. Proceeding Simposium
Nasional PSDA ITB, Bandung.
Rachmat, A., 1995. Studi Water Balance Dengan
Menggunakan Metode F.J. Mock Untuk Prediksi
Penambahan Air Tanah (Studi Kasus Daerah
Ciledug).
Nurhuda, S.A. 2007. Analisis Hidrometeorologi Untuk
Perencanaan Artificial Recharge di Lapangan Panas
Bumi Darajat Garut.
Kadarsah.(2011,April26).http://meteorama.forumotion.com/t
58-banyudataiklimhidrologidemsistem-lahan-landsystemgeologi
Lubis, A. (1999). Metode Analisa Dalam Hidrometeorologi.
Bandung: ITB.
Tjasyono, B. (1999). Klimatologi Umum. Bandung: ITB.

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai


berikut :

2.

Evapotranspirasi tertinggi terdapat di bulan


Februari hal ini di sebabkan karena pada
bulan tersebut intensitas hujan masih sangat
tinggi, namun pada bulan ini mulai terjadi
peralihan ke musim kering sehingga
intensitas mataharinya sudah mulai besar.

3.

Besar nilai volume air di wilayah kajian


didapat dari nilai total run off dalam satuan
liter. Didapat nilai tertinggi ada di bulan
Maret sebesar 4.413.397.947,10 liter, dan
nilai terendah ada di bulan Juli sebesar
69.943.375,94 liter.

Diperlukan
usaha-usaha
lebih
untuk
memenuhi kebutuhan air di wilayah
kamojang pada musim kering untuk
kedepannya, seperti pembuatan waduk
penampungan sementara dan pembuatan
reservoir air.

Todd, D.K., 1980. Ground Water Hidrology. John Willey &


Sons, New York.

3.5.2. Reservoir air


Reservoir air dibuat untuk keperluan menyimpan air di
dalam tanah. Meskipun secara alamiah air di simpan
dalam tanah dengan metode vegetatif, namun kita juga
bisa membuat metode penyimpanan air non-vegetatif
dengan membuat bangunan di bawah tanah dengan
memperhatikan wilayah kajian, karakter geologi dan
intensitas hujan.

Curah hujan daerah kajian bertipe monsun,


namun terkena dampak ekuatorial. Kurva
membentuk huruf U dan memiliki dua
puncak pada bulan Maret dan November.

5.

REFERENSI

3.5.1. Waduk penampungan Sementara


Waduk penampungan sementara di buat untuk
menampung air hujan dan air limpasan khususnya
pada bulan basah untuk memenuhi kebutuhan air pada
buan kering. Waduk ini berkonstruksi khusus yang di
buat di daerah perbukitan dengan kemiringan lereng
kurang dari 30%.

1.

Untuk beberapa tahun kedepan waduk


penampungan sementara (WPS) Cikaro
masih bisa memenuhi kebutuhan air injeksi
reservoar kamojang.

3.5. Usaha pengendalian volume air

4.

4.

Anda mungkin juga menyukai