Anda di halaman 1dari 12

Buletin Edisi II, Januari 2015

HAWE BULETIN
Refleksi Intelektualitas

Dok. Inet

Berebut Peran dan Kedudukan

HAYAMWURUK
REFLEKSI BUDAYA DAN INTELEKTUALITAS MAHASISWA

LEMBAGA PERS MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENERBIT:
Lembaga Pers Mahasiswa
Hayamwuruk
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.

KABAR KAMPUS

Pemira di Kampus Budaya


Oleh: Fakhrun Nisa; Sri Widya Ningsih.
Reporter: Suci Rahayu; Dinni Ariska.

PEMIMPIN UMUM:
Fakhrun Nisa
SEKRETARIS UMUM:
Farida Sukma Dewi
PEMIMPIN REDAKSI:
Ayu Mumpuni
SEKRETARIS REDAKSI:
Dian Karina L
EDITOR:
Intan Larasati A
REDAKTUR PELAKSANA:
Nurul Maulina W Z
REDAKTUR ARTISTIK:
Diah Wahyu Asih

Dok.Hawe

STAF REDAKSI:
Sri Widya Ningsih
PEMIMPIN LITBANG:
Muhammad Habib
STAF LITBANG:
Indah Zumrotun
Dinni Ariska
Deviana Kurniawati
Listi Athifatul Ummah
Resza Mustafa
PEMIMPIN PERUSAHAAN:
Suci Rahayu
STAF PERUSAHAAN:
Hendra Friana
Proto Spica
Novi Handayani
Elly Ratnasari
Wawan Prasetya
Risma W
ALAMAT REDAKSI:
Gedung A (Lantai 3)
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
Jalan Prof. Soedarto S.H.,
Tembalang, Semarang.

2|

Suasana penghitungan surat suara Pemira FIB Undip.

elasa, 30 Desember 2014


merupakan puncak dari
serangkaian kegiatan Pemilihan
Raya (Pemira) FIB. Pasalnya, hari itu
merupakan hari pencoblosan dan
penghitungan suara. Meskipun hari
itu masih dalam jadwal Ujian Akhir
Semester, namun hari pencoblosan
sudah ditetapkan. Tempat
Pemungutan Suara (TPS) digelar di
tiga tempat, yakni di lobi Lt.1 gedung
A, depan perpustakaan gedung B, dan
di perbatasan gedung C dan D FIB
Pleburan.
Arief Abdurrahman Hidayat
selaku ketua Pemira FIB 2014
menyampaikan bahwa antusiasme
mahasiswa tahun ini meningkat.
Dibuktikan dengan membludaknya
mahasiswa yang datang ke TPS untuk
ikut mencoblos calon pilihan mereka.
Namun, Annas Chairunnisa Lathifah
tidak mengungkapkan hal yang
senada. Annas, yang juga merupakan

salah satu anggota KPR justru


menyatakan bahwa partisipasi
mahasiswa tahun ini rendah. Menurut
mahasiswa Sastra Indonesia angkatan
2013 ini, dari 4000 jumlah surat suara
yang dicetak , hanya 1000 lebih
mahasiswa yang memilih.
Perbedaan pernyataan ini
dikuatkan pula oleh Danang, salah
seorang mahasiswa FIB yang
mengaku tidak memilih karena dia
tidak mengenal calon ketua dan wakil
ketua BEM pada pemira tahun ini.
Menurutnya, hal tersebut terjadi
karena sosialisasi yang sangat kurang
dari KPR, sehingga dia tidak
mengetahui banyak hal tentang calon
- calon tersebut.
Buruknya kinerja KPR juga
disepakati oleh kedua calon ketua
BEM FIB nomor urut 1 dan 2, yakni
Stanisclaus Costca Rheyno (Rino)
dan Bisma Nanda Iswandi.
Rino menuturkan, bahwa timeline

Buletin Edisi II, Januari 2015

KABAR KAMPUS

Buletin Edisi II, Januari 2015

|3

KABAR KAMPUS

Rektor Terpilih Jadi Menteri,


Undip Kebingungan Cari Ganti
Oleh: Dian Karina L.
Reporter: Indah Zumrotun; Resza Mustafa.
Menteri itu kan banyak yang bilang jabatan politis, jadi mungkin unsur politisnya juga
ada. ., ujar Pak Sunarso ketika ditanyai tanggapan Undip mengenai pelantikan salah
seorang Menteri.

erpillihnya Prof. Drs.


Mohamad Nasir, Msi. Akt.,
Ph.D sebagai Rektor yang
kemudian disusul dengan
terpilihnya beliau sebagai Mentri
Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
(Menristek dan Dikti)
menjadi sebuah fenomena
yang mengundang berbagai
argumen. Berkaca pada
pengalaman, Undip sendiri
pernah mengalami hal serupa
ketika masa jabatan
Presiden Soeharto. Kala itu
Profesor Muladi adalah
rektor terpilih Undip yang
juga diangkat menjadi Menteri,
sehingga diadakan pemilihan
rektor kembali dan
dimenangkan oleh Profesor
Budiharjo. Namun sekarang ini,
pemilihan rektor kembali harus
berdasarkan surat dari Dirjen Dikti
yang sesuai dengan Permendikbud
No. 33 tahun 2012 yang tahapannya
terdiri dari penjaringan,
penyaringan, dan pemilihan.
Pemilihan Kembali rektor ini
diputuskan pada saat rapat senat
Selasa, 2 Desember 2014.
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2014,
Undip telah berstatus sebagai PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri
Berbadan Hukum). Akan tetapi,
status PTN-BH Undip belum
memiliki statuta, sehingga belum
mempunyai Undang-Undang Dasar
dalam menjalankan kehidupan

4|

wilayah kampusnya. Menurut


Prof. Sunarso, Statuta ini masih
dalam proses harmonisasi yang
perlu dibicarakan oleh beberapa
departemen
dan
beberapa
kemen-

Permendikbud No.33 Tahun


2012.
Tidak ada yang tahu pasti
alasan penunjukan Prof. Nasir
menjadi menteri, padahal yang
sering disebut di media adalah Prof.
Sudharto. ketika hal ini ditanyakan
kepada Prof. Sunarso beliau
berkata, Hari jumat itu kan senam,
tuan rumahnya Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Nah itu, Prof. Nasir
menyampaikan bahwa beliau
ditimbali Pak Presiden, tapi
ndak tahu mau jadi menteri
atau ngga? Karena kalau
dilihat di rubrik.com atau
di mana mesti Prof.
Dharto yang dicalonkan.
Tapi ketika diumumkan
Prof. Nasir. Kalau
menteri itu kan jabatan
politis, jadi mungkin
unsur politis juga ada.
Tapi kan merupakan suatu
kebanggaan
juga sih jadi
t
e
n
I
Dok.
Menteri.
Prof. Sudharto yang
masih menjabat sebagai rektor
di perpanjang masa jabatannya
untuk menghindari kekosongan
kekuasaan karena diangkatnya
Rektor terpilih sebagai menteri.
Perpanjangan masa jabatan ini
-- sampai Rektor terpilih dilantik.
Menurut Yeti
-----Rochwulaningsih
yang menjadi
trian. Proses tersebutlah yang
Sekretaris Senat FIB Undip
menjadi alasan mengapa Undip
sekaligus anggota senat universitas
yang memiliki status PTN-BH
memutus-kan menggelar Pemilihan berkata, sekarang ini masih dalam
proses pembentukan panitia
Kembali Rektor dengan mengacu

Buletin Edisi II, Januari 2015

KABAR KAMPUS

H: Akun twitter Dimas BEM FIB kok ilang ya?


W: Enggak ilang, Cuma ganti nama jadi
@KorinSchool2015 aja.!?
H: Kok bisa ya?
W: Ya bisalah! Lha wong sekarang kegiatannya
korea-koreaan, bukan pengabdian
masyarakat.
H: Ketua BEM 2015 yang terpilih dari Sospol
lagi ya!?
W: Yaelah! Settingan kali tuh!???
H: Eh, SP ga jadi tau!
W: Yah, lulusnya lama dong.
Buletin Edisi II, Januari 2015

|5

KABAR KAMPUS

Matrapala Peduli Banjarnegara


Oleh: Farida Sukma Dewi.
Reporter: Intan Larasati A.

Dok. Matrapala

Serah terima bantuan bencana alam Banjarnegara oleh Matrapala.

6|

Buletin Edisi II, Januari 2015

KABAR KAMPUS
menjadi posko dadakan.
Karena minimnya relawan yang
mengatur logistik di sana dan
kebetulan gereja tersebut menjadi
pusat pengumpulan bantuan dari
penjuru daerah. Menurut Peni,
mahasiswi Sejarah 2013, ketika
mereka sampai di lokasi, pada hari
Sabtu, 20 desember 2014, mereka
langsung mencari info kemudian
meninjau lokasi. Mereka mulai
menjadi relawan dengan
menghitung jumlah bantuan
logistik, berupa pakaian, makanan
dan beberapa macam bentuk
bantuan lainnya. Bantuan-bantuan
tersebut kemudian dipacking
menjadi 3 kategori yaitu lansia,
anak-anak dan umum. Keesokan
harinya (Minggu, 21 Desember),
dibagikanlah bantuan tersebut ke
wilayah target.
Walau bukan sebuah UKM
yang bergerak dalam bidang
pengabdian masyarakat, inisiatif
Matra, begitu biasanya UKM ini
disebut, dapat meringankan beban
korban di Banjarnegara, sedangkan
Dimas (Pengabdian Masyarakat)
BEM FIB, yang notabene
merupakan kementrian BEM yang
seharusnya mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat tidak
terlihat geraknya secara nyata.
Pada tanggal yang hapir

Desember 2014, Dimas


BEM FIB malah menggelar event
Korin Fest (Korean-Indonesian
Festival) digedung Prof.
Soedarto.Ketika hal ini
dikonfirmasi kepada pihak Dimas
BEM FIB, Shella Anggraeni selaku
staf Dimas sekaligus Korlap acara
Korin Festival menjelaskan bahwa
pihaknya sudah bergerak dalam
menghadapi masalah Banjarnegara.
Sebenarnya begini, memang point
utama Dimas adalah pengabdian
masyarakat, dan pengabdian itu
berupa pengabdian terhadap alam,
pendidikan, sosial, dan budaya.
Korin adalah salah satu pengabdian
budaya yang dilakukan untuk
memperkenalkan, menyebarkan dan
mempertahankan budaya tersebut
agar tidak termakan jaman
moderenisasi ini. Soal yang
bencana banjarnegara, kami sudah
melakukan pengabdian tersebut.
Meskipun proker dan tim harus
terbagi dua, namun kami tetap
berusaha untuk tidak mengabaikan
bencana tersebut, Terangnya lebih
lanjut.
Shella, begitu biasanya ia
disapa memaparkan bahwa
pembagian dua tim yang dilakukan
Dimas dikarenakan berbenturan
dengan proker Korin yang telah
diagendakan terlebih dahulu.

dikumpulkan dengan cara


masuk ke kelas-kelas, baik di
kampus Tembalang maupun di
kampus Pleburan. Dengan
bekerjasama dengan beberapa
UKM di FIB Dimas pun bergerak
turun membantu korban longsor di
Banjarnegara. Namanya bencana
pasti tidak direncanakan kan,
apalagi bencana tersebut terjadi
tepat satu minggu sebelum korin. Di
sini kami tugas, satu tim dikerahkan
untuk fokus korin dan satu tim ke
Banjarnegara. Namun dalam
penggalangan dana, dan lain-lain,
kami semua tetap bergerak semua
tanpa terkecuali. Keberangkatan ke
Banjarnegara hanya perwakilan dari
kami, dikarenakan bertabrakan
dengan korin tersebut, Tambahnya.
Bila dilihat, maka apa yang
dilakukan oleh Dimas BEM FIB ini
tergolong aneh. Seolah-olah
kegiatan bakti sosial mereka ke
Banjarnegara tidak dipublikasikan
secara luas. Tidak seperti acara
Korea Festival yang dikicaukan
setiap hari. Sangat disayangkan
apabila sebuah lembaga yang
seharusnya menyelenggarakan
kegiatan pengabdian masyarakat
malah lupa dalam menjalankan
tugas seharusnya.***

kunjungi juga media online kami dengan berita yang lain di:
www.lpmhayamwuruk.org

@lpmhayamwuruk

Hawe Sastra Undip

Redaksi menerima sumbangan artikel/opini untuk diterbitkan di buletin. Diketik


rapi 3-5 halaman folio dilengkapi identitas pribadi (KTP/KTM). Redaksi berhak
menyunting naskah tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. Naskah dapat
dikirim ke alamat redaksi atau via surel:
lpmhayamwuruk@gmail.com

Buletin Edisi II, Januari 2015

|7

REFLEKSI NEGERI

Kaleidoskop 2014:
Menengok Kembali Indonesia
Oleh: Deviana Kurniawati.

ahun 2014 baru saja berakhir. Lalu, seperti biasa, masyarakat gegap gempita oleh euforia tahun baru. Pesta
kembang api digelar di mana-mana, begitu pula pesta rakyat dan pesta-pesta lainnya. Entah mungkin itu
semua dilakukan sebagai ungkapan rasa senang atau mungkin kelegaan karena telah melewati setahun
yang panjang dan melelahkan. Negeri kita tercinta ini pun pasti merasakan lelah yang sama. Berkepanjangan. Di
tahun 2014, Indonesia telah mengalami banyak hal. Dengan pesawat yang sudah tua renta, 69 tahun, Indonesia
masih tertatih-tatih di landasan pacu. Ada baiknya kita menengok kembali catatan-catatan setahun terakhir
sebagai refleksi diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Perhelatan Demokrasi Terbesar
Tahun 2014 bertepatan dengan
siklus pergantian pemerintahan
Republik Indonesia. Ya, masa
pemerintahan SBY telah berakhir
dan pemilu pun digelar di tahun ini.
Bukankah masih membayang di
ingatan kita semua betapa sengitnya
pertarungan di gelanggang pemilu
tahun ini? Dengan jumlah peserta
yang hanya dua pun
kitamasyarakat seolah-olah
terpolarisasi menjadi dua kutub.
Melibatkan media-media besar,
pemilu kita sungguh ramai
diperbincangkan. Terlebih di media
sosial. Sudah berapa banyak adu
argumen, perang kicauan, memememe yang terlahir dari pesta
demokrasi 5 tahunan ini? Tanpa
sadar, sebagian besar orang justru
menikmati drama yang ada seolaholah pemilu ini adalah perang.
Masyarakat kita begitu mudahnya
disulut layaknya sumbu penuh
minyaksiap terbakar kapan saja.
Toh, meskipun isu-isu santer
berseliweran, tak ada bentrok riil
yang terjadi dan tiba-tiba dunia
internasional memuji suasana
pemilu yang damai. Di dunia nyata
tentunya, bukan di dunia maya.
Surutnya Prestasi Olahraga
Beberapa bulan yang lalu,
Indonesia ambil bagian di ajang

8|

multievent Asian Games di


Korea Selatan. Tentu sudah menjadi
harapan besar bangsa Indonesia
agar Indonesia mampu mengukir
namanya di antara deretan negara
peraih medali terbanyak. Terlebih
lagi, di cabang primadona
sepakbola, medali emas adalah
mimpi jutaan orang. Sayang seribu
sayang, timnas kita tumbang
bahkan saat masih di fase grup.
Catatan terbaik timnas di Asian
Games hanyalah medali perunggu,

pun itu 56 tahun yang lalu tanpa


pernah terulang sekalipun.
Harapan Indonesia semakin
tergerus dengan prestasi Timnas U19, yang sangat dibanggabanggakan, di ajang AFC U-19
Championship. Betapa tidak?
Keberhasilan mereka menjuarai
Piala AFF tahun 2013 telah
menyulap mereka menjadi idola.
Setahun penuh sorotan media, uji
coba, tur kesana-kemari, dan doadoa agar mereka benar mampu lolos

Buletin Edisi II, Januari 2015

REFLEKSI NEGERI

Buletin Edisi II, Januari 2015

|9

SUARA HAWE

Pemira Penuh Sengketa, Cacat Kah?

Dok.Hawe

Banner Kandidat Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM FIB 2015 yang terpampang
di Crop Circle

epanitian Pemilihan Raya


(Pemira) Fakultas Ilmu
Budaya mulai dijalankan
sejak Arief Abdurrachman Hidayat
ditunjuk menjadi ketua Komisi
Pemilihan Raya (KPR), pada 27
November 2014 dalam kongres
mahasiswa. Dengan waktu yang
terhitung pendek, KPR yang
notabene merupakan panitia
penyelenggara pemira harus mampu
menampung aspirasi seluruh
mahasiswa FIB baik yang menjadi
pemilih maupun partisipan Pemira.
Maka, sejak awal Desember KPR
mulai bekerja dengan perekrutan
anggota dengan Arief sebagai
nahkoda.
Perekrutan dilakukan dengan
meminta delegasi dari Lembaga
Kegiatan Mahasiswa (LKM). Ada
13 LKM yang mendelegasikan
anggotanya untuk menjadi bagian
dari keanggotaan KPR. Bahkan,
Arief secara pribadi merekrut
beberapa orang tanpa konfirmasi
kepada ketua LKM terkait. Orangorang yang direkrut tersebut tak lain
adalah teman-teman Arief, sesama
eksmud (eksekutif muda) BEM FIB
2014. Kekurangan sumber daya
yang mumpuni untuk bantuan

10 |

fasilitasi, menjadi alasan Arief


menggunakan haknya dalam
merekrut orang. Hal ini sempat
menimbulkan polemik karena KPR
dinilai sembarangan dalam
menarik orang.
Selain sengketa tentang
perekrutan anggota KPR, beberapa
sengketa lain juga mengiringi
jalannya proses pemira tahun ini.
Seperti sengketa Black Campaign
yang dilakukan oleh salah seorang
tim sukses pasangan nomor urut 2
untuk menyerang pihak lain. Isu
agama yang menjadi bahan black
campaign menyulut emosi beberapa
partisipan pasangan nomor urut 1.
Ini jelas melanggar pemira dengan
membawa isu SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antargolongan).
Partisipan dan tim suksesi calon
nomor urut 1 mengibaratkan FIB
sebagai miniatur Indonesia yang
plural, terdiri dari berbagai suku,
agama, ras, dan golongan. Hal ini
menandakan bahwa tidak
sepatutnya partisipan atau tim
suksesi nomor urut 2 membawa
sebuah dalil dari satu agama untuk
menyerang lawan politik karena
agama yang berlainan.
Sengketa lain yang tak kalah

membuat gempar adalah


sengketa yang berkaitan dengan
kelegalitasan salah satu calon wakil
ketua BEM FIB 2015 yang dinilai
kurang resmi. Sengketa tentang
kelegalan Nisfah Lailanjani sebagai
calon wakil ketua BEM FIB 2015,
bermula dari keabsahan surat
mandat yang diberikan oleh Nisfah
kepada KPR, sebagai salah satu
persyaratan karena yang
bersangkutan masih dalam masa
jabatan sebagai Ketua Himawari
(HMJ Sastra Jepang). Pihak
Himawari merasa surat mandat
tersebut janggal dan tidak sah,
karena dibuat dan ditandatangani
sendiri oleh yang bersangkutan
tanpa melibatkan pengurus lain
dalam Himawari. Hal ini
menimbulkan riak kecil dalam
Himawari dan berlanjut pada
gugatan Pemira kepada KPR.
Banyak pihak yang
mempertanyakan, mengapa KPR
meloloskan pasangan calon nomor
urut 2, padahal persyaratan
berkasnya pun disisipi kejanggalan.
Mungkinkah karena KPR tidak
netral dan berpihak? Apakah KPR
dengan sengaja meloloskan
pasangan nomor urut 2 agar Pemira

Buletin Edisi II, Januari 2015

SUARA HAWE

Buletin Edisi II, Januari 2015

| 11

Anda mungkin juga menyukai